Seni  

Diskusi Puisi, Kesederhanaan “Energy Bangun Pagi Bahagia”

KUMPULAN PUISI "Energi Bangun Pagi Bahagia" ; anti dunia orang dewasa

Sekitar 55 puisi karya Andy Sri Wahyudi yang terkumpul dalam buku “Energy Bangun Pagi Bahagia” menjadi perbincangan menarik kalangan komunitas sastra di Mataram, hari Senin (9/1) di ruang seni rupa Taman Budaya NTB. 

MATARAM – lombokjurnal.com

Andy Sri Wahyudi, penyair asal Jogja yang juga dikenal sebagai pantomimer itu mengatakan, ia bermain pantomime karena tak mempercayai kata-kata. Tapi akhirnya, kata berbalik menggugatnya.

“Waktu bermain pantomime, saya menyadari tenyata ada yang hanya bisa saya ungkapkan dengan kata,” kata Andy dalam diskusi yang mendapat tanggapan serius dari sekitar 100 pecinta sastra, sebagian besar  kalangan mahasiswa, di Mataram.

Andy Sri Wahyudi (tengah), Zaeni Muhammad (kiri) dan Rony ST

Puisi-puisi Andy (ditulis kurun 2014-2015), seperti dikatakan Itsna Hadi Septiawan yang mengulas sore itu, diksinya sederhana. Pilihan kata-katanya dengan mudah dipahami dalam bacaan pertama. Andy berusaha konsisten dengan diksi sederhana, karena itu pengucapan sajak-sajaknya ringan dan tidak dibebani tumpukan majas.

Dalam bahasa berbeda, Afrizal Malna yang menulis pengantar kumpulan puisi itu, menikmati puisi-puisi Andy yang disebutnya membebaskan diri dari teritori makna. Dalam puisi Andy terkuak motif “anti dunia orang dewasa” yang tegang.

“Medan narasi seperti ini (imajinasi yang terungkap dalam puisi-pusi Andy, pen) terasa segar,” tulis Afrizal.

Diskusi buku puisi yang diprakarsai komunitas Akar Pohon itu jadi ramai, karena peserta tak sulit memahami maksud sajak-sajaknya. Apalagi Andy yang terkesan “renyah dan gaul” itu mengapresiasi tiap tanggapan peserta. Ia telaten menjawab dengan penjelasan sederhana seperti kata-kata dalam sajak-sajaknya.

Beberapa peserta diskusi mengaku, tiga tulisan yang dimuat dalam buku itu dari Kiki Sulistyo (penyair), Latief Noor Rahman (Redaktur Budaya Minggu Pagi), dan Andri Nur Latif (Tukang Soreng Manten), bisa membantu lebih memahami puisi Andy Sri Wahyudi.

Andi Sri Wahyudi lahir di Jogjakarta tahun akhir 1980, selain menulis puisi dan artikel ia juga dikenal sebagai aktor yang aktif di Bengkel Mime Theater (BMT). Bersama BMT aktif menyelenggaraan pementasan pantomime, diskusi dan wokshop di berbagai kota, termasuk di luar negeri seperti Singapura dan Timor Leste.

Mataram merupakan kota ke 17 yang dikunjunginya untuk mengenalkan keseniannya. Selain menyelenggarakan workshop, hari Selasa (10/1), bersama beberapa temannya dari Jogja ia mementaskan karya teaternya di Teater tertutup Taman Budaya NTB.

“Saya selalu intens dengan pekerjaan saya. Melakukan terus menerus,” kata Andy.

Ka-eS