Tak Bingung Bayar Biaya Kesehatan, Setelah Jadi Peserta BPJS Kesehatan

Kalau belum menjadi peserta BPJS, tidak tahu harus cari uang kemana (Foto: DOK. BPJS Mataram)

Akhmad Mukhibun, sebelum menikah pernah bekerja  di Korea dan Malaysia. Setelah beristri ia buka usaha genteng, dan istrinya jualan makanan. Seiring usia yang makin bertambah, ia pun mulai sering sakit-sakitan. “Saya bersyukur ada program jaminan kesehatan BPJS. Ini bener-bener membantu. Kalau tidak ada BPJS ya enggak tahu lagi harus kemana cari uang untuk berobat,” katanya.

lombokjournal.com

Akhmad Mukhibun, Peserta BPJS KEsehatan

Menderita sakit memang “cobaan” yang harus diterima dengan ihlas. Namun, meski demikian tetap membutuhkan biaya, apalagi harus menjalani pengobatan dalam waktu lama.

Ini pengalaman Akhmad Mukhibun. Bermula tahun 2010, ia hanya merasakan sakit  perut, seperti sakit maag.  Kemudian, ia pergi ke Rumah Sakit, ternyata hasil diagnosa dokter ia sakit usus buntu, dan ia harus segera dioperasi.

“Saya operasi usus buntu, biayanya sekitar Rp3juta-an,” cerita Akhmad. Dan operasi itu pun dijalaninya. Tapi tidak beres cukup sampai disitu.  Setelah operasi usus buntu, Akhmad masih merasakan tidak enak di bagian perutnya.

Setelah itu ia hanya berobat jalan, tapi tidak sembuh-sembuh. Setelah diperiksa beberapa kali, lalu dirontgen, ternyata Akhmad mengalami radang usus besar. Ia harus menjalani perawatan beberapa hari, biayanya sekitar Rp6 juta. Dengan kondisi ekonomi pas-pasan, ia tak membayangkan dari mana ia harus memperoleh uang sebesar itu.

Setelah operasi, biaya yang harus dikeluarkannya pun terus mengalir. Obatnya ada tujuh macam, yang harus diminum tiap hari selama enam bulan. Harga obatnya sekali tebus Rp300.000 sampai Rp400.000. Obatnya ini untuk satu minggu saja.

“Jadi tiap minggu saya harus kontrol ke dokter,” cerita Akhmad. Katanya memang masih rawat jalan, dan dalam pengawasan dokter.

Untung Jadi Peserta BPJS Kesehatan.

Bagaimana Akhmad Mukhibun membiayai pengobatannya, “Ya, untung saya sudah jadi peserta BPJS Kesehatan,” jelas Akhmad.

Kalau belum menjadi peserta BPJS, Akhmad mengaku enggak tahu harus cari uang kemana untuk berobat. Apalagi ia tidak bisa bekerja berat, karena kondisi kesehatannya sedang tidak normal.

Akhmad menjelaskan, sebagai peserta BPJS Kesehatan Kelas III ia harus membayar iuran premi Rp25.500 tiap bulan, yang disetorkannya di Bank BRI.  Selama menjadi peserta BPJS Kesehatan sudah tiga kali keluar masuk rumah sakit, dirawat sekitar 10 hari.

Yang terakhir ini, ia dirawat karena HB (haemoglobin) 2,2, jadi Akhmad harus transfusi darah, darahnya habis lima kantong. “Sekarang, masih lemes,” katanya, tapi kesehatannya main membaik.

Tapi ia harus makan semua makanan yang direbus, minum obat teratur, istirahat cukup, belum boleh bekerja yang berat, dan tidak boleh merokok. Intinya, menjalani hidup bersih dan sehat. Meurutnya, ini pelajaran bagi yang belum sakit. Penting menjaga pola makan dan kebiasaan hidup bersih dan sehat.

Bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan setelah menjadi peserta BPJS Kesehatan?

Menurut  Akhmad, pelayanan kesehatan cukup bagus. Ia  dirawat di kelas 3, sesuai iuran yang dibayarnya yaitu Rp25.500 pervbulan. Ia dirawat di ruangan kelas 3 berisi 6 tempat tidur,  antar tempat tidur disekat oleh pembatas korden. “Saya tidak pernah dipersulit. Saya ditangani dokter spesialis penyakit dalam,” ungkapnya.

Akhmad mengungkapkan rasa syukurnya, hadirnya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberi harapan menanggulangi kesehatan masyarakat Indonesia.

Harapannya, ia bisa mengajak anak isterinya menjadi peserta BPJS Kesehatan. Karena kondisinya serba pas-pasan, sementara ia baru bisa membayar iuran untuk dirinya sendiri. Tapi kalau ia sudah bisa bekerja normal, menjadi peserta BPJS Kesehatan akan menjadi prioritasnya,

“Jaminan kesehatan itu penting. Saya menyarankan teman-teman yang belum jadi peserta BPJS Kesehatan dan mampu bayar iuran, segera saja mendaftar jadi peserta. Bener loh, repot banget kalau sudah sakit seperti saya ini. Saya bukan pegawai (karyawan) jadi tidak punya jaminan apa-apa,” katanya.

Pur (Adv)

 

Sumber : Menyisihkan Rp25 ribu, Manfaatnya Jutaan Rupiah