Gotong Royong di Lombok Utara, Menarik Perhatian Mahasiswa Taiwan

YAO, SUN-TECK, aktor pantomim lulusan sekolah keaktoran di Paris, Prancis, melakukan pertunjukan di tengah kampung tentang ancaman bahaya sampah plastik

LOMBOK UTARA – lombokjournal.com

Tiga aktor pantomim profesional Yao- Sun-Teck, Su-Ling dan Un, Lat-Hou dari L’Enfant Sauvage Theatre, Taiwan, berinteraksi dengan warga kampung Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Mereka bersama mahasiswa Chinan University, Taiwan, Jurusan Asia Tenggara,  tiba di Lombok 4 Agustus lalu, sempat mengikuti program ‘Be Young’ bersama komunitas Pasir Putih. Selama beberapa pekan di Pemenang mereka mengangkat isu lingkungan(environment), sampah plastik. 

TaiwanGotongRoyong, 22Agustus3TaiwanGotongRoyong, 22Agustus4

 

 

 

Yao, Sun-Teck, salah seorang aktor pantomim lulusan sekolah keaktoran di Paris, Prancis, di tengah kampung itu menggelar pertunjukan tentang ancaman bahaya sampah plastik. Akhir pertunjukan sekitar 25 menit hari Minggu (21/8) sore itu, Yao ‘tewas’ akibat polusi plastik. Warga yang menonton tampak tersentuh dan bertepuk tangan.  

Pertunjukan pantomim itu bagian dari program ‘kerja sosial’ para mahasiswa dari National ChiNan University, Taiwan, jurusan Asia Tenggara. Empat mahasiswa Taiwan masing-masing; Peng, Yi-Jia (S3) Lo, Sin-Yi (asisten), Hung, Kuo-Chan (S2) dan Hsiao, Jin-Yi, sudah sering bekerja sama dengan pemain pantomim itu.

“Sebelum ke Lombok (Indonesia) kami sudah pernah bekerja sama,” kata Hsiao yang menjadi kordinator mahasiswa itu.

Mahasiswa dari Chi-Nan University itu selain sudah melakukan program ‘kerja sosial’ di negaranya sendiri, juga beberapa negara di Eropah, Korea dan di Asia Tenggara. Menurut Hsiao, berkomunikasi melalu seni pantomim lebih cepat dipahami, sebab bahasa universal pantomim lebih mengesankan apalagi dengan orang yang berlainan budaya.

“Dari pengalaman saya di beberapa negara, pengalaman di Lombok sangat menarik,” katanya. Ia mengaku baru pertama ke Indonesia dan langsung ke Lombok. Menurut Hsiao, suasana di Lombok mirip seperti desa-desa di Taiwan.

Contohnya saat mereka mendiskusikan isu lingkungan, khususnya sampah plastik. Ternyata kalangan pelajar sudah kritis dan mereka mempunyai gagasan lebih banyak tentang recycle plastik. Karena itu mereka mengajak sharing tentang upaya-upaya mengatasi persoalan lingkungan.

Memang isu lingkungan menjadi fokus perhatian mereka.”Sebab masalah lingkungan itu vital bagi kelangsungan hidup manusia,” kata Lee Wooi Han, mahasiswa (program S3) Sociology, Macguarie University di Sidney Australia. Lee yang kini sedang melakukan riset sosial di Surabaya, membantu menerjemahkan penjelasan Hsiao dari bahasa Mandarin.

Mengenal Gotong Royong

Mahasiswa-mahasiswa Taiwan itu melakukan pendekatan kreatif untuk mempelajari situasi sosial setempat, dengan cara berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal. Misalnya, salah satu cara berinteraksi itu dengan mengadakan workshop pantomim selama dua hari, 19-21 Agustus, bersama siswa-siswi Madrasah Aliyah Al-Hikmah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara (KLU).

TaiwanGotongRoyong, 22Agustus1
Diskusi bersama Komunitas Pasir Putih; melihat isu sosial berdasarkan perspektif lokal Lombok Utara

Komunitas Pasir Putih mempertemukan mereka dengan pelopor Bank Sampah NTB, Aisyah Oldis, untuk mendiskusikan daur ulang sampah plastik. Mereka mengagumi cara mendaur ulang sampah plastik, yang seharusnya disingkirkan ke pembuangan sampah itu,  malah bisa menjadi barang-barang produktif.

“Saya juga banyak belajar dari masyarakat,” ujar Hsiao.

Hasil dari workshop itu kemudian mereka mengadakan pameran seni kerajinan dari bahan limbah plastik, pentas pantomim, dan pameran fotografi tentang kegiatan sehari-hari masyarakat kampung di Pemenang. Tema seluruh rangkaian kegiatan itu adalah ‘gotong royong’.

TaiwanGotongRoyong, 22Agustus5
Pameran Gotong Royong

Diakuinya, banyak hal-hal baru dipahaminya setelah melakukan pengamatan langsung selama dua minggu dan melakukan interaksi bersama masyarakat Pemenang. Hsiao dan kawan-kawannya menemukan tema ‘gotong royong’ dalam programnya itu, juga setelah melakukan serangkaian diskusi berbagi ide bersama Komunitas Pasir Putih, yang melihat isu sosial berdasarkan perspektif lokal Lombok Utara.

Mengenal kata ‘gotong royong’ membuka pemahaman tentang karakteristik maupun filsafat hidup masyarakat Indonesia. Bekerjasama untuk meraih hasil yang terkandung dalam gotong royong, juga menjadi semangat mereka menjalani proses interaksi warga Taiwan itu bersama masyarakat setempat.

Hsiao mengungkapkan, dari peretemuan awal ini diharapkannya bisa berlanjut kerjasama ke depan. Sebagai mahasiswa Jurusan Asia Tenggara mereka berharap bisa belajar banyak tentang Indonesia melalui Lombok, khususnya di Kecamatan Pemenang.

“Kegiatan ini memberikan efek positif, agar saling memahami antara budaya Taiwan dan Indonesi,” ujar Hsiao, Jin Yi.

Suk