KLU.lombokjournal.com –
Kelompok Seni Tradisi Rudat Setia Budi Dusun Terengan, Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara, membuktikan diri ke khalayak seni tradisi di NTB, yang mampu mempertahankan eksisensinya di pusaran perkmbangan jaman.
Kemampuan bertahan itu karena kecintaan terhadap seni tradisi Rudat, dan membuat kelompok mereka tetap bertahan melewati beberapa zaman.
Sebagai kelompok seni tradisi, merupakan prestasi tersendiri Seni Rudat di Terenga itu bisa tetap bertahan ketika sebagian besar masyarakat telah berpaling kepada kesenian modern.
Dibutuhkan kecintaan yang dalam, kerelaan berkorban waktu dan tenaga, serta visi besar menyongsong masa depan untuk seni tradisi guna merealisasikannya.
“Jika tidak begitu, seni tradisi komedi rudat Setia Budi Terengan tidak akan mampu bertahan untuk terus menelaah zaman. Bersaing bersama seni modern. Dengan seni tradisi ini kita bercerita kepada generasi saat ini mengenai peristiwa yang terjadi di masa silam, melalui lakon-lakon yang dimainkan,” tutur Zakaria, pimpinan Seni Tradisi Rudat Setia Budi, Terengan, Lombok Utara, Rabu, (11/09/20).
Selain itu, Bagi Zakaria, kekaguman terhadap kekayaaan budaya leluhur, jadi salah satu pemicu untuk terus maju menantang zaman.
Zakaria, dalam percakapan dengan lombokjournal.com memaparkan perkembangan seni Rudat yang dipimpinnya dari masa ke masa. Pengaaman yang panjang menggeluti seni Rudat, dengan pahit getir yang dialami, membuat kelompoknya tetap bisa bertahan hingga saat ini.
Zakarian menjelaskan, perasaan cinta pada seni tradisi Rudat itu juga membuat kelompoknya merasa bertanggung jawab untuk terus melestarikan seni tradisi warisan leluhur tersebut.
Banyak nilai positif yang bisa jadi bekal hidup di dunia yang ada di dalam pertunjukan seni tradisi rudat.
“Khususnya untuk kami pribadi di Terengan. Berasal dari sana, kami mengajak segenap generasi muda untuk belajar dan melestarikan seni tradisi komedi rudat ini,” ujarnya.
Lebih jauh, pria yang akrab disapa Pak Jek itu menjelaskan, tentang kandungan makna filosofis yang terdapat pada hampir semua dimensi seni tradisi Rudat.
Mulai dari pola urutan tarian di dalam rudat yang dibagi menjadi tiga babak sebagai gambaran tiga fase kehidupan yang nantinya dilalui umat manusia sebelum menghadap ke sang pencipta.
Termasuk salam yang harus diucapkan sebelum memulai pertunjukan pun memiliki kandungan makna filosofis yang dalam. Tak terkecuali dengan pola baris-berbarisnya. Semuanya memiliki kandungan makna filosofis yang dalam.
“Dalam permainan juga dimulai dengan syair selamat datang, itu menandakan bahwa seharusnya kita ucap salam atau mendahulukan salam. Kemudian baris-berbaris yang bermakna apapun yang akan kita lakukan di muka bumi ini, sudah sepatutnya kita melakukan persiapan-persiapan, itu filosofinya,” tuturnya.
Perlu diketahui, pada 2017 yang lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan Pak Jack sebagai salah satu maestro kesenian tradisi Rudat.
Gelar kehormatan tersebut didapatnya karena dinilai telah berdedikasi menjaga dan mengembangkan kesenian tradisi rudat di provinsi NTB.
Tepatnya 11-24 Juli 2017 silam, 20 siswa terpilih dari seluruh Indonesia setelah melewati seleksi bersama ratusan siswa lainnya juga datang ke Kabupaten Lombok Utara guna belajar Tari Rudat bersama Pak Jek.
20 siswa tersebut datang dalam rangka mengikuti program Belajar Bersama Maestro (BBM) oleh Direktorat Jenderal Kebuduayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tujuannya, agar para siswa bisa melihat dan merasakan secara langsung seperti apa kehidupan sehari-hari seorang maestro.
Bagaimana maestro Rudat asal Lombok Utara tersebut tetap bertahan menggeluti keyakinannya di bidang seni sehingga menjadi seorang maestro seperti saat ini.
Ast