Jokowi, Eksekutor Mandalika yang Sedikit Bicara

Presiden Jokowi menjelang peresmian Sirkuit Pertamina Mandalika, sempat menjajal jalan aspal di sirkuit, beberapa waktu lalu / Foto: IST

Mencetuskan mimpi berupa ide, gagasan dan cita-cita, itu pekerjaan yang mudah dan murah. Tetapi bagi Presiden Jokowi, bagaimana ‘mengeksekusinya’, mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan, ini butuh komitmen, konsistensi, kerja keras, dan tak kalah pentingnya adalah kemauan serta itikad membangun masa depan lebih baik. Naniek I Taufan menjelaskan tentang perkembangan pembangunan KEK Mandalika

MATARAM.lombokjournal.com ~ Itulah Mandalika yang mendunia hari ini. Butuh kesabaran dan kesungguhan, dan waktu puluhan tahun menjadikan Mandalika merekah bagai gadis cantik ranum yang mengundang perhatian. Bikin iri memang. 

Pengembangan kawasan Mandalika menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pariwisata premium, sesungguhnya sudah direncanakan sejak tahun 1980-an yang dicetuskan pertama kali oleh Joop Ave (Dirjen Pariwisata Kementerian Pariwisata RI 1982) saat itu. 

Ia berniat membuat ‘Bali baru’, dan pilihannya adalah Lombok. Masuk akal, sebab Lombok memiliki keindahan tak kalah dengan Bali. Namun rencana itu tidak semulus dalam angan-angani. Berbagai tantangan menyertainya. Terjadi tarik ulur, tersendat-sendat, naik turun, bahkan sempat lesu.

Rencana menjadikan Mandalika sebagai ‘Bali baru’ itu membuat investasi hotel sekelas Novotel mulai dibangun di tahun 1997. Tapi bersamaan dengan itu, krisis ekonomi melanda. Cita-cita KEK Mandalika pun pupus.

BACA JUGA: Gubernur NTB Bawa Air Narmada dan Tanah Tambora untuk Jokowi

Jokowi dimonumentalkan
Patung ‘Speed’ Jokowi

Hingga akhirnya, selama 25 tahun, hanya Novotel-lah yang menjadi satu-satunya brand hotel Internasional yang berdiri di sana. Dan menjadi andalan pendapatan asli daerah Lombok Tengah saat itu.

Kawasan Mandalika yang berada di bagian Selatan Pulau Lombok ini sempat kurang diperhatikan, sebab konsentrasi pembangunan pariwisata saat itu ada di bagian Utara yakni kawasan Senggigi yang sudah terlebih dahulu mendunia. 

Sampai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, KEK Mandalika kembali menjadi perhatian. Ide menyulap kawasan Mandalika itu menjadi wacana yang hangat dibicarakan, bersamaan dengan Lombok yang pariwisatanya mulai maju. 

Ditambah lagi pembangunan bandara internasional yang berada di tengah-tengah Pulau Lombok, yang sangat dekat dengan Mandalika. Bandara Internasional Lombok (BIL), membuka pergerakan pembangunan pariwisata wilayah Lombok bagian selatan. 

Visi Pariwisata Jokowi jelas arahnya

Groundbreaking kawasan KEK Mandalika pun dilakukan pada tahun 2019. Rajutan mimpi itu tersambung kembali. Tetapi tidak banyak kemajuan pembangunan di Mandalika. Novotel pun masih tetap kesepian tanpa kawan dan menjadi satu-satunya hotel berkelas yang ada di Mandalika. 

Sampai akhirnya eksekutor itu datang dengan visi pariwisata yang jelas, KEK Mandalika pun dilanjutkan. Di Era Presiden Joko Widodo, Mandalika pun mekar merekah, sumringah dan berbunga-bunga. 

Meski dalam dua kali Pilpres tahun 2014 dan 2019 Jokowi kalah telak di NTB, ia tidak peduli. Jokowi yang pintar dan berani itu, tetap mencurahkan segala perhatiannya bertubi-tubi ke Bumi Gora, salah satunya dengan mengeksekusi ide pendahulunya, wujud nyata KEK Mandalika.

BACA JUGA: Patung ‘Speed’ Jokowi akan Menjadi Spot Foto Favorit

Ia mempunyai target yang jelas, Kementerian Pariwisata RI mendorong kunjungan turis mancanegara ke Indonesia menjadi 2 kali lipat dari sebelumnya. Kunjungan wisatawan ke Indonesia yang sebelumnya sejumlah 10 juta wisatawan di tahun 2014, menjadi 20 juta di tahun 2014-2019.

Salah satu pilihan, Mandalika menjadi target Presiden Jokowi untuk melipatgandakan kunjungan wisatawan.

Jokowi diabadikan
Gubernur Zulkiefimansyah dengan latar belakang patung Jokowi

Sebab target jumlah Wisman 20 juta itu tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan Bali. Wisman harus punya tujuan destinasi  internasional lainnya. Dan salah satunya Lombok. Mandalika Lombok  masuk dalam program 10 destinasi unggulan, 5 destinasi super unggulan, selain fokus lainnya yakni Danau Toba, di Sumatera Utara, Candi Borobudur di Yogyakarta, Labuan Bajo dengan Pulau Komodo-nya di NTT, Cikupang Sulawesi Utara dan Mandalika Lombok.

Dari sinilah akhirnya mimpi itu benar-benar terwujud. Negara bukan hanya membangun kawasan pariwisata, melainkan lengkap dengan infrastrukturnya.  Jalan baru yang lebar yang langsung menghubungkan Bandara Internasional Lombok dengan kawasan Mandalika, pun memperpendek waktu tempuh yang tadinya 45 menit, sekarang tinggal 10-15 menit saja. 

NOVOTEL yang tadinya ‘kesepian’, kini tak sendiri lagi. Pullman Hotel bintang 5, menanam investasi sekitar Rp 700 Miliar dengan 10 ribu kamar hotel, berdiri di Kawasan Mandalika. Selain itu komitmen yang akan masuk ke Mandalika ditaksir senilai Rp 17 T yang akan datang mancanegara termasuk Timur Tengah, Qatar dan UEA. 

Mandalika ke depan pasti akan ramai. Apalagi, di dekat Mandalika ini, dermaga Gili Mas sudah selesai dibangun. Dermaga yang mampu disandari kapal-kapal pesiar raksasa yang membawa turis-turis asing. 

Sebagai bagian dari Nusa Tenggara Barat, Lombok memang disayang dan jadi ‘anak emas’ Jokowi. Buktinya, dalam banyak hal ia memberi perhatian yang besar untuk daerah ini. Selain itu, NTB termasuk dalam daerah yang paling banyak dikunjungi Presiden RI ke 7 itu.

 Lalu, dari banyak daerah lain di nusantara yang notabene bisa dikatakan jauh lebih siap, Negara justru memilih kawasan Mandalika (dengan segala permasalahan yang sempat mengemuka) sebagai tempat dibangunnya Sirkuit MotoGP yang disebut-sebut sebagai yang terbaik dan terindah di dunia. 

Dengan nama resmi Pertamina Mandalika International Street Circuit, yang lokasinya berada di Desa Kuta Kecamatan Pujut Lombok Tengah ini telah dijajal pertama kali oleh para pebalap Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) dan World Superbike (WSBK) pada bulan November 2021 lalu. Dan pada 18-20 Maret 2022 mendatang, balap motor bergengsi akan menghadirkan pebalap-pebalap dunia dalam MotoGP Mandalika 2022 telah siap digelar. 

Kecantikan Lombok tereksplor

Dengan adanya sirkuit Mandalika, meski sudah lama dikenal, namun baru kini kecantikan Lombok tereksplor habis-habisan. Bagaimana tidak, pada sesi tes pramusim MotoGP 2022, 11-13 Februari 2022, para pebalap dunia itu sudah langsung menyebar foto-foto keseharian mereka selama berada di Lombok.

Adalah Marc Marquez yang fotonya pertama kali menghebohkan dunia maya. Begitu tiba di Bandara Internasional Lombok, pebalap asal Spanyol ini langsung melakukan selfie di depan landmark bertuliskan Lombok dengan warna merah menyala. The Baby Alien membagikan foto selfienya itu di depan landmark bertuliskan Lombok. “ID #lombok #indonesia,” tulis pembalap berusia 28 tahun ini.

Tampaknya ia jatuh hati pada keindahan Lombok yang ia unggah di instagram pribadinya yang memperlihatkan foto dirinya yang sedang menikmati pesona Pulau Lombok. 

“(Saya) Jatuh cinta dengan tempat ini,” tulis Marc Marquez dalam unggahan akun Instagram pribadinya, @marcmarquez93, Rabu (09/02/22). 

Tidak hanya Marquez yang menyebar foto-foto yang memperlihatkan keindahan Lombok, melainkan para pebalap MotoGP lainnya. Alex Rins, Jorge Martin, Fabio di Giannantonio, Johann Zarco dan Aleix Espargaro adalah beberapa pembalap yang sempat mencoba minum kelapa muda yang biasa disebut kenyamen atau komboq. 

Ada pula pembalap tim Ducati, Francesco Bagnaia yang asik bermain voli pantai bersama kru tim. Yang tidak kalah hebatnya adalah pebalap Espargaro yang membeli kartu ponsel di kios pulsa milik warga sekitar Mandalika yang kemudian diikuti oleh Fabio Quartararo. 

Tidak itu saja, ragam momen kocak yang mereka alami, seperti ketika Espargaro melihat ibu-ibu berboncengan dengan empat anaknya hingga Bastianini yang dibantu petugas hotel mengusir kelelawar yang masuk ke kamarnya. Dan semua ini terekspos di media massa.

Para pebalap MotoGP datang bukan semata untuk tes motor mereka, melainkan mereka mengekspos berbagai pemandangan indah Lombok di medsos masing-masing. Mereka semua memposting Lombok yang apa adanya. Postingan pantai Mandalika yang indah dengan segala kejadian di sekitarnya. Mereka menjadi buzzer gratis bagi Indonesia yang mempromosikan Mandalika, Lombok dengan segala apa adanya. 

Mereka ini punya fans di seluruh dunia. Semua orang jadi tahu keindahan Lombok yang sesungguhnya dengan segala kearifan lokalnya. Seperti ada penonton yang pulang jumatan dan masih memakai sarung, menonton balapan dari balik pagar pembatas sirkuit, ada pula warga yang menonton dari atas perbukitan sekitar sirkuit Mandalika. 

Ya tidak apa-apa. Itu unik dan memang inilah Lombok Indonesia, tempat di mana sirkuit bergengsi itu dibangun dengan begitu prestisiusnya. Begitu pula dengan ibu-ibu yang naik motor berboncengan dengan empat anaknya yang kemudian dipraktekkan oleh para pembalap MotoGP. 

Itu momen langka, tidak hanya bagi Lombok melainkan bagi Indonesia. 

Semua momentum baik itu adalah promosi gratis bagi Lombok. Kenapa mereka mau? Padahal mereka bisa minta bayar untuk itu. Tampaknya keindahan dan keunikan serta naturalnya Lombok membuat mereka pun secara spontan memposting berbagai aktivitasnya, 

Indahnya pantai Mandalika memukau mereka, dan secara spontan mengabarkan pada dunia bahwa mereka ada di tempat yang indah. Tempat yang membuat mereka melupakan urusan bisnis promosi. Tempat itu adalah Lombok.

BACA JUGA: Gubernur NTB Banyak Ditanya tentang MotoGP di Kaltim

Mencermati bagaimana Negara menghadirkan Sirkuit Internasional itu di Lombok, tampaknya penting melihat strategi tersembunyi yang cerdas dari seorang Presiden Jokowi yang hingga kini tak banyak bicara.

 Mengapa ia memilih Lombok sebagai tempat dibangunnya sirkuit bergengsi itu? Kalau bicara soal keindahan pantai, bukan hanya Lombok yang indah melainkan masih banyak tempat di Indonesia ini yang pantainya juga indah. Kenapa harus membangunnya di Lombok?

Ini kebetulan atau tidak, masyarakat dunia akhirnya jadi tahu bahwa Indonesia punya sirkuit baru dengan nama Mandalika, dan itu ada di Lombok. Lombok yang bersebelahan dengan Bali. Ini membuat orang percaya diri datang ke Lombok karena sudah tahu Bali. Tinggal menyeberang selat Lombok saja. Brilian. 

Bayangkan, hari ini kita semua, media-media, masyarakat, netizen dan lainnya membicarakan tentang Lombok, MotoGP Mandalika, sirkuit hingga pebalapnya dengan begitu hangat. Di tengah riuhnya pembicaraan pada sirkuit ini, Jokowi yang membangun sirkuit malah tak banyak mengumbar bicara. 

Ia lebih senang menonton dan tak banyak bicara. Setelah semua tercapai, ia diam tak berkomentar hanya melihat dari belakang. Ia membiarkan masyarakat memuji, mengevaluasi dan bicara apa saja tentang Mandalika. 

Tidak perlu turun tangan untuk promosi lagi, karena para raiders top dunia itu semua sudah spontan mempromosikan Mandalika. Bagi Jokowi itu sudah cukup, tampaknya tidak perlu ikut lagi campur, cukup mereka. Strategi marketing yang tahu betul kapan ia harus muncul dan menikmati karya itu. 

Namun sebelum para pebalap dunia itu mempromosikan Mandalika secara spontan, dengan motor customnya, Jokowi sudah terlebih dahulu turun langsung pada momen pertama kali Sirkuit Mandalika digunakan menjelang ajang World Superbike (WSBK) pada 19-21 November 2021 lalu. 

Presiden Jokowi menjajal sirkuit Mandalika yang jadi ajang WSBK
Presiden Jokowi

Ia menjajal sendiri sirkuit ini sebelum resmi digunakan sebagai ajang balapan. Otomatis publikasi sirkuit kebanggan ini tak terbendung lagi. Semua media bahkan media internasional memberitahukan bahwa Indonesia punya sirkuit baru, Mandalika. 

Tetapi diamnya Jokowi hanya pada tak banyak bicara. Ia terus bekerja. Sebelum gelaran pramusim MotoGP lalu, ia kembali turun ke desa-desa sekitar Mandalika untuk meninjau homestay-homestay di  sana yang penataannya dibantu oleh Pemerintah Pusat. Warga diberi dana dan dibangunkan tempat yang layak sebagai tempat penginapan. 

Dan konon, penginapan-penginapan ini sudah full booking untuk gelaran MotoGp 2022 yang akan berlangsung 18-20 Maret 2022. 

Antusiasme menonton balapan MotoGP kelihatannya tinggi. Para penonton MotoGP yang sudah membeli tiket, tentu tidak hanya memikirkan tiket saja melainkan juga berpikir tentang hotel/penginapannya. Kalau sudah penuh lalu nginap di mana? S

Sebab penerbangan khususnya rute Jakarta Lombok misalnya, hanya sampai jam 3 sore. Ia membuat para penonton dipaksa menginap di Lombok. Tidak bisa berangkat pagi pulang malam, sebab gelaran MotoGP terjadwal hingga sore hari. 

Bukan hanya hotel dan penginapan sekitar Mandalika yang penuh, penonton MotoGP yang diprediksi mencapai  60.000 orang itu juga menginap di kawasan wisata Senggigi Lombok Barat dan di tiga gili Lombok Utara, Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Tidak ketinggalan juga di Mataram dan sekitarnya bahkan disiapkan pula penginapan hingga ke Sembalun. 

Mereka ini, kelak akhirnya akan cerita tentang keindahan Lombok dan pengalaman baru menginap di Lombok. Bahwa ada pulau indah lainnya lain selain Bali, itulah Lombok. 

Orang makin mengenal seluk beluk Lombok dan akhirnya terbiasa datang ke pulau ini. Mengenal keindahannya, mengetahui hotel dan penginapannya, tempat kuliner dan objek-objek wisata lainnya. Ini berarti Lombok akan semakin melejit dengan segala kearifan lokalnya. 

“Memaksa” menginap di Lombok tentu akan semakin banyak uang yang ‘dibuang’ ke Lombok. Sirkuit Mandalika dan MotoGP, tampaknya sudah didesain untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi secara merata di nusantara. 

Jadi ke depan, tidak hanya Jakarta dan kota-kota besarnya dengan geliat ekonomi yang luar biasa, tidak hanya Bali yang ekonominya menggelora dari pariwisata, melainkan Lombok (NTB) juga pantas berkembang yang dimulai dari gong besar kawasan KEK Mandalika dengan Sirkuit Internasional-nya. 

Kini, Sirkuit Internasional Mandalika sudah semakin siap dan meriah dengan pemasangan patung Jokowi. Ini akan menjadi salah satu momentum paling fenomenal.

Patung Jokowi naik motor yang dibuat oleh seniman kesohor Nyoman Nuartha – yang juga mengerjakan monumen-monumen raksasa di Bali – itu mejeng di pintu masuk sirkuit Mandalika yang dibangun dengan dana APBN dari uang rakyat yang diwujudkan oleh Jokowi. 

Kelak sirkuit ini akan dikenang sebagai karya dari seorang pemimpin yang berani, sang eksekutor yang memilih diam di tengah gegap gempita puja puji sirkuit yang mendunia itu. ***