Pencemaran yang menyebabkan teluk Bima berwarna coklat, bukan akibat pembuangan limbah atau tumpahan minyak bumi
BIMA.lombokjournal.com ~ Masyarakat Bima pada akhir bulan April lalu ribut setelah media sosial foto sebagian perairan Teluk Bima di Nusa Tenggara Barat, yang tertutupi lapisan berwarna coklat.
Untuk kali pertama, pencemaran terjadi di teluk Bima dalam bentuk gumpalan jelly, yang menyebar hingga ke pantai di pesisir barat dan pesisir timur Teluk Bima.
Ada yang menuding bahwa pencemaran ini akibat pembuangan limbah, hingga tumpahan minyak bumi.
Akibat pencemaran itu, menurut Walhi NTB, beberapa warga di laporkan keracunan setelah mengonsumsi ikan yang bersumber dari perairan itu.
Amri Nuryadi. dari Walhi NTB saat itu mendesak Badan Usaha Milik Negara, Pertamina, memberikan penjelasan secara komprehensif terkait dugaan pencemaran itu.
Karena wilayah yang tercemar berada dalam wilayah zonasi penempatan pipa bawah laut milik Pertamina.
BACA JUGA: Paranormal dan Arkeolog Dilibatkan, Lacak Situs Kuno Lombok
Namun dugaan itu segera dibantah Pemerintah Kabupaten Bima melalui Kabag Protokol dan Komunikasi Setda Kabupaten Bima, Suryadin.
Menurutnya, berdasakan hasil pantauan lapangan yang dipimpin langsung Kadis LHK, Jaidun bersama Tim Bidang Perhutanan Rakyat, Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bima, Rabu (27/04/22) dugaan sementara pencemaran tersebut berasal dari lumut atau ganggang laut.
LHK telah mengambil sampel air laut dan gumpalan untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium.
Ia menjelaskan, dari pengamatan sementara Tim Dinas LHK, fenomena yang terjadi di Teluk Bima lebih menjurus ke “Sea snot”. Yakni lendir laut atau ingus laut yang merupakan sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut.
Ledakan fitoplankton
Peneliti dari Universitas Mataram dan IPB University lantas memeriksa fenomena ini. Hasilnya, lapisan coklat itu disebabkan oleh ledakan fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae.
Konsentrasinya di perairan mencapai 10 – 100 miliar sel per liter – lebih tinggi dari baku mutu fitoplankton yang ditetapkan pemerintah sebesar 1 juta sel per liter.
Para pakar menegaskan, fitoplankton jenis ini tak menghasilkan racun. Namun fenomena ini dapat mematikan bagi ikan karena proses penguraian fitoplankton yang mati membutuhkan banyak oksigen.
BACA JUGA: Harga Jagung Anjlog, Gubernur Sarankan Diekspor
Belum ada informasi yang jelas terkait apa penyebab ledakan fitoplankton ini. Beberapa faktor yang bisa jadi penyebabnya adalah gangguan manusia, ataupun perubahan suhu dari musim hujan ke musim panas.***