lombokjournal
Semua orang tahu, makin tua otak kita makin tidak bisa bekerja dengan baik. Kalau kita bertemu orang tua, kita akrab dengan tanda-tanda penuaan: pikun, refleks lambat, gangguan penilaian, dan sebagainya. Itu membuat seseorang jadi serba salah
Tentu saja, tidak ada patokan kapan usia seseorang bisa dikatakan “tua” dan kecerdasannya mulai tidak bisa diandalkan. “Penyakit tua” umumnya mulai tampak pada usia 40-an ke atas. Ya, tidak seorang pun bisa menghindar dari penyakit ini.
Meskipun mencapai puncak tahun emas kebugaran fisik, penuaan membuat kita memboroskan waktu hanya untuk mengingat kenangan lama. Saat itu, kemampuan daya ingat jangka panjang lebih berantakan. Penyesuaian, saran, dan banyak hal yang pernah kita alami dalam hidup nyaris tak bisa kita kenali lagi.
Dan ini, ketika mulai mempersiapkan diri menghadapi momok suram kematian, kemungkinan besar kita ingin yakin telah menjalani hidup dengan baik. Itulah sebabnya kita ingin selalu bernostalgia.
Masa depan mungkin tidak menentu, namun akan selalu memiliki “hari yang baik ‘” untuk merenungkannnya. Karena kita membuatnya menjadi kenangan yang ‘dapat menentramkan,’ untuk mengatasi rasa beralah atas kelalaian yang pernah kita lakukan selama ini.
Ya, usia tu membuat kita menghabiskan lebih banyak waktu terbungkus dalam bayangan kenyamanan masa silam. Karena kesanggupan otak kita untuk menerima informasi indra juga merosot seiring pertambahan usia. Rasa gula jadi kurang manis, dan kita jadi kurang berselera bahkan pada makanan favorit sekali pun.
Kita berusaha mengenang semua hari kembali menjadi lebih baik. Pada saatnya, bahkan kita tidak mampu sepenuhnya menikmati kesenangan hidup yang sederhana sekali pun.
Mungkin kita akan menjalani hidup seperti kakek pemarah, seperti orang kikir yang menganggap semua hal selalu ada yang kurang, dan ini memang mirip contoh ain dari tragedi manusia yang kesepian.
Karena itu, anda perlu hati-hati kalau mempunyai pemimpin yang berusia lanjut.
Rayne Qu
(sumber: Via TpTenz)