Indeks

Tokoh ‘Wet Adat Sesait’ Lakukan ‘Meriri Bale Makam Bayan’

MERIRI BALE MAKAM; warga yang terlibat melakukan renovasi makam haruslah menggunakan pakaian adat dan khusus untuk laki-laki harus telanjang dada atau tanpa baju dan alas kaki / Foto: Han
Simpan Sebagai PDFPrint

Para tokoh yang mewakii desa yang secara geografis ruang lingkup daerah “Wet Adat Sesait” gelar prosesi ‘Meriri Bale Makam Bayan’

KAYANGAN,KLU.lombokjournal.com ~ Para tokoh adat Desa Sesait yang disebut “Tau Lokaq Empat”, yakni Pemusungan (Kepala Desa), Mangku Gumi, Jintaka, dan Penghulu Adat Sesait, menggelar prosesi “Meriri Bale Makam Bayan” berlangsung hari Kamis (28/10/21).

Selain itu juga melibatkan perwakilan dari semua desa yang secara geografis tercatat sebagai ruang lingkup daerah “Wet Adat Sesait”.

Adapun desa yang termasuk desa “Wet Adat Sesait” antara lain Desa Sesait, Desa Pendua, Desa Santong Mulia, Desa Kayangan, dan Desa Santong.

Aswadin selaku penghulu adat Sesait menjelaskan,  seluruh desa yang termasuk dari “Wet Adat Sesait” tersebut memiliki tanggung jawab dalam pelestarian setiap adat dan budaya yang ada di Sesait, termasuk juga prosesi “Meriri Bale Makam Bayan”.

BACA JUGA: Peresmian Homestay dan Bimtek Pelaku Pariwisata di Senaru

“Desa yang termasuk wet adat sesait itu ada lima desa yakni, desa Sesait, Pendua, Santong Mulia, Kayangan, dan Desa Santong, lima desa inilah yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan bale makam Bayan ini,” terang Aswadin.

Proses “Meriri Bale Makam Bayan” dilaksanakan secara berkala tiap delapan tahun sekali. Tujuannya menjaga keutuhan peninggalan para leluhur desa Sesait yang ada di desa Bayan.

Tahapan prosesi “Meriri Bale Makam Bayan” dimulai dari musyawarah “Tau Lokaq Empat” dalam menentukan hari dan waktu dilaksanakannya prosesi tersebut.

Setelah “Tau Lokaq Empat” melakukan musyawarah, kemudian dilanjutkan dengan prosesi ritual adat hingga proses renovasi makam tersebut, dengan komando atau dipimpin langsung oleh penghulu adat desa Sesait.

Setelah proses renovasi selesai, kemudian dilanjutkan dengan agenda “Selametan” sebagai penanda bahwa “Meriri Bale Makam Bayan” telah selesai dilaksanakan.

Pelaksanaan renovasi makam tersebut memiliki aturan, yakni semua yang terlibat haruslah menggunakan pakaian adat dan khusus untuk laki-laki harus telanjang dada atau tanpa baju dan alas kaki.

Kecuali penghulu adat yang boleh menggunakan baju, tapi tetap harus melepas alas kaki ketika memasuki areal makam.

“Semua yang mengikuti prosesi ini harus melepas alas kaki dan baju mereka, kecuali penghulu adat yang bertugas sebagai komando prosesi meriri bale makam Bayan ini”. jelas Aswadin.

Kemudian dijelaskan, “Bale Makam Bayan” merupakan bagian dari situs peninggalan para sesepuh Desa Sesait yang terletak di Desa Bayan.

BACA JUGA: Program Desa Wisata di NTB, Ini Dukungan Mendes PDTT

Makam tersebut merupakan milik dari masyarakat adat Sesait secara historis. Karena makam tersebut menjadi saksi bisu dari eksistensi para leluhur masyarakat adat Desa Sesait yang pernah mendatangi Desa Bayan.

“Makam ini aslinya adalah makam orang tua kami atau sesepuh Sesait, tapi letaknya di Desa Bayan, itulah kenapa namanya “Bale Makam Bayan,” tutur Aswadin.

Han

Exit mobile version