by theantimedia.org
Lombokjournal,com
Dalam acara di TV baru-baru ini diberitakan, Presiden Obama dan petinggi Partai Republik di Kongres telah bertemu. Topik pembicaraan, merahasiakan siapa di balik serangan teror “9 September 2001”. Seperti diketahui, serangan World Ttrade Centre (WTC) itu menewaskan 2.996. Terasa ganjil, anggota neokonservatif Kongres bisa sepakat dengan Obama.
Saat ini makin santer isu rahasia. Tentang laporan “Komisi 9/11” (Komisi yang dibentuk untuk mengungkap fakta Peristiwa “Serangan 9/11”) di Kongres, ada bagian laporan setebal 28-halaman, yang isinya mengejutkan. Para ahli dan politisi mengatakan, dokumen itu memaparkan peran langsung pejabat pemerintah Saudi Arabia dalam serangan teror yang menewaskan ribuan orang itu.
Inilah sebabnya, kemudian Arab Saudi mengeluarkan peringatan keras baru-baru ini. Negara monarki di Timur Tengah itu mengancam membekukan aset AS hingga $ 750 miliar, jika Senat mengesahkan suatu RUU yang memungkinkan korban aksi teror (di Amerika) bisa menuntut pemerintah asing yang bertanggung jawab.
Peringatan Arab Saudi ditanggapi serius. Dalam sebuah wawancara TV, Presiden Obama menyatakan:
“Bila kita membukanya, memungkinkan warga Amerika terus menerus menggugat pemerintah negara (maksudnya Saudi Arabia). Selain itu, juga membuka peluang Amerika Serikat sendiri secara terus menerus digugat warga negera lain,” rupanya AS sendiri mengakui serangan itu juga merenggut nyawa warga sipil di luar Amerika yang tak terhitung jumlahnya.
Namun saat ini, Arab Saudi menikmati “kekebalan berdaulat” dengan AS. Bahkan jika isi yang 28 halaman memang membuktikan pejabat Saudi di balik serangan 9/11, Amerika tidak akan mampu mendapatkan keadilan atas kerugian yang dialaminya. RUU yang baru tentang 9/11 akan merugikan posisi Arab Saudi.
Dan respon Arab Saudi, mengganjal pengesahannya dengan mendekati kalangan Kongresk kususya dari Partai Republik. Itu justru memperkuat kecurigaan peran kerajaan di Timur Tengah tersebut di balik “Serangan 9/11”.
AnonHQ.com