Larva BSF mampu menguraikan nutrisi kompleks dalam sampah makanan dengan cepat. Pada prosesnya, tumpukan sampah organik dapat berkurang sebanyak 80 persen selama 24 jam
MATARAM.lombokjourna.com — Desa Sengkol menjadi pilot project program pengelolaan sampah dengan metode Black Soldier Flies (BSF), dan Pembangunan fasilitas BSF secara Eco Friendly menggunakan bambu dari Lombok.

Program pengelolaan sampah ini merupakan bantuan Tim ‘BSF GIZ-Renergii-Bambook’ guna mensukseskan Program Unggulan NTB, yakni ‘NTB Zero Waste’ dan ‘NTB Hijau’, yang diimplementasikan dalam bentuk pengelolaan sampah di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, sebagai piot project di Desa Senko.
Wakil Gubernur NTB, Dr. Ir. Hj Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd mengapresiasi program dari Tim BSF GIZ-Renergii-Bambook, mengingat NTB merupakan salah satu Provinsi yang sangat fokus menjaga kelestarian lingkungan.
Sebelumnya, metode BSF telah berlangsung di Desa Lingsar, Lombok Barat yang merupakan hasil kerjasama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB dengan Kementerian Kehutanan Korea Selatan pada tahun 2018.
“Metode BSF merupakan salah satu proses yang sudah dipelajari dari dulu, tetapi kami sangat butuh orang – orang seperti anda untuk bisa merealisasikan hal tersebut, kami berharap Giz akan berkelanjutan dengan melakukan pendampingan” tuturnya pada Tim BSF GIZ Renergii Bambook, bertempat di ruang rapat ‘outdoor’ halaman Setda Provinsi NTB, (12/08).
Proses pengolahan sampah organik dengan menggunakan tehnologi biokonversi sendiri merupakan tekhnologi yang memanfaatkan pelahap larva dari lalat Hermetia illucens (dikenal dengan sebutan Black Soldier Flies atau BSF).
Larva BSF mampu menguraikan nutrisi kompleks dalam sampah makanan dengan cepat. Pada prosesnya, tumpukan sampah organik dapat berkurang sebanyak 80 persen selama 24 jam.
“Sampah makanan tidak harus menjadi sampah yang busuk dan menyebabkan penyakit, tetapi bisa juga menjadi uang, pakan ternak, menjadi pupuk, ini solusi dalam siklus yang dikatakan sebagai zero waste, kami sangat inginkan dan bahagia dengan metode ini,” ujar Umi Rohmi sapaan akrab Wagub NTB.
Pengelolaan sampah dengan metode BSF diharapkan tidak hanya di Desa Sengkol saja, tetapi bisa juga diterapkan dibeberapa daerah wisata.
“Sampah Organik yang muncul dari pasar, hotel dan rumah makan harus ditangani, terimakasih kepada Tim BSF GIZ-Renergii-Bambook karena telah membantu kita mempercepat proses dikawasan premuin internasional semoga ke depan bisa di tempat wisata lain seperti senggigi atau gili,” jelas Samsudin, S.Hut, M.Si Sekrertaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutan Prov. NTB.
Selain itu, Kathrin Pape dari Giz mengungkapkan, Program yang berlangsung di Desa Sengkol telah menumbuhkan kesadaran diri dari masyarakat, untuk ikut serta sehingga secara tidak langsung terciptanya lapangan kerja yang berkelanjutan.
“Kami mengikutsertakan masyarakat dari Sengkol, para pemuda dan wanita yang dimana mereka bisa bekerja sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat” jelasnya.
Sementara itu, Paula dari Bambook menjelaskan alasan pemilihan bambu sebagai bahan baku pembangunan fasilitas BSF di Desa Sengkol.
“Semua project kita dari bamboo, karena lebih murah dan aman dari bencana alam gempa,” tuturnya.
Kepala Desa Sengkol, Satria sangat antusias dan sudah mempersiapkan berbagai fasilitas yang dibutuhkan, seperti lahan untuk pembangunan yang telah dihibahkan oleh warga.
“Kami berterimakasih karena hal ini sangat penting, semoga program ini dapat berjalan dengan baik ke depan,” katanya.
serly@diskominfotik