Bertani Hidroponik, Solusi Sempitnya Lahan Pertanian Kota

PANEN SAYUR HIDROPONIK. Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB, Priono, bersama Wakil Walikota Mataram, H Mohan Roliskana dan istri, memanen sayuran di green house di Mataram, Kamis (3/8) (Foto: Rr/Lombok Journal)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Sempitnya lahan pertanian di perkotaan, membutuhkan inovasi kreatif agar sektor pertanian mensejahterakan petani

Wakil Walikota Mataram, H Mohan Roliskana bersama istri, didampingi Kepala Dinas Pertanian Mataram, foto bersama di depan grren house

Mataram.lombokjournal.com – Wakil Walikota Mataram, H Mohan Roliskana, mengngatkan tantangan yang dihadapi Kota Mataram, yang lahan pertaniannya hanya tersisa 33 persen. Ini berdampak signifikan pada kesejahteraan sekitar 4900 petani di Mataram.

“Program sitalas (sistem bertani lahan sempit, red) dengan hidroponik sudah berhasil.  Mudah-mudahan bisa direplikasi di tempat lain,” kata Mohan saat melaunnching Program Sistem  Bertani Lahan Sempit (Sitalas) dengan hidroponik di Lingkungan Taman, Karang Baru (depan Kantor BPK) di Mataram, Kamis (3/8) siang.

Acara launching itu berlangsung di tanah pekarangan yang cukup luas. Di areal lain pekarangan itu berdiri green house hidroponik di atas lahan sekitar 195 m2 (2 are) dengan jumlah 9400 (lubang) tanaman sayur, yang siap memanen berbagai macam sayuran. Bahkan bibit padi yang ditanam sudah mulai tumbuh subur.

Meski sekitar dua bulan berbagai sayuran itu baru ditanam dengan media air dalam lubang-labang paralon, tapi  sudah bisa melayani pengumpul yang biasa memasok ke hotel. “Hasil dari yang 2 are (19 m2) ini setara dengan lahan seluas 50 are (5000 m2),” tutur H Masbuhin yang dikenal sebagai penggerak petani kota sistem hidroponik.

Kadis Pertanian Kota Mataram, H Mutawali, mengawali acara itu menegaskan, dengan program Sitalas beryujuan menguatkan kembali kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi.

Dikatakan, tahun 2031 diprediksi lahan pertanian di Mataram hanya tersisa sekitar 350 ha. “Ini tidak boleh hanya dpandang dengan kesediah. Tapi butuh kepedulian,” kata Mutawali.

Dengan program siitalas dengan hidroponik, ingin dijawab masalah yang timbul terkait menyempitnya lahan pertanian.   Masalah seperti petani buruh tani yang menganggur, kekuragan kebuuhan sayur mayur, menghilangnya lahan kangkung, kelangkaan cabe, bisa mendapatkan solusinya.

“Jangan menangis karena kehilangan lahan. Mari gunakan yang masih ada,” ajak Mutawali.

Menurutnya, bertani dengan hidroponik punya kelebihan. Disamping tak membutuhkan lahan luas, masa panen relatif singkat, selain itu bisa memanfaatkan  pekarangan,lorong-lorong, bahkan bisa dilakukan di halaman kantor atau sekolah.

Peluncuran program Sitalas dengan hidroponik itu dihadiri Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTB, Priyono, GM Lombok Raya, Gusti Lanang Patra, Luran se Kota Mataram,  pengusaha yang bergerak di pertanian dan kelompok tani.

Pada akhir acara, para undangan meninjau green house hidroponik. Dalam kesempatan itu, langsung terjadi traksaksi pengelola green house, H Masbuhin, dengan beberapa pengusaha pertanian maupun kalangan perhotelan.

Rr