Kerajinan Dari Batok, Meningkatkan Nilai Tambah Limbah Kelapa

NI LUH ADING SARASWATI di tengah-tengah hasil kerajinan batok limbah kelapa di art shop di Mayura, Kamis (07/09) (Foto: AYA/Lombok Journal)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Batok kelapa yang biasanya hanya jadi arang, bisa disulap jadi kerajinan yang harga jualnya lebih tinggi

Etalase kerajinan batok di Art shop NIRWANA (foto: AYA)

MATARAM.lombokjournal.com —  Di tanganterampil perajin,  batok bisa dijadikan aneka kerajinan dengan nilai jual lebih tinggi.  Ni Luh Ading Saraswati, pemilik Artshop Nirwana di Taman Mayura Mataram,  pernah bersama suaminya melihat banyak limbah batok terbuang yang membuatnya terinspirasi memproduksi kerajinan dari limbah kelapa itu. .

Batok kelapa tidak hanya dijual mentah atau dijual setengah jadi dalam bentuk arang.  “Disana kita mulai berfikir, bagaimana supaya limbah itu menjadi suatu yang berarti. Akhirnya kita tinbul ide membuat kerajinan dari batok,” tuturnya, Rabu (07/09).

Sejak 29 Juli 2017, Saraswati muai eksis memproduksi kerajiann ini. Tentu saja, awal memulai produksi kerajinan ini menghadapi kendala, mulai dari peralatan hingga pemasarannya.

“Memang waktu itu masih asing untuk orang lain,” ucapnya sembari tersenyum.

Memroduksi kerajinan itu tergantung peralatannya, kalau lengkap dan bagus pasti menghasilkan produk kerajinan yang bagus. .

Bahan baku batok bisa banyak didapat di Lombok. Kalau jenis kerajinan seperti kupu-kupu tempat pulpen, bahannya didapat dari  Kabupaten Lombok Utara (KLU). Kalau yang biasa bisa didapat di Kota Mataram.

“Kita ambil didua tempat, yaitu KLU dan Mataram,” terangnya.

Bahan baku banyaknya didapat di  KLU. Kalau di Mataram, limbah kelapa hanya dijadikan untuk membuat arang bukan untuk kerajinan.

Kisaran harga kerajinan batk, mulai dri Rp 10 ribu sampai paling mahal mencapai jutaan rupiah (khusus bahannya campuran limbah kayu digabung dengan batok). Pemasarannya hanya di wilayah Mataram saja, yakni di Artshop Nirwana miliknya di Taman Mayura Lombok.

“Kaena wisatawan banyak yang beli di Mayura, belum sampai ke luar daerah,” ucapnya.

Wisatawan yang datang umumnya lebih menyukai kerajinan yang ukuran kecil seperti gelang, cincin, jepit rambut kupu-kupu, dan lainnya sejenis itu. Untuk hasil jeinis kerajinan tergantung yang diprodulsi kalau jepit rambut 50 biji.

“Kita punya beberapa item, kurang lebih dua puluh jenis yang  bahannya dri batok kelapa,” katanya.

Omset kerajinan limbah ini per bulan baru bisa mencapai Rp3 juta, karena bisa dibilang produksi kerajinan batok ini baru merintis.  Namun pasar kerajinan ini cukup prospektif, perkembangannya cenderung meningkat.

Meski  tidak meningkat drastis namun terus naik sampai 20 hingga 25 persen. Tentu ini sangat dippengaruhi kerajinan yang punya model desain yang baru, jadi sangat tergantung kuat desainnya.

Beragam produk dihasilkan dari limbah batok ini, bahkan ada tempat permen, lampu dan ragam lainnya.

Paling lama dikerjakan dari bahan batok ini yaitu pembuatan lampu. Pembuatannya agak rumit karena harus mengikuti motif yang ada,” kata Ni Luh Ading Saraswati  yang sering mengikuti pameran yang diselenggarakan instansi pemerintah.

AYA