Oleh Brianna Acuesta; trueactivist.com
Pemerintah Kenya bersikap tegas terhadap perdagangan gading ilegal, Sabtu (30/4), dengan menyita dan membakar 106 ton gading yang berasal dari gading gajah dan cula badak. Tumpukan gading itu dikatakan terbesar yang pernah musnahkan.
Uhuru Kenyatta, Presiden Kenya mengatakan, “Saatnya telah tiba, kita harus mengambil sikap tegas … Kenya menyatakan bahwa bagi kita gading tidak ada harganya, kecuali bagi gajah kami.”
Pernyataan Kenyatta mengundang kontroversi, karena beberapa negara mengatakan bahwa gading sebanyak itu bisa dijual sekitar $ 150 juta. Dan uang itu bisa digunakan ntuk membiayai pengembangan dan perlindungan satwa liar.
Lebih lanjut kritik itu juga menyebutkan, korupsi dan lemahnya pengamanan perbatasan Kenya memungkinkan berlanjutnya perdagangan gading ilegal. Dan membakar gading tak merubah sindikat internasional untuk terus memanfaatkan kelemahan Kenya.
Terhadap kritik itu, Presiden Uhuru langsung menanggap, keputusannya untuk memusnahkan gading gajah dan cula badak itu menunjukkan pada dunia bahwa gading seharusnya tidak bernilai komersial.
Satu ton gading diperoleh dari pembantaian lebih 8.000 gajah dan 343 badak. Karena orang percaya, gading dibutuhkan untuk produk seni yang spesial. Afrika merupakan wilayah perdagangan gading karena besarnya (tapi telah jauh berkurang) populasi gajah dan badak Afrika yang sebenarnya terancam punah. Tahun 1970-an, Afrika memiliki 1,3 juta gajah, tapi saat ini jumlah itu menurun drasti hanya 500.000.
Kenyatta membakar 11 onggok kayu saat pembakaran gading hari Sabtu sore. Dibutuhkan 20.000 liter bahan bakar jet dan oksigen untuk pembakaran itu. Robin Hollister, pelaksana acara pembakaran itu berkata, tak diketahui berapa waktu dibutuhkan untuk membakar sebanyak 106 ton gading itu. Karena memang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Kenya akan mendesak Afrika secara resmi, melarang perdagangan gading di Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka akhir tahun ini.
Roman Emsyair