“Apa yang saya keluarkan tidak sebesar apa yang saya terima selama ini”
lombokjournal.com —
MATARAM ; Program JKN-KIS hadir sebagai program jaminan kesehatan yang dapat membantu masyarakat untuk berobat tanpa perlu memikirkan masalah biaya.
Seperti yang dirasakan oleh salah satu peserta JKN-KIS yang biasa dipanggil Aam (44).
Memiliki tubuh yang sehat merupakan dambaan bagi setiap orang. Namun terkadang penyakit bisa saja datang secara tiba-tiba dan disitulah pentingnya memiliki jaminan kesehatan bagi masyarakat.
Sebagai mantan pekerja di salah satu konveksi jahit, Aam merasa pola hidupnya berubah setelah dirinya mengalami penyakit gagal ginjal. Dirinya mengaku bahwa ia memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan asam urat.
Namun, kala itu, dirinya merasakan sakit dan lemas sehingga ia dibawa ke rumah sakit. Betapa kagetnya dirinya setelah dokter mengatakan kalau Aam mengidap penyakit gagal ginjal.
Aam menuturkan, ia memang punya riwayat penyakit darah tinggi dan asam urat. Cuma setelah di cek lagi, ternyata ia juga mengidap penyakit gagal ginjal.
“Disitulah saya langsung merasa khawatir akan biaya yang harus saya keluarkan. Setahu saya cuci darah adalah pengobatan yang memerlukan biaya yang sangat besar dan dilakukan seumur hidup,” ungkap Aam kepada tim Jamkesnews, Senin (20/01/20).
Aam mengatakan dirinya pernah memutuskan untuk berhenti menjalani pengobatan cuci darah lantaran kejenuhan yang ia rasakan saat itu. Namun tubuhnya langsung tidak berfungsi dengan seharusnya ketika berhenti cuci darah.
“Sempat waktu itu saya sudahi saja untuk berobat. Saya jenuh harus bolak balik ke rumah sakit. Namun kondisi saya malah jauh lebih memburuk, badan lemes, mata kunang-kunang, dan serasa mau ambruk aja badan ini. Jadinya sekarang mau tidak mau harus cuci darah lagi,” ujar Aam.
Dalam setahun belakangan ini, dirinya telah melakukan pencucian darah sebanyak 96 kali.
Menurutnya, pelayanan yang diberikan di rumah sakit tersebut sangat ramah, bahkan tidak membedakan antara peserta JKN-KIS maupun peserta umum.
“Kalau untuk pelayanan yang diberikan kepada saya sejauh ini sangat baik. Dokter maupun perawatnya juga ramah- ramah banget. Rumah sakitnya pun enak, bersih, wangi sehingga selama melakukan cuci darah saya merasa nyaman,” tambahnya.
Aam mengungkapkan, meskipun penyesuaian iuran telah resmi berjalan, ia tidak merasa keberatan untuk tetap rutin membayarnya tiap bulan.
Baginya, apa yang ia keluarkan per bulan justru tidak sebanding dengan apa yang sudah ia terima selama melakukan pengobatan cuci darah.
“Apa yang saya keluarkan tidak sebesar apa yang saya terima selama ini. Pengobatan cuci darah yang saya lakukan rutin setiap 2 minggu sekali sungguh sangat menguras kantong. Namun, setelah menjadi peserta JKN-KIS saya seperti mendapat secercah harapan untuk dapat bertahan tanpa perlu memikirkan biaya pengobatannya,” tutup Aam.
Hk/rr/JAMKESNEWS