Berobat Gratis Pakai Kartu BPJS; Dari ‘Kepala Besar’ Hingga Kemoterapi

ILUSTRASI. "Mulai dari cek laboratorium, MRI, sampai kemoterapi, semuanya ditanggung BPJS." (foto: ist)

Kehadiran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan banyak membantu pasien tidak mampu. Dengan menjadi peserta BPJS, penderita penyakit yang tergolong berbiaya tinggi pun dapat berobat tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun karena semua biaya pengobatan sudah dibayar oleh BPJS.  Berikut pengakuan (testimoni) pasien dari beberapa daerah

MATARAM.lombokjournal.com – Cerita mengharukan disampaikan Warga Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Supriana, ibu dari bayi penderita penyakit hydrcepallus. Meski ia sudah terdaftar sebagai peserta dan mengantongi kartu BPJS, ia tak menyangka kalau pengobatan bayinya yang mengidap penyakit hydrocepallus (kepala membesar akibat cairan) tanpa biaya sama sekali alias gratis.

Kehadiran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sangat membantunya. Supriana membawa bayinya untuk  dirawat di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) di Bandar Lampung.

“Saya berobat dengan menggunakan (kartu) BPJS. Saya terbantu karena biaya pengobatan anak saya gratis,” kata Supriana di RSUAM, Bandar Lampung.

Selama pengobatan bayi laki-laki nya yang berusia 40 hari itu dirawat di RSUAM. Benar-benar tak disangkanya, selama berobat Supriana sebagai pemegang kartu BPJS tersebut sama sekali tak perlu merisaukan berapa besar boayanya.

“Kalau tidak pakai BPJS saya tidak tahu harus membayar biaya pengobatan anak saya dengan apa,” ujar Supriana.

Dari pengalaman pribadinya itu ia pun berpendapat, program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan merupakan program yang mulia. Dengan semangat gotong royong, biaya pelayanan kesehatan yang sangat mahal bisa diatasi. Supriana pun ikhlas membayar premi seumur hidup. “Apabila tidak digunaka, kan bisa dipakai oleh orang lain yang membutuhkan” ujarnya.

Kemoterapi pun Gratis
Pengalaman sama juga dialami HA, warga asal Pulogadung, Jakarta Timur,  yang mengakui sangat bersyukur dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Untuk menjadi peserta dan menjadi pemegang kartu BPJS sangat mudah.

“Saya banya perlu bawa semua berkas yang diperlukan, mulai dari KTP, KK, dan pasfoto ukuran 3×4. Prosesnya cepet kok, satu jam langsung jadi, tidak ribet,” tuturnya.

Bagi masyarakat yang hendak menjadi peserta BPJS (yang membayar iuran bulanan sangat ringan), bisa ke kantor layanan BPJS di kotanya masing-masing.

Untuk berobat lebih lanjut, HA dirujuk dari Puskesmas  ke rumah sakit karena terdapat indikasi medis yang memerlukan penanganan dokter spesialis. Saat itulah ia mengetahui bahwa dirinya menderita tumor.

“Di sana saya dirujuk ke dokter spesialis saraf. Penanganannya juga baik dan cepat. Mulai dari cek laboratorium, MRI, sampai kemoterapi, semuanya nggak dikenai biaya sama sekali,” paparnya.

Kemoterapi secara rutin masih dijalani, dan ia tak perlu mengeluarkan biaya apa-apa. Karena itu, ia pun menyarankan agar BPJS Kesehatan terus meningkatkan pelayanan dan sosialisasi kepada masyarakat, termasuk para tenaga medis yang bekerja di rumah sakit agar pelaksanaan program JKN bisa berjalan makin baik.

Apa yang diutarakan dalam tulisan tentang dua peserta BPJS Kesehat penyakit hydrocepallus di atas, hanyalah contoh kecil tentang pentingnya menjadi peserta BPJS Kesehatan.  Masih banyak jenis penyakit lain yang butuh biaya besar, seperti cuci darah, jantung dan sebagainya.

Tapi dengan menjadi peserta BPJS,  seluruh biaya perawatan waku sakit sudah ada yang menanggung. Yang penting mengetahui prosedur berobat, mulai berobat ke faskes (fasilitas kesehatan) tingkat pertama, hingga rujukan yang memerlukan penanganan dokter spesialis.

Rr