Program Revitalisasi Posyandu disebut Wagub sebagai salah satu solusi menurunkan angka stunting di NTB
MATARAM.lombokjournal.com — Bahan olahan pangan yang sehat dan bergizi sangat dibutuhkan masyarakat.
Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, menjaga gizi dan imun tubuh menjadi keharusan.
Topik inilah yang dibahas pada kegiatan Webinar Nasional sekaligus Musyawarah Daerah (Musda) Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) NTB tahun 2020.
Mengusung tema “Menakar Kondisi Ketahanan Pangan NTB”, webinar ini dibuka Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, di Pendopo Wakil Gubernur, Kamis (23/07/20).
Umi Rohmi memberikan pandangan dan arahannya terhadap kondisi ketahanan pangan di NTB dalam mewujudkan pangan yang sehat dan bergizi.
Menurutnya, tantangan Pemprov NTB yakni mengubah pola pikir masyarakat. Pola pikir yang dimaksud, bagaimana masyarakat NTB menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama.
“Ini kelihatannya sepele, kelihatan gampang, tapi tidak gampang untuk diterapkan, padahal itu bisa kita lakukan,” tegasnya.
Padahal, bagi Umi Rohmi menyediakan panganan atau olahan pangan yang sehat dan bergizi tidak melulu harus mahal.
Ia meminta masyarakat NTB agar selalu menyajikan panganan sehat bagi keluarganya.
Disinggung angka stunting yang masih tinggi di NTB. Edukasi yang masif harus digencarkan oleh pihak-pihak terkait.
Khususnya kepada ibu-ibu hamil yang diwajibkan untuk menjaga kesehatan agar anak-anak yang dilahirkan kelak tidak menderita stunting.
Terkait edukasi, program Revitalisasi Posyandu disebut Wagub sebagai salah satu solusi menurunkan angka stunting di NTB.
Itu memang terdengar sederhana, namun ini menurutnya akan memberikan pengaruh yang besar pada pola hidup masyarakat.
“Marilah kita lihat betapa kegiatan ini kalau kita intervensi dengan baik, maka ini pasti akan memberikan efek yang luar biasa, karena sifatnya sistematis,” jelas Umi Rohmi.
Ke depan, Ummi Rohmi ingin seluruh posyandu tidak hanya melayani bayi dan ibu hamil saja, melainkan dapat menyusur aspek kesehatan lainnya.
Sehingga, seluruh masyarakat, baik dari bayi hingga lansia dapat dilayani oleh posyandu.
“Alhamdulillah, sampai dengan saat ini sudah hampir 1.600 posyandu keluarga yang terbentuk dari 7000 sekian poyandu, targetnya di 2023 semua posyandu menjadi posyandu keluarga,” lanjutnya.
Kepada Pergizi Pangan NTB, Ia berharap sinergi dengan pemerintah khususnya OPD terkait dapat terus terjalin. Peran dari pakar dan pemerhati gizi dinilai sangat penting dalam menentukan strategi yang tepat dalam ketersediaan panganan yang sehat dan bergizi di NTB.
“Semoga Pergizi NTB betul-betul bisa memberikan kontribusi dan pemikirannya kepada Pemerintah Provinsi NTB untuk bagaimana kita melawan masalah-masalah gizi di NTB,” harapnya.
Kontribusi Pergizi
Sebelumnya, Ketua DPD Pergizi Pangan NTB, Ir. H. Rosiyadi H. Sayuti, Ph.D melaporkan, rangkaian proses pergantian kepungurusan Pergizi Pangan NTB telah rampung.
Ia kemudian berharap pengurus Pergizi Pangan NTB ke depan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi bagi NTB.
“Khususnya bagi masyarakat kita di NTB yang dalam masa-masa beberapa bulan terakhir ini menghadapi persoalan pandemi bersama-sama dengan daerah lain,” terang Rosiady.
Begitu pula dengan kasus stunting, Ia menyebut bahwa persoalan ini sangat berkaitan erat dengan tugas dan fungsi Pergizi Pangan.
Diharapkan, Pergizi Pangan NTB harus mampu memberikan cara pandang baru dalam menurunkan angka stunting tersebut.
“Mudah-mudahan pada masa yang akan datang, Pergizi Pangan NTB akan lebih bergairah lagi dalam rangka berkontribusi untuk bangsa dan negara,” katanya.
AYA/HmsNTB