Indeks
Kisah  

Berbuat Baik Pun, Anda Bisa Dimusuhi, Kata Novel Baswedan

Novel Baswedan yang kini harus dirawat di Singapore General Hospital, untuk waktu yang tidak bisa ditentukan sampai kapan (Foto: ANTARA/AprilioAkbar)
Simpan Sebagai PDFPrint

Ini keteguhan hati Novel Baswedan. Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kini masih dirawat di rumah sakit di Singapura setelah tragedi penyiraman air keras, yang menyebabkan matanya terancam buta permanen.

lombokjournal.com —

Meski beberapa kali menghadapi percobaan aksi yang mencelakakan dirinya, Novel Baswedan tak pernah jera. Berkali-kali mendapat ancaman, pernah nyaris ditabrak mobil, dan terakhir pagi usai menunaikan sholat subuh, Rabu (11/4), wajahnya disiram air keras oleh dua orang yang berboncengan kendaraan bermotor yang mukanya tertutup.

Kini Novel harus dirawat di Singapore General Hospital, untuk waktu yang tidak bisa ditentukan sampai kapan. Sementara mata kanannya belum normal, mata kirinya terancam buta permanen.

“Peristiwa ini tak bisa menghalangi kita yang berjuang. Kita enggak akan jera,” katanya saat wawancara melalui telpon internet dengan kumparan.com, hari Kamis (22/6) dini hari.

Kerusakan matanya mencapai 95 persen. Tanpa kecemasan Novel menjelaskan, ini bukan soal sudah bisa melihat sejauh mana, tapi masih bisa melihat lagi atau tidak. Memang ada resiko matanya tidak bisa melihat sama sekali.

Namun ia mengaku terus berpikir positif saja, menganggap peristiwa tragis yang menimpa dirinya tidak ada ruginya. Mungkin maksudnya, dengan niatnya memberantas korupsi resiko yang dihadapinya tak perlu dirisaukan.

Novel yang baru berulang tahun ke-40 mengatakan, usia bukan berapa yang sudah tercapai, tapi berapa sisanya. “Umur saya siapa yang tahu, mungkin lebih pendek dari anda. Akan sia-sia jika kita tidak berbuat baik,” tuturnya.

Itu sebabnya, ia terus fokus, mengoptimalkan diri untuk berbuat baik. Kalau tak menggunakan umur sebaik-baiknya untuk berbuat baik, akan rugi. Tapi berbuat baik itu pilihan.

“Berbuat baik pun, anda bisa dimusuhi,” katanya.

Tapi Novel meyakini, siapa pun yang ingin melakukan apapun (termasuk akan mencelakai) kepada kita, jika Allah tidak menghendaki, tidak akan terjadi. Semuanya atas izin Allah.

Dalam keadaan masih terbaring di rumah sakit, ia masih memonitor dari tim penyidikan tentang kasus korupsi e-KTP yang melibatkan “nama-nama besar.”  Tapi kepada tim ia minta laporan tidak disampaikan lewat telpon. Selain alasan kesehatan matanya yang bisa terpengaruh kondisi psikologisnya,  ia juga merasa telponnya disadap.

BACA JUGA : Ada Oknum Jendral Diduga Terlibat, Tapi Polisi Tak Tertarik Mengusut

Malam sebelum peristiwa penyiraman air keras itu, sebagai Ketua Satgas Penyidikan e-KTP ia memimpin rapat di ruang penyidik KPK, menyusun strategi untuk mengungkap tuntas kasus e-KTP. Salah satunya menjadikan Miryam S Haryani sebagai tersangka.

Sehari sebelumnya, KPK juga mengirimkan surat permintaan cegah kepada Dirjen Imigrasi atas nama Ketua DPR Setya Novanto, yang tersangkut kasus e-KTP.

Rr (sumber: kumparan.com)

Exit mobile version