Juragan Lalapan Gemar Metal

syafaat 4
Ahmad Syafaat

lombokjournal.com

Ahmad Syafaat, 40 tahun, berharap perbedaan genre musik tak membuat pelakunya bermusuhan. Ia juga tak ingin ada stigma yang menciptakan strata jenis musik. “Ada yang mengatakan, jenis jazz sebagai musik elit, sedang dangdut digolongkan musik rakyat, musik metal malah disebut musik setan. Itu harus diluruskan,” katanya.

Tapi ‘meluruskan’ itu bukan dengan berdebat. Mempertemukan pandangan kesenian dengan berdebat, hasilnya malah melebarkan perbedaan. Musik atau kesenian, menurut Syafaat, mestinya jadi sarana menggalang persaudaraan.syafaat7

Bermusik bukan berdebat tapi memainkan musik. Ia pun mengajak para seniman Mataram, khususnya yang kerap bertandang ke Warung Jack di Taman Budaya NTB, bergembira bermain musik. Ia mengajak Agus Wintarno alias Winsa Prayitno (teater), Zaeni Muhammad (perupa), Arief Firmansah (facebooker), Dodi Subiantoro (musisi), Muzakir (vokalis lagu-lagu Koes Ploes), Lukman Blader (musisi jalanan), Ake Surya Panji (musisi tradisi) dan Wing Sentot Irawan (musisi balada dan pengelana bersepeda yang pernah berkeliling ke Asia Tenggara), membuat kelompok Kule-Kule (asalnya dari nama alat musik Ukulele).

“Daripada berdebat yang tak jelas juntrungannya, lebih baik main musik. Musik untuk menyampaikan rasa gembira, dan mengajak orang lain bergembira. Ini cara menghidupkan musik. Juga membangun kesetaraan dalam bermusik,” ujar Syafaat bersemangat. Dengan cara itu para seniman berbagai aliran menikmati sama rasa dalam bermusik.

Saat ini, REPUBLIK SABLENG Musik Rakyat, ungkapan mengembalikan musik untuk publik, mendominasi repertoar tiap Selasa di Warjack Taman Budaya NTB. Itulah semangat “sama rasa” yang didengungkan Ahmad Syafaat. Bersama seniman lainnya, ia menggagas menambah jadwal di Warjack pada hari Jum’at, bulan April mendatang.

Musik Cadas
Surabaya dikenal sebagai kota cikal bakal menjamurnya musik keras. Ahmad Syafaat yang lahir tahun 1976 di Kampung Kolombo kawasan Tanjung Perak di Surabaya, juga menggeluti musik cadas. Ibunya yang berasal dari desa Sunge Geneng, Kecamatan Sekaran, Lamongan adalah vokalis musik gambus. “Saya sejak di kandungan sudah mendengar musik,” ujar Syafaat tanpa bercanda. Ayahnya yang berasal dari Jombang, menanamkan sikap religius.

Meski saat itu hanya berbekal kursus gitar di YASMI (Yayasan Musik Indonesia), tapi lingkungan kampung Kolombo yang bisa dibilang kampung para musisi, mengasah ketrampilan dan kepekaan musiknya. Minatnya pada musik keras, ternyata alasannya ada hubungan dengan semangat di keluarganya. “Saya suka Metalica, karena lagu-lagu James Harvield sangat religius,” cerita Syafaat.

Sebagian besar lagu-lagu rock ternyata syair-syairnya bernuansa religius yang bisa menjadi renungan. Misalnya lagu Unforgiven, yang mengungkapkan rasa bersalah seorang anak pada ibunya. Atau Sad But True bicara tentang kesedihan yang membawa kebenaran. Itu lebih baik daripada gembira tapi salah. Lagu Master of Puppet juga penuh renungan.syafaat 1

“Hampir semua lagu Metalica nadanya religius. Pesan-pesan moralnya mempengaruhi saya,” katanya.

Membuka Warung Lalapan
Bahkan waktu Syafaat harus berhijrah dari Surabaya ke Mataram (Lombok), ia juga iangat lagu Metalica. Ada sebuah lagu yang berkisah tentang kerinduan akan kebebasan, dimana pun berada.

Tahun 2010, Syafaat memutuskan meninggalkan Surabaya menuju Lombok, daerah yang belum pernah didatanginya. Meninggalkan dua anaknya yang masih kecil. Ia berangkat bersama istrinya dengan menumpang sepeda motor, hanya berbekal uang Rp1 juta, untuk memulai kehidupan baru di Lombok.

Selama 6 bulan di Lombok berjualan ‘tahu tek tek’, mengalami banyak peristiwa yang menyedihkan. “Saya pernah diusir orang yang melarang saya berjualan di depan tokonya,” kisahnya. Ia kemudian beralih menjual ayam goreng lalapan. Kelihatan ia jodoh dengan lalapan.

Syafaat meyakini, dengan modal 4 T (Telaten, Teliti, Temen/sungguh-sungguh, Tinemu/menemukan), akan mencapai keberhasilan. Usaha merupakan syariat yang harus dijalani manusia, hasilnya semua tergantung Tuhan. Yang penting, sebagai muslim, dalam menjalani hidup, ingat pesan Rasul ,”ightanim chomtsa qobla chomtsi”, “jagalah lima sebelum datangnya lima”. Menjaga lima yang dimaksud, menjaga kesempatan sebelum datang kesempitan, menjaga sehat sebelum datang sakit, menjaga kekayaan sebekum datangnya miskin, menjaga muda sebelum tua, serta menjaga hidup sebelum mati.

Sekarang Syafaat sudah mempunyai beberapa lapak kaki lima lalapan ayam dengan merek Sableng (sambel ngebleng alias pedas banget). Tiap hari lalapan ayamnya bisa menghabiskan 250 ekor ayam. Tapi ia tak pernah ‘ngoyo’ untuk menjadi kaya.

Berbeda saat datang ke Lombok dengan harapan tak menentu, Kini ia bisa merencanakan sekolah kedokteran anaknya di perguruan tinggi yang baik. Selain itu, sedikit banyak, ia mendukung anak-anak muda main musik dengan menyediakan alat-alat musik yang dimilikinya.

Sebab, bagi Syafaat, “choirunnas amfa ulum linnas”. “Sebaik-baik hidup adalah yang bermanfaat bagi orang lain…,” kata Syafaat mengutip hadits.

(Ka-eS)