Umum  

Inspirasi dari Desa, MEMBANGUN PARTISIPASI DI TENGAH KEBERAGAMAN

PERTEMUAN DI DESA; menggerakkan potensi untuk mengakselerasi pembangunan desa

LOMBOK UTARA — lombokjurnal.com

MEMIMPIN desa yang masyarakatnya heterogen, baik agama, suku, sosial budaya, adat-istiadat dan lainnya, seperti Desa Bentek Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, tentu memiliki kesulitan tersendiri. Namun sosok Warna Wijaya, Kepala Desa (Kades) Bentek, mampu membangun partisipasi dan keterlibatan lebih luas pada masyarakatnya di tengah semangat pluralitas. Dengan kebijakan dan regulasi yang demokratis, tak heran jika desa ini mampu meraih penghargaan hingga level provinsi bahkan nasional.

Desa Bentek dihuni beragam suku, Sasak, Mbojo, Bali, dan lainnya. Juga beragam agama, Islam, Budha, Hindu dan Kristen. Dengan jumlah penduduk 9.000 jiwa lebih yang tersebar di enam belas dusun (Kakong, Serungga, Batu Ringgit, Selelos, Senggaran Goa, San Baro, Dasan Bangket, Lowang Sawak, Todo Daya, Todo Lauk, Buani, Karang Lendang, Luk Pasiran, Lenek dan Baru Murmas).

Sebagian masyarakatnya bertani di lahan basah dan juga lahan kering sekitar bukit. Sebagian lagi warga yang tinggal berdekatan dengan laut sebagai nelayan. Sebagai daerah pinggiran kota, ada pula warganya yang berprofesi sebagai pedagang dan pelaku usaha.

Menyatukan masyarakat dalam perbedaan itulah yang justru menjadi rahmat sekaligus tantangan bagi Warna Wijaya dalam membangun Bentek. Membangun partisipasi sekaligus menggerakkan masyarakat melalui pendekatan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh perempuan dan tokoh pemuda. Ditunjang peran LPM, PKK hingga mengoptimalkan fungsi perangkat desa hingga ke tingkat RT/RW. Termasuk memberdayakan kelembagaan masyarakat desa lainnya seperti Karang Taruna, LPTQ, Remaja Masjid, Pemuda Budis, Teruna Dedare, Majelis Adat dan lembaga-lembaga yang lain.

“Kita merangkul semua elemen dan kita berdayakan masyarakat,” cetus Warna saat berbincang dengan lombokjurnal.com, Sabtu (20/08), tentang konsep sederhananya membangun partisipasi publik secara luas.

Pun, masyarakat juga dilibatkan secara aktif dalam pengambilan kebijakan desa secara demokratis. Terutama dalam penyusunan Peraturan Desa (Perdes). Contohnya Perdes APBDes, Perdes Sistem Pengelolaan Air Minum Desa, dan Perdes Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Sebelum disahkan BPD, Kades dan Tim Legislasi Desa turun menyerap aspirasi warga, meminta saran dan masukan dari masyarakat. Kemudian disosialisasikan, apakah layak atau tidak Perdes tersebut diterapkan di Bentek melalui uji publik atas rancangan peraturan desa yang dibuat.

Kalau layak, seperti apa sanksi yang diterapkan jika terjadi pelanggaran dikemudian hari. Sehingga Perdes yang dihasilkan benar-benar mendapatkan dukungan dan legitimasi dari warga masyarakat. “Termasuk kala sanksi diterapkan bagi mereka yang melanggar Perdes, juga tidak ada yang protes,” ujarnya.

Di Bentek juga terdapat Perdes yang mengatur Pembentukan dan Pengelolaan BUMDes, di dalamnya juga diatur usaha-usaha kecil dan menengah mulai dari usaha yang berskala rumah tangga hingga berbentuk usaha dagang. Termasuk usaha berjenis koperasi, kelompok pengusaha hasil bumi. Semuanya diatur. Intinya, mengatur lalu lintas pengusahaan perekonomian masyarakat desa. Tapi bukan pajak, karena bertentangan dengan aturan diatasnya. Bentuk kontribusi para pelaku usaha/pengusaha untuk ikut andil peran membangun desa.

Beberapa program unggulan juga diluncurkan dalam mengoptimalkan potensi desa. Mulai dari pertanian sebagai program prioritas. Terutama dengan hadirnya Kelompok Tani dan Kelompok Ternak yang mengelola ternak sapi dan kambing sejak dua tahun lalu didukung oleh instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan.

Program unggulan lain adalah pengembangan usaha industri kecil dan rumah tangga seperti kelompok usaha batako, papin blok, kerajinan tangan, pertukangan, anyaman akar kelapa dan anyaman bambu dan pelbagai usaha sejenis. Dari kelompok inilah produk-produk kerajinan disebar ke wilayah lainnya di Lombok Utara. Produk-produk kerajinan ini telah diperjualbelikan di Pasar UKM kabupaten dan bahkan dipasarkan di wilayah-wilayah wisata di bumi Tioq Tata Tunaq, baik di gili matra maupun senggigi, luar daerah seperti Bali dan Jawa, bahkan mancanegara.

Saat ini, Pemerintah Desa sedang mendorong pembentukan dan pengembangan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di setiap dusun di Bentek. Fokus utamanya, wisata budaya dan wisata religi bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara. Memuluskan niat ini, ke depan rencananya akan menggandeng para pelaku wisata. Aksi nyata untuk mendukung obsesi ini, tahun depan pemerintah Desa Bentek berencana akan membangun kawasan wisata religi dan budaya di Buani, Baru Murmas, dan beberapa dusun lainnya di Bentek. Pasalnya Bentek termasuk salah satu desa di Lombok Utara yang kaya potensi destinasi wisata.

Tinggal bagaimana menggerakkan potensi itu untuk mendulum akselerasi pembangunan desa. Gebrakan ini telah dimasukkan dalam RKP Desa tahun 2015. “Ke depan, kita butuh dukungan Pemkab melalui SKPD terknis untuk Promosi Buani dan Baru Murmas masing-masing sebagai dusun wisata religi dan wisata budaya,” harap Warna.

Salah satu dusun yakni San Baro juga telah dicanangkan sebagai Kampung Pendidikan di Desa Bentek. Rencana inipun telah dikoordinasikan dengan SKPD terkait agar “dikepung” dengan program dan sebagian telah terealisasi sesuai harapan, seperti pendirian lembapa pendidikan anak usia dini (PAUD) Harapan Bangsa pada 2011. Berikutnya, pada 2014 gedung PAUD Harapan Bangsa pun dibangun melalu back up program nasional pemberdayaan masyarakat perdesaan (PNPM-MPd). Kemudian, pembangunan Mushalla Sekolah Dasar Negeri 5 Bentek 2013 dilanjutkan rehab gedung ditahun yang sama. Selanjutnya penembokan keliling halaman SDN 5 Bentek 2014.

Bantuan pembangunan fisik lembaga pendidikan pun “mengepung” Dusun San Baro seperti pentaludan areal Ponpes Aljariyah 2013 dan 2014, pembangunan gedung RKB MTs Aljariyah tahun 2015 serta pentaludan di sekitar gedung MTs tahun 2016 ini.

Di samping itu, bantuan-bantuan program lain pun ikut mengepung San Baro. Misalnya bantuan pupuk, MCK Umum, jamban keluarga, hingga program rumah kumuh serta sanitasi lingkungan dan air bersih lewat program Pamsimas. Potensi lain yang sedang digarap membentuk Lembaga Adat Desa dengan mencanangkan pembentukan Majelis Krama Desa. Berikutnya telah dicanangkan juga pembentukan kelengkapan pranata adat di aras dusun (Majelis Krama Adat Dusun) untuk mengembangkan, menegakkan dan sekaligus meneguhkan nilai-nilai adat-istiadat di tengah masyarakat sebagai upaya pelestarian terhadap warisan leluhur terdahulu agar tidak tergerus oleh kemajuan pesat budaya modern yang tak terbantahkan akibat efek arus globalisasi dunia.

Di bidang keagamaan misalnya, pemerintah Desa Bentek pada tahun 2013 telah membentuk LPTQ Desa Bentek – lembaga yang fokus pada fungsi mengembangkan dan memfasilitasi pembelajaran alquran kepada warga masyarakat terutama generasi muda muslim desa sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid dan ilmu-ilmu seni baca alquran. Berikutnya, Pemdes Bentek juga mendorong para aktivis LPTQ desa membentuk lembaga-lembaga TPQ di setiap dusun di Bentek – kepanjangan tangan LPTQ desa dalam memberdayakan serta memfasilitasi anak-anak di kampung dalam belajar dan menghayati alquran beserta makna yang terkandung di dalamnya.

Begitu banyak terobosan yang dibangun Kades dan masyarakatnya di Bentek diganjar dengan banyak penghargaan. Juara Umum MTQ Kecamatan Gangga empat kali berturut-turut (2011, 2012, 2013 & 2014). Juara II Lomba Desa Kabupaten Lombok Utara 2012. Juara I Permata Provinsi NTB (2013), Juara III Permata tingkat Nasional (2013) dan masih banyak penghargaan lainnya yang telah disabet. “Semua prestasi yang telah diraih ini diawali dengan memberi ruang yang luas kepada warga untuk ikut terlibat secara aktif dalam setiap program pembangunan. Kuncinya, semua dimulai dari membangun partisipasi masyarakat,” pungkasnya.

djn