Ciguatera, Keracunan Ikan yang Terkontaminasi Ciguatoxins

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan dengan menghindari Ciguatera yaitu mengonsumsi ikan karang

LombokJournal.com ~  Indonesia merupakan negara tropis dan kepulauan terbesar di dunia yang kaya terumbu karang dan keanekaragaman hayatinya, masyarakatnya sepatutnya harus waspada terhadap ancaman penyakit CFP (Ciguatera fish poisoning). 

Ciguatera atau Ciguatera fish poisoning merupakan bentuk keracunan makanan akibat memakan ikan yang terkontaminasi senyawa ciguatoxins.

Ciguatoxins justru tidak membahayakan ikan yang membawanya, tapi beracun bagi manusia. Mereka tidak dapat dicium atau dicicipi dan tidak dapat dihancurkan atau dihilangkan dengan memasak

BACA JUGA: Kawasan Gili Tramena, NTB Bebas “Ciguatera Fish Poisoning”

Pencegahan yang bisa dilakukan dengan menghindari Ciguatera yaitu mengonsumsi ikan karang

 Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami mual, nyeri, syok jantung, hingga gangguan saraf.

Ketika manusia makan ikan yang terkontaminasi, racun Ciguatera akan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan mual, nyeri tubuh, syok jantung, hingga gangguan saraf.

Karena toksin Ciguatera dapat mengaktifkan natrium dan memicu efek fotolistrik pada sel-sel saraf. Akibatnya, muncullah gejala-gejala keracunan makanan seperti yang disebutkan tadi.

Racun ciguatera diproduksi oleh mikroorganisme bentik (yang berada di dasar air) yang menempel pada alga di perairan terumbu karang (dinoflagellata). Senyawa ini tidak berbahaya bagi ikan, tetapi dapat berdampak buruk bagi manusia dan mamalia lainnya. 

Ada lebih dari 400 spesies ikan yang dapat terkontaminasi racun ciguatera dan menjadi penyebab ciguatera fish poisoning

Pada tahun 2017, Centers for Disease Control (CDC) AS memperkirakan sekitar 50.000-500.000 kasus keracunan ciguatera secara global setiap tahun. Menurut CDC, risiko kematian akibat keracunan kurang dari 1 dalam 1.000 kasus. Risiko keracunan ciguatera diperkirakan akan meningkat karena kondisi terumbu karang memburuk akibat perubahan iklim, pengasaman laut, konstruksi lepas pantai, dan limpasan nutrisi.

Upaya pencegahannya bisa dilakukan dengan menghindari mengonsumsi ikan karang dan ikan berisiko tinggi seperti barakuda. Selain itu, sebaiknya juga menghindari memakan hati, telur, atau kepala ikan tersebut.

Namun, paling sering terjadi pada ikan predator berukuran besar dengan berat lebih dari 2 kg seperti barakuda, kerapu, kakap, belut, kuwe batu, dan makarel Spanyol.

Ikan yang sudah terkontaminasi racun ciguatera tidak akan berubah penampilan, rasa, atau baunya. 

Senyawa ciguatoxins juga dapat larut dalam lemak dan tahan panas atau dingin, sehingga tidak akan hilang walaupun sudah dimasak atau dibekukan. 

Karena itu, cukup sulit bagi manusia untuk menghindarinya. 

Menurut jurnal Travel Medicine, perkiraan menunjukkan ada 50.000-500.000 kasus baru keracunan ciguatera di seluruh dunia setiap tahunnya.

BACA JUGA: Layanan Medical Check Up (MCU) di RS Mandalika

Mencegah Ciguatera

Ikan yang terkontaminasi ciguatoxins sangat sulit dibedakan dengan ikan lainnya. Namun, untuk  mengurangi risiko terkena ciguatera fish poisoning melalui hal-hal berikut:

  • Jangan menangkap atau memakan ikan dari daerah wabah
  • Mengolah ikan dengan baik 
  • Hindari memakan bagian kepala, mata, telur, tulang, hati, atau jeroan ikan lainnya. Pasalnya, bagian ini terbukti mengandung kadar ciguatoxin yang lebih tinggi daripada dagingnya. 
  • Jika Anda mengonsumsi ikan laut dari perairan air hangat, makanlah dalam porsi kecil, tidak lebih dari 200 gram. 
  • Sebaiknya simpan sisa ikan yang dimakan (potongan ikan kurang lebih berukuran 20 gr) ke dalam freezer jika muncul gejala keracunan. Hal ini dapat membantu dokter memastikan diagnosis melalui analisis laboratorium.
  • Bagi wanita yang pasangan laki-lakinya keracunan ciguatera, hindari berhubungan seksual hingga pasangan Anda sembuh. 
  • Jika seorang ibu menyusui keracunan ciguatera, sebaiknya berhenti dulu memberikan ASI.

Mengobati Ciguatera

Tidak ada antiracun spesifik yang tersedia untuk racun ciguatera. Pengobatan yang dilakukan biasanya bertujuan untuk mengurangi gejalanya.

Pengobatan keracunan ikan ciguatera biasanya dilakukan di rumah sakit dengan segera memompa keluar semua isi lambung (gastric lavage). Jika pengobatan ini tidak dapat dilakukan, pasien akan dipaksa muntah dengan pemberian sirup ipecac. 

Saat ini, beberapa dokter merekomendasikan arang aktif untuk membersihkan saluran pencernaan dari racun. Arang aktif dapat menyerap racun dengan baik dari pencernaan jika dilakukan 3 sampai 4 jam setelah pasien mengonsumsi ikan beracun.

BACA JUGA: Pemberian Protein Hewani Guna Cegah Stunting

Mual dan muntah yang tidak terkontrol harus diobati melalui rawat jalan dengan pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi. Jika terjadi syok, kejang, atau gagal napas, tindakan medis yang tepat harus segera dilakukan, misalnya dengan pemberian obat polisakarida, serum albumin, atau transfusi darah. 

Pengobatan ciguatera lainnya bersifat simtomatik dan suportif, antara lain:

  • Diuretik osmotik untuk membantu mengeluarkan racun melalui kencing
  • Amitriptilin dan gabapentin untuk mengurangi gejala nyeri saraf
  • Diphenhydramine dan hydroxyzine untuk membantu meredakan gatal
  • NSAID dan parasetamol yang berfungsi mengurangi rasa sakit

Setelah pasien pulih, pasien disarankan untuk menghindari konsumsi ikan, kacang-kacangan, alkohol, dan kafein setidaknya selama 6 bulan untuk mencegah gejala kembali.***

 

Sumber: dari berbagai sumber




Layanan Medical Check Up (MCU) di RS Mandalika

RS Mandalika, Lombok Tengah, penopang kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Mandalika berikhtiar beri layanan terbaik

LOTENG.LombokJournal.com ~ Layanan Medical Check Up (MCU) dengan promo untuk warga NTB diluncurkan RS Mandalika, Selasa (23/01/23).

RS Mandalika sebagai penopang kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Mandalika terus berikhtiar memberikan pelayanan yang terbaik.

BACA JUGA: Pemberian Protein Hewani Tekan Stunting 

RS Mandalika penopang kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas Mandalika berikhtiar beri layanan terbaik

Hal itu disampaikan Direktur RS Mandalika dr. Oxy Tjahjo Wahjuni, Sp.EM.

 “Tidak hanya kepada wisatawan, standar pelayanan yang sama dan terbaik juga diberikan kepada masyarakat umum,” jelas dr. Oxy. 

Di tempat yang sama, warga yang merasakan langsung pelayanan yang diberikan rumah sakit tersebut memberikan apresiasi. 

“Disaat saya melakukan pemeriksaan MCU di Rumah Sakit Mandalika, pelayanannya nyaman, teman-teman semua yang berada di sini ramah, murah senyum, tepat dan juga cepat dalam melakukan pelayanan,” kata Sri Utami Rahayu, warga Truwai. Lombok Tengah usai menerima pelayanan. 

Selanjutnya, Nyoman Busala Putra asal Sandik, Lombok Barat menyampaikan juga pengalaman pemeriksaan kesehatan yang dialami sangat menyenangkan. 

“Pengalamannya menyenangkan, pelayanannya cepat dan petugasnya juga ramah” ucap Nyoman. 

MCU yang dilaksanakan Rumah Sakit Mandalika bekerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma tersebut berjalan lancar dan baik. 

BACA JUGA: Informasi Pemilu 2024, Diskominfotik NTB Siap Mengawal

Total peserta pada hari pertama berjumlah 87 orang dengan rangkaian pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan: Narkoba, Jasmani, Rohani dan Kesehatan Jiwa (MMPI-2F). ***

 

 




Pemberian Protein Hewani Guna Tekan Stunting

Wagub NTB mengatakan, pemberian protein hewani, seperti telur, ayam, daging dan lain-lainnya setiap hari, agar anak-anak tumbuh normal

LOTENG.LombokJournal.com ~ Asupan gizi berupa protein hewani harus terus diberikan kepada anak-anak, untuk menjaga kesehatan dan mencegah stunting. 

Karena namanya stunting pertumbuhannya tidak normal. 

Wakil Gubernur NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalilah menenkankan itu saat mengunjungi Posyandu Dahlia 2, Dusun Bongor Desa Batunyala Lombok Tengah, Rabu (25/01/22).

BACA JUGA: Informasi Pemilu 2024, Diskominfotik NTB Siap Mengawal

Wagub NTB mengatakan, pemberian protein hewani untuk menekan stunting

“Kita harus fokus pada pemberian protein hewani, seperti telur, ayam, daging dan lain-lainnya setiap hari, intinya anak-anak kita harus tetap sehat,” tegas Ummi Rohmi sapaan akrab Wagub.

Menurutnya, sebagai orangtua menginginkan anak-anak menjadi sukses untuk terus melanjutkan pendidikan jenjang yang lebih tinggi. 

“Untuk melanjutkan pendidikan, anak-anak harus tetap sehat dengan menjaga kesehatan melalui dengan memperhatikan makanan,” katanya.

Saat yang sama, mengunjungi Posyandu Dahlia 1 Dusun Tembeng, terdapat angka stunting berjumlah 45 dari 118 sasaran. Data terakhir menyebutkan pada posyandu yang dilakukan 24 Januari angka stunting menurun menjadi 24.

Sementara itu, Ketua Kader Posyandu Dusun Tembeng, Ahadiyah menyampaikan terimakasih atas kunjungan ibu Wagub orang nomor dua di NTB.

“Mudahan pelayanan posyandu makin baik, orangtua makin sadar membawa anaknya ke posyandu dan Posyandu semakin maju, dan fasilitas posyandu makin lengkap,” harapnya.

Selanjutnya, Wagub bersama rombongan terdiri dari Asisten 1,  Kadis Kesehatan, Kadis PMPD Dukcapil , Kadis DP3A2KB, BKKBN,  mengunjungi Puskesmas Batunyala yang sementara. 

Karena saat ini sedang dibangun walaupun kondisi seperti itu, program pelayanan kesehatan tetap berjalan seperti biasanya.

BACA JUGA: Upaya Mengembalikan Senyum Anak-anak NTB

Diharapkan Puskesmas yang dibangun pada tahun 2021, dapat menyediakan alat-alat medis yang lengkap untuk menunjang kebutuhan pasien. ***

 

 




Rekonstruksi Bibir dan Celah Langit Mulut 

Operasi bibir sumbing bagian dari proses rekonstruksi tidak hanya menutup bagian sumbing, tapi menyempurnakan posisi rahang atas dan gigi

LombokJournal.com ~ Rekonstruksi celah langit mulut adalah prosedur bedah untuk memperbaiki langit mulut tidak menyatu sepenuhnya, yang merupakan kelainan bawaan.

Celah langit mulut merupakan kondisi cacat yang menyerang satu dari seribu anak, ini bisa terjadi pada langit mulut lunak atau keras, bahkan keduanya. 

Sebagian besar pasien yang mengidap kondisi ini seringkali terjangkit sindrom yang menyerang tungkai, jantung, dan bagian tubuh lain. Meski penyebab utama masih belum diketahui. 

Namun secara genetik celah langit mulut dipengaruhi dan menyerang lebih banyak laki-laki daripada perempuan. 

BACA JUGA: Upaya Mengembalikan Senyum Anak-anak NTB

Operasi bibir sumbing bagian dari proses rekonstruksi

Celah langit mulut dapat di diagnosis oleh USG sebelum kelahiran bayi dan dapat terjadi dengan atau tanpa bibir sumbing.

Memperbaiki celah langit mulut adalah prosedur yang rumit, memerlukan beberapa spesialis dan praktisi medis untuk memberikan perawatan khusus yang mampu meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Apabila kondisi ini tidak diobati, maka akan berdampak pada kebiasaan makan, cara bicara, pertumbuhan gigi dan struktur maksilofasial anak.

Siapa Menjalani Rekonstruksi 

Pasien anak dengan kondisi celah langit mulut biasanya mulai menjalani bedah rekonstruksi sebelum berusia satu tahun. 

Namun, bayi yang juga terdiagnosis penyakit jantung atau kesulitan bernafas, terlebih dulu harus menjalani prosedur pengobatan untuk kedua penyakit ini sebelum rekonstruksi. Dokter menyarankan untuk menunda prosedur hingga anak berusia empat tahun, apabila terdapat celah submukosa.

Waktu adalah salah satu faktor yang memengaruhi kualitas hasil prosedur. Anak harus berada di usia yang ideal untuk menghadapi operasi, dan tidak terlalu tua sehingga kondisi ini tidak berdampak serius terhadap tumbuh kembang kemampuan bicara.

Ada kasus yang membuat dokter tidak dapat segera mendiagnosis celah langit mulut saat anak lahir. 

Hal ini biasanya terjadi pada anak dengan kondisi celah parsial atau langit mulut lunak, yang ditandai dengan kesulitan makan, makanan dan cairan naik ke hidung, dan suara sengau. 

Anak yang terdiagnosis celah langit mulut di usia lebih besar, masih tetap layak untuk menjalani prosedur rekonstruksi.

Meskipun rumit, perkembangan terbaru dari rekonstruksi langit mulut telah meningkatkan angka keberhasilan operasi. 

Sebagian besar pasien dapat kembali menjalani aktivitas normal dalam beberapa minggu. Sedangkan bekas luka yang terdapat di bibir bagian atas dan di bawah hidung akan berangsur hilang.

BACA JUGA: Manajemen Risiko Bencana Bagi Daerah Rawan Bencana

Cara Kerja Rekonstruksi 

Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam memperbaiki celah langit mulut, antara lain teknik von Langenbeck, palatoplasti Bardach Two-flap, perbaikan bibir dan celah langit mulut tahap pertama, flap Vomer, dan flap mio-mukosa bukal.

Rekonstruksi celah langit mulut dilaksanakan di rumah sakit di bawah pengaruh sedasi. Meskipun memiliki beragam teknik, prosedur ini biasanya memerlukan sayatan di sisi celah dan mengambil jaringan lunak sebagai bahan untuk memperbaiki kontur langit mulut. 

Flap digunakan untuk mengubah posisi langit mulut (palatum) lunak dan keras. Kemudian, flap disambungkan oleh jahitan tepat di tengah langit mulut. 

Proses rekonstruksi tidak hanya menutup bagian sumbing, tapi menyempurnakan posisi rahang atas dan gigi, serta memperbaiki organ-organ terdekat, seperti telinga. 

Biasanya, ada bagian langit mulut keras yang dibiarkan terbuka untuk memudahkan pertumbuhan di bagian celah dan struktur wajah di sekitarnya, seperti mulut dan rahang.

Jika kondisi sumbing meluas hingga ke bagian anterior mulut, maka diperlukan cangkok tulang alveolar dengan mengambil bahan cangkok dari tulang rusuk atau pangkal paha.

Pasca operasi, pasien kemungkinan akan merasa sakit, ini dapat diobati dengan analgesik ringan. Pasien perlu mendapat perawatan menyeluruh untuk mencegah penyumbatan saluran udara. 

Cedera di area operasi dapat dihindari dengan menggunakan alat pengekang lengan (arm restraint). Pasien seringkali harus menjalani terapi modalitas untuk meningkatkan perkembangan gigi, berbicara, dan mendengar. 

Selain itu, agar langit mulut sembuh secara optimal, asupan makanan perlu dibatasi dengan cairan dan makanan lunak. 

Operasi tambahan, seperti rhinoplasty dan ekspansi palatum pun diperlukan untuk menyempurnakan proses rekonstruksi.

BACA JUGA: Dispensasi Nikah, Ini Risiko Perkawinan Anak

Komplikasi dan Resiko Rekonstruksi 

Resiko dan komplikasi rekonstruksi celah langit mulut, antara lain:

  • Resiko operasi, di antaranya reaksi negatif dari obat bius, pendarahan, dan infeksi di area bedah
  • Komplikasin pasca operasi, termasuk hidung tersumbat dan keluar darah dari hidung dan mulut
  • Pembengkakan dan luka di area bedah
  • Sulit bernafas, bisa menjadi sangat fatal bila tidak segera dilakukan intervensi
  • Dehisensi luka atau jahitan pada luka operasi terbuka, sehingga menyebabkan ketegangan luka yang berlebih dan kualitas jaringan yang kurang sehat
  • Pertumbuhan fistula oronasal di area bedah
  • Peradangan otitis media kronis
  • Perkembangan maksilari terbatas, yang terlihat struktur gigi menyempit atau dimensi langit mulut interior dan berkurang. ***

Sumber: DocDoc.com

 




Upaya Mengembalikan Senyum Anak-Anak NTB 

Operasi bibir sumbing merupakan upaya untuk membantu masa depan para penderita bibir sumbing melalui program Cipta Senyum Untuk Anak NTB

MATARAM.LombokJournal.com ~ Ini soal bibir sumbing, Wakil Gubernur NTB, Hj. Siti Rohmi Djalilah berpesan, agar rumah sakit dan yayasan mulai menginventarisir para penderita bibir sumbing, terutama balita, dengan menyasar dari Puskesmas dan Posyandu. 

Ia menyampaikan harapan itu saat menyaksikan secara langsung operasi bakti sosial bibir sumbing dan facial cleft di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Selasa (24/01/23)

Ia berharap, kegiatan operasi ini akan menjadi rujukan tindakan untuk Indonesia Timur. 

BACA JUGA: Dispensasi Nikah, Ini Dampak Sertius Pernikahan Anak

Wagub NTB bersyukur, atas upaya membantu anak-anak penderita bibir sumbing

“Saya mengapresiasi kegiatan yang digelar saat ini. Alhamdulillah, anak-anak kita mendapatkan bantuan operasi bibir sumbing dan facial cleft secara gratis. Bakti sosial ini merupakan salah satu ikhtiar Pemprov NTB untuk mengembalikan senyum anak-anak kita di Nusa Tenggara Barat,” ujar Ummi Rohmi sapaan akrab Wagub NTB. 

Direktur RSUD NTB, dr. L. Herman Mahaputra mengatakan, kegiatan operasi bibir sumbing ini didanai Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit Langit (YPPCBL), sebuah lembaga non profit yang bekerjasama dengan RSUP NTB. 

“Semoga dengan kegiatan ini makin banyak pemderita yang terbantu karena rata rata mereka adalah warga masyarakat miskin,” kata dr Jack panggilan akrab Direktir RSUP NTB  

Kegiatan kali ini melibatkan 35 penderita dari berbagai usia dan yang terkecil usia tiga bulan. Awalnya ada 40 orang dan sisanya tidak lolos screening untuk layak operasi,” tambahnya.

Kegiatan ini merupakan hari kedua pelaksanaan Baksos pra operasi rekonstruksi celah bibir dan langit-langit. Sasarannya balita dengan kelainan lahir bibir sumbing yang diharapkan  dapat membantu masa depan para penderita melalui program Cipta Senyum Untuk Anak NTB. 

Kegiatan ini sendiri di dukung pula oleh NTB Care, FKPPI dan tim dokter Bedah Mulut dan Maxilofacial SMF FKG Unpad / YPPCBL Bandung berkolaborasi dengan SMF Bedah Mulut RSUD Provinsi NTB. Dan kegiatan ini merupakan rangkaian pelaksanaan HUT NTB ke 64.

BACA JUGA: Manajemen Risiko Bencana, Bagi Daerah Rawan Bencana

Kegiatan ini juga dihadiri Kepala Dinas Kominfotik, Dr Najamudin Amy dan Kepala Dinas Kesehatan, dr HL. Hamzi Fikri. ***

 

 




Dispensasi Nikah, Ini Dampak Serius Pernikahan Anak

Pemberian izin nikah atau dispensasi nikah yang diberikan pengadilan akan memunculkan berbagai resiko bagi pasangan pengantin

LombokJournal.com ~ Sebanyak 15.212 permohonan dispensasi nikah, 80 persen di antaranya mengajukannya karena sudah hamil duluan.

Sisanya 20 persen terjadi karena berbagai sebab lainnya, termasuk perjodohan karena faktor ekonomi.

Pemberian izin atau dispensasi nikah atau dispensasi nikah yang diberikan pengadilan akan memunculkan berbagai resiko bagi pasangan pengantin

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur Maria Ernawati. 

BACA JUGA: Cegah Perkawinan Anak, Wujudkan Indonesia Layak Anak 2030

Permohonan dispensasi nikah adalah pemberian izin kawin oleh pengadilan kepada calon suami istri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan. 

Padahal, terdapat beberapa dampak serius menikah di usia remaja terhadap kesehatan

“Pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan ditambah usia ibu hamil yang sangat muda berpotensi terjadi bayi lahir stunting,” kata Erna, Jum’at (20/01/23).

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo juga sempat mengatakan bahwa bagaimana pun, usia ideal pernikahan, terutama untuk perempuan adalah di atas 21 tahun.

Seperti dilansir dari CNN Indonesia, Hasto mengatakan, perkawinan usia muda akan memunculkan berbagai risiko bagi pasangan pengantin. 

“Begitu pun risiko bagi bayi yang akan dilahirkan,” ujar Hasto

Bahaya Pernikahan Dini

Selain berdampak psikologis, pernikahan dini juga bisa memicu sejumlah masalah kesehatan, khususnya pada perempuan. 

Hasto mengatakan, pernikahan dini dapat berdampak pada tingginya angka kematian ibu dan bayi serta rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak.

Berikut beberapa bahaya kesehatan dari pernikahan usia dini.

  1. Berisiko melahirkan anak stunting

Hasto merujuk pada sebuah studi yang menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan angka kejadian stunting. Semakin muda usia ibu saat melahirkan, semakin besar kemungkinannya untuk melahirkan anak stunting.

Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tak hanya tubuh pendek,stunting juga memiliki banyak dampak buruk lainnya untuk anak.

BACA JUGA: Digitalisasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 

  1. Persalinan macet

Hasto mengatakan, saat usia remaja seperti 16 tahun, diameter panggul perempuan baru selebar 8 cm. Sementara, ukuran kepala bayi mencapai 9,8 cm. Ukuran panggul baru akan membesar pada usia 19-21 tahun.

Kondisi panggul yang sempit ini dapat membuat persalinan jadi macet. Tidak hanya itu, kondisi ini bahkan memicu risiko kematian saat melahirkan.

  1. Risiko meninggal dunia

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal dunia 5 kali lebih besar selama kehamilan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.

Sementara pada usia 15-19 tahun, perempuan memiliki risiko kematian dua kali lebih besar saat hamil. Tak hanya itu, proses kehamilan dan persalinan juga akan terasa lebih menyakitkan dari biasanya.

“Saat hamil terlalu muda, perempuan berpotensi mengalami robek mulut rahim saat proses melahirkan yang menimbulkan ancaman pendarahan serta kematian,” ujar Hasto.

  1. Kanker mulut rahim

Menikah pada usia terlalu dini membuat perempuan berisiko tinggi terhadap perkembangan kanker mulut rahim atau serviks. Di usia remaja, sistem reproduksi perempuan belum berkembang secara sempurna sehingga menjadi rentan.

Kanker serviks sendiri merupakan kanker atau adanya pertumbuhan abnormal pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini pada umumnya tidak memperlihatkan gejala pada tahap awal dan gejala baru akan muncul saat sel kanker sudah mulai menyebar.

BACA JUGA: Pola Asuh Anak yang Baik, Akan Cegah Perkawinan Anak

  1. Mengganggu pertumbuhan tulang

Ibu yang hamil pada usia muda berisiko mengalami pertumbuhan tulang yang terhenti. Tulang juga menjadi cenderung keropos.

“Di usia menopause bisa menjadi bungkuk, mudah patah tulang, dan menjadikan usia tua tidak produktif,” tutur Hasto.***

 




Bahaya Nitrogen Cair, Banyak Memakan Korrban

Korban Chiki ngebul makin banyak, ini bahaya penggunaan nitrogen cair untuk makanan yang sudah banyak makan korban  

LombokJournal.com ~ Sebanyak 11 laporan diterima Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait kasus anak yang diduga keracunan makanan berasap dengan nitrogen cair atau Chiki Ngebul’.. 

Dilansir dari Kompas.com, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) mengungkapkan dua minggu lalu ada enam atau tujuh kasus, ada tambahan lagi di Jawa Timur.

BACA JUGA: Chiki Ngebul Pemicu Kerusakan Organ Tubuh

Pemprov NTB akan menertibkan jajanan yang bahaya bagi kesehatan, karena menggunakan nitrogen cair

“Jadi sekitar 11 kalau enggak salah,” ujar Muzal Kadim melalui konferensi pers virtual, Selasa (17/01/23).

Dari 11 kasus keracunan Ciki ngebul itu, di wilayah Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi ada satu kasus fatal hingga membutuhkan operasi. 

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan juga mencatat puluhan anak SD di beberapa daerah mengalami keracunan usai menyantap Ciki ngebul warna warni. 

Korban Chiki ngebul antara lain, bulan Juli 2022 terjadi 1 kasus pada anak yang mengkonsumsi ice smoke di desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo yang menyebabkan terjadinya luka bakar. 

Kemudian tanggal 19 November 2022, UPTD Puskesmas Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya melaporkan terjadi KLB keracunan pangan dengan jumlah kasus 23 orang, 1 kasus di antaranya dirujuk ke Rumah Sakit. Gejala timbul setelah mengkonsumsi jajanan jenis Chiki ngebul. Yang lain, tanggal 21 Desember 2022, UGD Rumah Sakit Haji Jakarta menerima pasien anak laki-laki berumur 4,2 datang dengan keluhan nyeri perut hebat setelah mengkonsumsi jajanan jenis Ciki ngebul. 

Ini dikatakan Muzal, sebetulnya nitrogen cair jika dikelola dengan baik dan kadar yang cukup itu diperbolehkan dalam makanan. 

Kemenkes juga sudah mengatur soal penggunaan nitrogen cair dalam makanan. 

“Belum (beri rekomendasi), tetapi memang nitrogen cair ini sebenarnya selama dikelola dengan baik dengan syarat tertentu di Kemenkes sudah ada. Cuma mungkin ada yang nakal atau belum mengerti ya,” kata Muzal. 

Adapun chiki ngebul atau ice smoke adalah jajanan yang dicampur dengan nitrogen cair, sehingga memunculkan efek asap dan dingin pada makanan. 

Jajanan chiki ngebul pun belakangan menjadi sorotan karena menyebabkan keracunan pada sejumlah anak di berbagai daerah. 

Kasus keracunan Chiki ngebul seorang anak berinisial A (4) yang tinggal di wilayah Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi keracunan makanan Chiki ngebul. Ayah A, Jamaludin (30), mengungkapkan, anaknya naik meja operasi akibat mengonsumsi Chiki ngebul.

 “Lambung anak saya berlubang dua sentimeter dan perutnya dijahit sekitar 15 sentimeter,” ujar Jamaludin, Senin pekan lalu.

Pihak Kemenkes berpesan, orangtua harus berhati-hati dalam memberikan pangan bagi anaknya. 

Terutama karena anak-anak ini masih dalam pertumbuhan, makanan sehat bergizi harus lebih diutamakan daripada jajanan.

Kemenkes pun akan melakukan pengawasan bahan pangan sebagai langkah mitigasi. 

BACA JUGA: Bahas Berbagai Peluang Kerja Sama dengan Jepang

Sensasi Chiki ngebul

Chiki ngebul adalah jajanan kekinian yang banyak dijual dan dicari karena keunikannya. 

Saat dikonsumsi, Ciki ngebul dapat mengeluarkan asap yang berasal dari nitrogen cair atau liquid nitrogen. 

Nitrogen cair adalah nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah. 

Cairan nitrogen jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sehingga tidak mengubah rasa jika digunakan untuk makanan. 

Sensasi inilah yang membuat Ciki ngebul banyak menarik perhatian sekaligus digemari masyarakat utamanya anak-anak. 

Dalam keterangan resmi, Kemenkes meminta semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya konsumsi jajanan ice smoke atau Chiki ngebul yang banyak dijual. 

Hal ini dilakukan untuk mencegah kasus keracunan pangan yang lebih parah akibat konsumsi nitrogen cair yang berlebihan di jajanan Chiki ngebul. ***

 

 




Bahaya, Camilan ‘Chiki Ngebul’ Mengancam Kesehatan

Bahaya bagi orang dewasa apalagi anak-anak yang menelan nitrogen cair dapat mengalami sakit perut hebat, rasa begah, dan terkadang muntah

LombokJournal.com ~ Pemprov NTB akan menertibkan bahkan akan menyetop penjualan ‘Chiki Ngebul’, dan akan melakukan penyitaan bila ditemukan penjualan jajanan siap saji itu, sebelum korban berjatuhan.

Penertiban itu setelah Sekda NTB, H Lalu Gita Aryadi melakukan Rakor dengan pihak terkait. Menyusul larangan penjualan ‘Chiki Ngebul’ yang sudah dilakukan di beberapa daerah.

Korban “Chiki Ngebul” yang sudah terjadi di beberapa daerah adalah anak-anak, karena jajanan ini memberikan sensasi yang menarik bagi mereka.

BACA JUGA: Chiki Ngebul Pemicu Kerusakan Organ Tubuh

Rakor Pemprov NTB, memberitahu bahaya makanan yang menggunakan nitrogen cair
Rakor Pemprov NTB mengantisipasi beredarnya jajanan Chiki Ngebul

Apa sih yang dinamakan Chiki Ngebul?

Jajanan ‘Ciki Ngebul’ atau makanan dengan uap yang dihasilkan melalui proses penggunaan nitrogen cair dalam penyajiannya, memang tengah jadi perhatian. 

Nitrogen cair dapat menguap secara cepat sehingga dapat membentuk gas seakan efek mengebul. Makanan-makanan tertentu yang disajikan dengan zat ini seolah-olah mempunyai sensasi mengeluarkan asap.

Kementerian Kesehatan pada 12 Januari 2023 menerima total 10 kasus dengan gejala keracunan pangan akibat makan chiki ngebul.

Muzal Kadim, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap dampak yang bisa terjadi pada tubuh bila nitrogen dalam bentuk cair tertelan, salah satunya perut kembung.

“Kalau 1 mililiter menjadi 700 ml, kalau secara cepat masuk ke lambung, menguap menjadi 700 mililiter. Kapasitas lambung kan kecil, paling-paling enggak sampai 100 mililiter. Kalau langsung mengembang secara cepat, perut jadi kembung,” jelas Muzal.

Tak hanya perut kembung, orang yang menelan nitrogen cair juga dapat mengalami sakit perut hebat, rasa begah, dan terkadang muntah. Pada kondisi yang lebih berat, dia bisa mengalami kebocoran atau perforasi lambung. 

Menurut Healthline, penderita perforasi lambung biasanya merasa nyeri yang memburuk saat menyentuh atau meraba area lambung atau saat bergerak.

Pasien juga bisa mengalami gejala peritonitis seperti kelelahan, buang air kecil atau besar atau gas lebih sedikit, sesak napas, detak jantung yang cepat, dan pusing. Ini dikatakan termasuk kondisi darurat medis yang membutuhkan perawatan medis segera karena dapat mengancam jiwa.

Pemakaian yang sesuai

Sebenarnya, nitrogen merupakan zat yang tidak berbahaya, tidak berbau, berasa dan berwarna. Zat ini bisa dipadatkan sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk cair dengan suhu minus 196 derajat untuk digunakan dalam pengolahan dan penyajian makanan. 

“Selama pemakaiannya sesuai, tidak menimbulkan masalah. Hanya sebagai bahan untuk pendingin. Tapi kalau bahan cairnya tertelan, itu akan menimbulkan masalah,” jelas Muzal.

BACA JUGA: Rumah Tangga Miskin di Indonesia Hidup dari Sektor Pertanian

Karena itu, perlu pengelolaan yang baik terkait nitrogen cair. Termasuk,bagi yang mengelola zat, karena dia berisiko terkena luka dingin apabila melakukan kontak terlalu lama tanpa menggunakan pelindung.

“Cara penyimpanan tidak boleh di ruang tertutup yang tidak kuat, nitrogen bisa mengembang dengan cepat, bahkan meledak,” katanya.***

 




Chiki Ngebul Pemicu Kerusakan Organ Tubuh

Sekda NTB pimpin Rakor untuk pengawasan dan menertibkan penjualan chiki ngebul,  pangan siap saji yang gunakan nitrogen cair  

MATARAM.LombokJournal.com ~ Pemerintah Provinsi NTB akan menindak tegas penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji, atau yang kini ngetrend disebut chiki ngebul atau chiki berasap.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, H. Lalu Gita Ariadi menekankan itu saat memimpin Rapat Koordinasi pengawasan penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji. di Ruang Anggrek Kantor Gubernur, Selasa (17/01/23).

BACA JUGA: Pengangguran yang terdampak Naik Turunnya Perekonomian

Sekda NTB mengatakan, Pemprov NTB akan stop penjualan chiki ngebul
Sekda NTB (kiri)

Kasus keracunan  chiki ngebul terjadi di beberapa daerah. Seperti di Jakarta, Ponorogo, Tasikmalaya dan daerah lainnya. Rakor digelar untuk mengantisipasi terjadinya kasus serupa di NTB.

Chiki ngebul dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada jaringan kulit. Memicu kesulitan bernafas yang parah, dan memicu kerusakan internal organ tubuh. 

Rakor juga dilakukan sebagai antisipasi dan melindungi masyarakat dari dampak konsumsi chiki ngebul. 

Meski belum terdapat kasus di NTB tetapi ditemukan penjual chiki ngebul di tempat keramaian saat Car Free Day Jalan Udayana. 

“Karenanya, hulu hilir penjualan chiki ngebul harus diawasi ketat,” ungkap Sekda. 

Dalam rakor tersebut mengasilkan beberapa kesepakatan, di antaranya, PT. Samabayu Samator Lombok memperketat penjualan Liquid Nitrogen, hanya untuk kepentingan yang sudah pasti dan dalam pengawasan Dinas Perdagangan.

Sat Pol PP NTB juga akan melakukan penertiban atau penyitaan bila ditemukan penjualan Chiki Ngebul sebelum korban berjatuhan.

BACA JUGA: Wagub NTB Lepas 20 Awardee S1 ke Malaysia

Ndak bae beng anak bain te chiki ngebul niki. Salak kejarian laun (Jangan kasih anak cucu kita chiki ngebul, fatal akibatnya nanti) ” tandasnya.

 

 




Digitalisasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 

Digitalisasi dalam pelayanan kesehatan akan memperkuat apa yang telah dilakukan di NTB dengan program unggulan Revitalisasi Posyandu

MATARAM.lombokjournal.com ~ Wagub NTB Hj Sitti Rohmi Jalillah mengungkapkan apresiasinya terhadap Aplikasi Bunda bentukan  SUMMIT Institute for Development (SID) yang menjadikannya aplikasi itu penting dan strategis.

“Karena saya lihat aplikasi ini sangat membantu dalam men-track kondisi ibu-ibu hamil kita, sehingga memperkuat apa yang telah dilakukan di NTB dengan program revitalisasi posyandu keluarga berbasis dusun,” tutur Wagub NTB.

BACA JUGA: Kemiskinan di NTB Menurun 0.01 persen pada September 2022

Wagub NTB mengatakan, digitalisasi akan menguatkan apa yang sudah dilakukan NTB

Ia mengatakan itu saat menghadiri diskusi bertajuk “Digi-Health: Transformative Action Toward a Digital Health Ecosystem For Optimized Maternal, Newborn and Child Health in NTB and Beyond“, yang diselenggarakan oleh SUMMIT Institute for Development (SID) di Hotel Lombok Astoria Mataram pada Senin (16/01/23)

Permasalahan kesehatan di NTB menjadi streesing Wagub yang harus menjadi fokus utama dalam pembangunan. 

Karena itu kerjasama yang baik ini perlu ditingkatkan lagi ke depan dalam mewujudkan generasi yang sehat ketika anak dilahirkan.

Asisten II Setda Provinsi NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A.mengatakan, sejauh pengamatannya selama ini,  tantangan dari BUNDA App ini adalah bagaimana aplikasi ini bisa bridging dengan aplikasi Kementerian Kesehatan salah satunya Sistem Peduli Lindungi.

“Hal ini perlu supaya aplikasinya terhubung dengan laporan-laporan yang ada sehingga teman-teman di Puskesmas tidak lagi mengisi banyak aplikasi untuk membuat laporan,” ucapnya.

Senada dengan Wagub NTB dan Asda II Kadis Kesehatan NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS. mengingatkan, ke depan persoalan di kesehatan semakin kompleks didominasi penyakit tidak menular sebanyak hampir 60 persen lebih penyakit dalam kurun 10 tahun.

“Kita di kesehatan memang sudah sejalan dengan Kemenkes memperkuat hulu dan hilir, nantinya secara teknis dengan senang hati kami akan mempermudah koordinasi dan implementasi di kab/kota, dilihat dari program ini tentunya sangat bermanfaat,” terang Fikri mantan Direktut RSUP NTB. 

Komitmen SID

Senior Research Officer SID, Yuni Dwi Setiyawati memaparkan, Yayasan Institut Pengembangan Suara Mitra atau yang lebih dikenal dengan SUMMIT Institute for Development (SID), merupakan yayasan yang memiliki suatu komitmen meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui intervensi yang melibatkan masyarakat secara aktif.

Diketahui, SID di NTB sejak Tahun 2017 bergerak di bidang riset dan pengembangan yang aktif mengajak masyarakat untuk turut terlibat sekaligus meningkatkan SDM, salah satunya dengan pendekatan berbasis teknologi menggunakan suatu platform yang disebut BUNDA App.

“Aplikasi ini akan men-tracking apakah ada Ibu Hamil yang membutuhkan tindakan lebih lanjut, apakah mendapatkan pelayanan yang lengkap, apakah kondisinya anemia atau kurang gizi dengan laporan bulanan secara realtime,” jelasnya.

Head of Primary Care Tribe – Digital Transformation Office (DTO), Kemenkes RI, Dewi Nur Aisyah dalam pemaoarannya secara daring menjelaskan, fokus dari Teknologi Digital Kesehatan adalah berinovasi membuat aplikasi. 

Sistem teknologi yang terbaik untuk berinteraksi dan melayani masyarakat. Salah satunya platform Indonesia Health Service (IHS) dengan nama SATUSEHAT.

Ia juga mengingatkan,  tantangan IHS dari perspektif pelayanan kesehatan primer khususnya Puskesmas adalah begitu banyaknya aplikasi, username, password yang berbeda yang membuat Nakes perlu mengalokasikan lebih banyak waktu untuk input data.

“Dengan adanya platform SATUSEHAT, nakes tidak perlu menginput data berulang pada aplikasi yang berbeda, cukup mengisi satu aplikasi yang secara otomatis terhubung dengan aplikasi kesehatan lainnya,” jelas Aisyah.

Platform tersebut telah terintegrasi dengan 10 ribu lebih Puskesmas, 5 ribu lebih Dokter Umum, 3 ribu Rumah Sakit, 11 ribu lebih klinik, 1.400 Laboratorium dan 30 ribu lebih farmasi.

BACA JUGA: Keberadaan UPTD akan Maksimalkan Potensi Gili

Lebih lanjut, IT Strategy & Governance Expert, Farizan Ramadhan, turut berpartisipasi sebagai salah satu supporter pengembangan kolaborasi Bunda App dan SATUSEHAT sehingga terintegrasi dengan regulasi yang ada di Indonesia.***