Umum  

Donald Trump; ‘Hiburan’ Dalam Pilpres Amerika

DONALD TRUMP; bahkan tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dari wartawan.

Soal Imigran Muslim AS, Ayah Prajurit Muslim Amerika kecam Trump

Donald Trump, kandidat Presiden AS dari Partai Republik, selalu ‘menghibur’. Ada yang menyebutnya sebagai ‘batu sandungan’ bagi siapa pun rivalnya.  Kemampuannya menyederhanakan isu sensitif dan kepiawaiannya memainkan suasana kebatinan umumnya warga Amerika yang mencemaskan kehadiran imigran gelap, dan didera Islamphobia.  Namun, masa pemilihan Presiden AS merupakan hiburan bagi publik dunia, justru karena kehadiran Trump.

Donald Trump, kandidat Presiden AS dari Partai Republik
Donald Trump, kandidat Presiden AS dari Partai Republik

Politisi terkaya di Amerika ini dengan percaya diri yang besar, mengatakan mampu mengatasi semua persoalan Amerika, bahkan (seandainya) tanpa  campur tangan siapa pun. Namun kalangan kubu Partai Demokrat  menyindirnya sebagai tong kosong yang berbunyi nyaring.

Salah satu tokoh Demokrat, Joe Biden, dalam konvensi partainya  di Philadhelpia pekan ini, menyebut Trump tak punya gagasan apa pun tentang apa yang digembar gemborkannya untuk mengembalikan kejayaan Amerika.  Pesaing Trump, Hillary Clinton, bahkan menyebut Trump tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dari wartawan.

Bukan hanya Trump yang menjadi ‘hiburan’, tapi juga penampilan istri ketiganya, Melanie Trump, yang pidatonya meng’copy paste’ pidato Michele Obama.  Perempuan asal Slovenia itu menjadi bulan-bulanan bukan hanya oleh pers tapi juga publik Amerika yang mencibirnya habis-habisan melalui media sosial.

Isu Muslim Dan Imigran

Dalam konvensi Partai Demokrat, Ayah dari seorang prajurit Muslim Amerika yang terbunuh di Irak, Kamis malam waktu setempat (hari Jumat, waktu Indonesia) mencela Donald Trump,  “tidak pernah mengorbankan apa pun” bagi Amerika.

Tampil di atas panggung di Philadelphia bersama istrinya, Ghazala, Khizr Khan menjelaskan keluarganya sebagai “Muslim Amerika yang patriotik dengan loyalitas penuh untuk negara kita”. Tahun 2004, anaknya tewas oleh bom mobil demi melindungi kesatuannya.

Khizr Khan, Ayah dari seorang prajurit Muslim Amerika yang terbunuh di Irak
Khizr Khan, Ayah dari seorang prajurit Muslim Amerika yang terbunuh di Irak (Foto: The Guardian)

Saat itu, Cpt Humayun Khan,  memerintahkan beberapa orang turun dari mobilnya (yang kemudian terbukti mobil itu berisi bom).  Tapi Cpt Humayun Khan  baru berjalan 10 langkah, bom itu meledak.

“Donald Trump terus menerus mencoreng karakter Muslim. Dia tidak menghormati minoritas lainnya, wanita, hakim, bahkan pimpinan partainya sendiri. Dia bersumpah untuk membangun dinding dan mencekal kami (muslim) dari negeri ini, ” kata Khan

Seperti diberitakan, kandidat Partai Republik, Donald Trump, berulang kali menyarankan larangan Muslim memasuki AS sebagai cara untuk memerangi ancaman terorisme Islam. Pidato Trump dalam konvensi partainya di Cleveland pekan lalu, dimaksudkan mengatasi “bangsa yang telah disusupi terorisme”, jelas Trump kepada NBC.

“Orang-orang sangat marah saat saya menyebut Muslim,” kata Trump. “Oh, Anda tidak boleh memakai kata Muslim. Catat ini. Saya OK dengan itu, karena saya membicarakan ini bukan di wilayah Muslim. ”

Menyikapi pernyataan Trump, Khan mengatakan: “Donald Trump, Anda minta memercayaimu untuk masa depan Amerika?. Saya bertanya, apakah Anda membaca konstitusi Amerika Serikat? (Kalau belum) Saya dengan senang hati meminjamkan salinannya. ”

Kemudian Khan menunjukkan edisi saku naskah konstitusi AS di tengah sorak-sorai massa. Ia menyuruh Trump membaca dokumen konstitusi. “Cari kata-kata ‘kebebasan’ dan ‘perlindungan hukum yang sama’,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan Khan, “Apakah Anda pernah berkunjung ke pemakaman Arlington? Iihatlah makam para patriot yang berani mati membela Amerika. Anda akan melihat semua agama, jenis kelamin dan etnis. Sedang anda, tidak pernah mengorbankan apa pun.”

Menyimpang dari teks-nya, Khan menyimpulkan: “Saya minta setiap patriot Amerika, semua imigran Muslim, dan semua imigran, jangan sepelekan pemilu kali ini. Ini adalah pemilu bersejarah.”

Pemilu Presiden di Amerika Serikat kali ini menjadi ujian bagi warga negeri adi daya itu.  Apakah sebagian besar mereka benar-benar merupakan pemilih rasional, atau warga negara yang gampang termakan retorika yang ibarat ‘tong tanpa isi yang berbunyi nyaring’.

Editor: Roman Emsyair, Sumber: The Guardian