“Barapan Ayam”, Permainan Tradisional Yang Jadi Event Wisata di KSB

BARAPAN AYAM; Dua ayam jago justru bekerja sama memenangkan balapan (barapan) ayam (foto: GRA/Lombok Journal)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Jika di lain tempat pertandingan ayam jago dilakukan dengan cara mengadu atau menyabung dua ayam jantan untuk saling bertarung, tapi di daerah Sumbawa Barat, NTB, juga jadi atraksi pariwisata yang menghibur.

SUMBAWA BARAT,lombokjournal.com — Pertandingan ayam jago di sini, justru menyatukan dua ayam jago untuk bisa bekerjasama. Mereka harus bisa berlari cepat, beriringan, dan harus tepat menyasar tujuan, dalam “Barapan Ayam”.

“Tidak. Disini ayam jago tidak diadu untuk bertarung, tapi diadu kecepatan lari. Namanya  Barapan Ayam atau Sampo Ayam,” kata Komaruddin (38), Ketua Panitia perlombaan Barapan Ayam, Kamis sore (6/4) di Desa Tambak Sari, Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat, NTB.

Perlombaan Barapan Ayam di Desa Tambak Sari, digelar untuk mengisi rangkaian Festival Pesona Tambora 2017. Tapi di luar event Festival, tradisi Barapan Ayam bisa disaksikan setiap Minggu di Kota Taliwang, ibukota Sumbawa Barat.

Komaruddin menjelaskan, dalam Barapan Ayam, dua ekor ayam jantan akan disatukan dengan sebuah kayu yang secara lokal disebut Noga, yang kemudian ujungnya diikat pada masing-masing punggung ayam.

Dua ekor ayam yang sudah disatukan itu kemudian diarahkan oleh joki ayam menggunakan semacam pecut yang terbuat dari rotan yang ujungnya diberi bebunyian dari botol plastik bekas minuman yang disayat-sayat.

“Menggunakan pecut yang disini disebut Lutar, joki ayam harus mengarahkan ayamnya. Pasangan ayam harus berlari cepat dan harus bisa tepat menyentuh kayu Saka di garis finish,” katanya.

Suasana Barapan Ayam di Desa Tambak Sari nampak ramai dan riuh. Ratusan orang berkumpul di lapangan, dimana arena Barapan Ayam didirikan.

Sekitar 160 pasangan ayam akan berlomba di arena. Arena berukuran 20 kali 50 meter dikelilingi dengan kain jaring, agar ayam tidak lari keluar arena. Sementara penonton bisa menyaksikan dari luar arena.

Joki ayam yang dipanggil untuk masuk ke arena, akan membawa dua ayam yang sudah menyatu ke dalam arena.

Dengan kemampuan yang dimiliki, joki harus bisa mengarahkan ayam agar berlari cepat dengan jarak sekitar 50 meter menuju finish.

Sebatang kayu setinggi setengah meter atau disebut Saka, ditancapkan di garis finish. Pasangan ayam baru dinyatakan berhasil finish adalah yang berhasil menyentuh Saka.

“Tidak gampang mainnya, harus banyak latihan baik ayam maupun jokinya. Tapi ini seru, dan selalu bikin penasaran,” kata Muhamad Nursyamsi (28), warga Taliwang yang ikut lomba Barapan Ayam.

Syamsi mengatakan, percaya atau tidak,dalam Barapan Ayam juga diperlukan Sandro, atau dukun yang punya kemampuan khusus. Tugas mereka adalah mengelabui penglihatan ayam agar kayu Saka bisa terlihat mirip binatang buas, atau mahluk lain yang menakutkan.

“Kalau Sandronya hebat, pasti sangat jarang ayam yang bisa tepat menyentuh Saka, karena sudah takut duluan,” katanya.

Bupati Sumbawa Barat, HW Musyafirin mengatakan, Barapan Ayam merupakan tradisi masyarakat Sumbawa Barat yang hingga kini masih lestari.

Seperti juga Barapan Kebo, Barapan Ayam di Sumbawa Barat juga menjadi tradisi yang saat ini tengah dikemas sebagai salah satu event atraksi budaya untuk mendukung pariwisata di Kabupaten itu.

“Ya Barapan Ayam ini sangat unik, dan kami yakin ini hanya bisa disaksikan di Sumbawa Barat.Jadi tradisi ini bisa menjadi daya tarik wisata,” kata Musyafirin.

GRA

07/04/17, 13.04 – Jakarta P Panca: IMG-20170407-WA0001.jpg (file terlampir)

BARAPAN AYAM. Permainan tradisi barapan ayam di Sumbawa Barat, yang kini menjadi event pariwisata.(GRA)