Lagu ‘Bungkam’ yang dirilis band Tunggang Gunung menegaskan tiap manusia berhak dan jangan dilarang untuk mengekspresikan kegelisahannya
LombokJournal.com ~ “Tunggang Gunung” band asal lombok, kembali merilis sebuah single baru berjudul “Bungkam”, sebuah lagu yang menggambarkan betapa getirnya sebuah perlawanan dalam kehidupan sosial.
BACA JUGA : Ary Juliyant Melawan ‘Aroes’ Besar Musik Industri
Lagu ini mencoba mendeskripsikan betapa demokrasi menjadi samar ketika sebuah protes selalu dihalangi oleh kekuasaan.
Merespon beberapa tragedi yang sering mereka lihat dan dengarkan, “Sangga” (vocalis band tunggang gunung), berharap lagu berjudul “Bungkam” ini bisa menjadi media protes kepada setiap kebijakan yang dirasa masih memberatkan rakyat kecil.
Dengan satire yang tidak terlalu menyinggung pihak manapun, lagu ini diharapkan bisa mewakili semua kalangan untuk bersuara.
“Lagu ini merupakan bentuk kegelisahan kami dengan semua omong kosong yang selalu disebut kebijakan oleh oknum-oknum pejabat.” pungkas Sangga.
Lirik lagu “Bungkam” banyak menegaskan bahwa kebebasan berpendapat seharusnya tidak disamarkan dengan dalih apapun. Menyuarakan langsung baik dengan lisan maupun tulisan tentang apapun merupakan hak setiap manusia.
Pada penggalan liriknya “Kata adalah senjata, ketika mulutku di bungkam” merupakan penegasan bahwa setiap manusia berhak menulis kegelisahannya jika tidak dapat menyampaikan secara lisan kepada penguasa.
BACA JUGA : Komitmen Gubernur NTB untul Selesaikan Isu Hutan dan Sampah
Lagu “Bungkam” juga menjadi perwakilan terhadap fenomena era modern dimana sedang maraknya generasi yang pandai dalam menulis segala keluh kesah mereka, namun kesulitan dalam menyampaikan secara lisan.
Hadirnya lagu “Bungkam” dirasa sangat bisa menjadi penjabaran betapa sebuah karya tulis dapat menjadi media alternatif dalam menyampaikan pendapat.
Single “BUNGKAM” milik band Tunggang Gunung ini mengajak kita untuk sesekali mencoba menyuarakan ketidakadilan meski hanya lewat tulisan yg tentunya dengan konsekuensi yang perlu di fikirkan lebih matang juga.
“Meski lisan dan tulisan bisa saja menjadi pedang bermata dua bagi diri sendiri namun tetap saja “kata adalah senjata, ketika mulutmu dibungkam,” jelas Sangga.
Tunggang Gunung merupakan Band asal lombok, anggota terdiri dari : Sangga (vocalis asal KLU), Kharisma (Gitaris asal Lombok Tengah), dan Fikhan (Bassist asal KLU).
BACA JUGA : Harta Karun Bawah Laut, Pemanfaatannya Harus Libatkan Paranormal
Fikhan. Kharisma dan Sangga
Band yang dianggap dekat dengan fenomena sosial ini terbentuk sejak 2015 dan telah merilis album bertajuk “Cermin”, kemudian dalam perjalanan menuju album ke-dua, Tunggang Gunung memulai dengan merilis beberapa single mereka.
Tentunya setiap karya musik Tunggang Gunung tidak lepas dari respon terhadap setiap fenomena dan tragedi sosial maupun lingkungan. fik