Ramadhan, Masyarakat Diajak Menyambutnya dengan Suka Cita

Plh. Gubernur NTB mengatakan, bulan Ramadhan penuh kebaikan, berkat, dan kemuliaan,  karena itu di bulan suci ini masyarakat diajak meningkatkan ibadah

MATARAM.LombokJournal.com ~ Pada awal Ramadhan 1445.H, Plh. Gubernur NTB, Ibnu Salim, mewakili Pj. Gubernur Drs. H. Lalu Gita Aryadi, M.Si, mengajak seluruh masyarakat NTB untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan dengan rasa syukur dan kebahagiaan. 

BACA JUGA : Imam Shalat Tarawih di Lotim Meninggal Mendadak

Pj Sekda ajak masyarakat NTB sambut bulan Ramadhan dengan suka cita
Pj Sekda NTB, Ibnu Salim

Acara tarawih awal Ramadhan tersebut berlangsung di Masjid Hubbul Wathan/IC NTB, pada Selasa (12/03.24). 

Dalam sambutannya, Plh. Gubernur menekankan bahwa di bulan suci ini merupakan bulan yang sarat dengan kemuliaan dan keberkahan

Ibnu Salim juga menyampaikan salam selamat kepada Syeikh Muhammad Salem Amer, Imam Shalat Tarawih bulan Ramadhan dari Mesir, yang telah merespons undangan Pemprov. NTB dan Dewan Pengurus IC NTB untuk menjadi imam dalam Shalat Tarawih di Masjid Hubbul Wathan/IC NTB.

BACA JUGA : Pasangan MOFIQ Pasangan Sempurna untuk Kabupaten Sumbawa

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan, berkat, dan kemuliaan. Oleh karena itu, kita diharapkan memenuhi bulan suci ini dengan meningkatkan ibadah, membaca Al-Qur’an, melaksanakan Shalat Malam, mengamalkan kasih sayang kepada sesama.

“Dan memberikan bantuan kepada fakir-miskin, dan menjalankan ibadah-ibadah lainnya. Semoga kita semua dapat menjadi insan yang bertaqwa,” ungkap Plh. Gubernur.

Shalat Tarawih di Masjid Hubbul Wathan/IC NTB berlangsung pada malam 1-5 Ramadhan dan dipimpin oleh Syeikh Muhammad Salem Amer dari Timur-Tengah (Mesir). 

BACA JUGA : Hak Angket Masih Berjalan: Antara Harapan dan Tantangan

Setelah Shalat Tarawih malam pertama, acara dilanjutkan dengan Pembukaan Lomba Tadarrus Al-Qur’an oleh Kepala Biro Kesra NTB, Drs. H. Sahnan, M.Pd. Lomba Tadarrus ini diikuti oleh Remaja Masjid se-Kota Mataram dan masyarakat umum. ***

 

 




Ramadhan, Menjalani Ibadah Puasa di Warsawa, Polandia

Ini pengalaman menjalani bulan suci Ramadhan di negeri orang yang jumlah penduduk muslim minoritas, bagaimana memaknainya?

Menjalani bulan Ramadhan di Warsawa, Polandia

LombokJournal.com ~ Ramadhan atau bulan Puasa adalah bulan dimana umat Muslim panen pahala atau kalau dalam istilah para pemain game Dota atau Mobile Legend adalah bulan farming.

BACA JUGA: Polandia Siap Menerima Lebih Banyak Program Beasiswa NTB

Hal ini mengacu pada hadist shahih riwayat Muslim yang menjelaskan kalau Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam menjelaskan, jika satu kebaikan anak Adam akan dibalas dengan 10 hingga 700 kali lipat pahala, namun berbeda dengan ibadah puasa

Allah Azza wa Jalla menjanjikan balasan khusus bagi kaum muslimin yang berpuasa karena keimanan dan ketakwaan.

Hal ini harusnya menjadi kebahagiaan bagi kita semua karena Rafi Ahmad si Sultan Andara aja kalo ngasi hadiah khusus ke pegawai atau follower-nya pasti bikin kebanyakan orang orang ngiler, apalagi kalo yang menjanjikan hadiah adalah Allah, Dzat Yang Maha Kaya, dimana sudah pasti nilainya bisa berkali-kali lipat lebih menggiurkan.

Menjalankan puasa untuk pertama kalinya di Kota Warsawa, Polandia membuat saya tersadar, farming pahala di perantauan tidak seperti membalik telapak tangan.

Populasi muslim di negara ini terbilang sedikit bahkan tidak mencapai 1 persen dari total populasi masyarakat secara keseluruhan, sehingga suasana puasa jadi tidak terasa.

BACA JUGA: NTB Mini Hadir di Polandia, Mempromosikan NTB ke Eropa

Ini pengalaman menjalani bulan suci Ramadhan di negeri orang
Suasana buka bersama di masjid OKM

Tidak seperti di Indonesia, di Polandia suara adzan dari pelantang masjid tidak nyaring terdengar di waktu-waktu sholat. Apalagi senandung suara ngaji tadarus atau bahkan playlist lagu-lagu religi seperti Maher Zain atau Nissa Sabyan yang sering diputar oleh operator pelantang masjid menjelang buka puasa, khususnya ya masjid yang ada di kampung-kampung.

Karena jumlah masjid di Polandia yang terbilang sangat sedikit jika dibandingkan di Tanah Air. Di Kota Warsawa khususnya tempat saya menimba ilmu saat ini, mungkin hanya ada empat masjid yang lokasinya berjauhan satu sama lain.

Vibes bulan puasa juga akan terasa kurang buat saya dan teman-teman lainnya, tipikal orang Indonesia penganut budaya ngabuburit garis keras. Kami merasa sedikit kesepian karena tidak melihat adanya barisan pedagang kue basah, aneka es, kolak, gorengan dan menu-menu street food andalan lain yang sering  ditemui di hampir setiap ruas jalan di dekat rumah.

Tidak ada warung-warung tenda atau street food stall yang menjual sate, ayam bakar, bakso, lalapan atau bahkan nasi padang yang bisa dijadikan arena bukber yang tidak jarang disambi reunian bersama teman-teman sekolah. Sebaliknya, street food di Kota Warsaw hanya bisa di temukan di tempat-tempat tertentu dan kebanyakan makanan yang dijual adalah western dessert seperti ice cream, waffle, roti-roti, hingga minuman bersoda yang terkadang tidak cocok dengan selera.

Tantangan lain dalam menjalankan ibadah puasa disini adalah waktu puasanya yang lebih panjang dibandingkan dengan waktu puasa di Indonesia. Jika di Indonesia masyarakat biasanya berpuasa sekitar 13 jam, di Polandia waktu puasa tahun ini bisa mencapai 15 jam, dan semakin panjang di hari-hari berikutnya.

BACA JUGA: Gubernur NTB Hadiri Hannover Messe di Jerman

Ini karena Polandia termasuk negara 4 musim dan bulan puasa tahun ini bertepatan dengan musim semi. Waktu siangnya pun bertambah 6 menit setiap 3 hari. Subuhnya maju 3 menit, maghribnya mundur 3 menit.

Meskipun kalau mendengar cerita orang-orang yang sudah lama di Eropa, ini belum apa-apa dibandingan menjalankan ibadah puasa di musim panas yang waktunya bisa hingga 20 jam lebih.

Namun seperti kata-kata bijak orang tua kita, pastilah ada hikmah dan kemudahan di balik setiap kesulitan-kesulitan yang kita hadapi.

Berada di masa transisi antara musim dingin dan musim semi, membuat udara di Kota Warsawa lebih sejuk sehingga membuat kita tidak terlalu lelah jika harus berperjalanan atau beraktivitas di luar. Meskipun kadang-kadang suhu bisa dingin banget bahkan turun salju, rasanya lebih mending ketimbang harus berpuasa dan berjibaku dengan udara panas.

Terlepas dari segala perbedaan dan keterbatasan yang ada, saya merasa beruntung kuliah di Polandia terlebih di kampus yang menyediakan tempat sholat untuk mahasiswa muslimnya. Di Collegium Civitas, manajemen kampus menyediakan prayer room di lantai 12.

Ruangan ini dilengkapi dengan sajadah, tikar bahkan tisu dan hand sanitizer. Ini membuat kami, mahasiswa muslim, tetap dapat sholat tepat waktu, tentu saja tidak hanya di bulan puasa, tetapi juga setiap hari sepanjang tahun. 

Berkah memiliki kawan-kawan muslim di Polandia juga semakin terasa di bulan Puasa ini. Walaupun tidak dapat berkumpul bersama teman dan keluarga kami masih bisa mengadakan acara buka puasa bersama teman-teman muslim.

Menu makanannya tentu saja masakan Indonesia seperti es campur, gorengan, ayam suwir, rendang, sayur sop, telur bumbu Bali dan tentunya tak ketinggalan sambal terasi.

Tidak hanya ajang silaturahmi, kumpul-kumpul berbandrol bukber ini juga kami jadikan jalan untuk menambah pahala melalui berbagi takjil dan makanan berbuka lainnya. Selain itu, karena lokasinya di tempat tinggal teman kami, acara bukber biasanya kami dilanjutkan dengan sholat maghrib, isya bahkan tarawih berjamaah.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Warsawa tak ketinggalan menyelenggarakan acara-acara untuk memeriahkan suasana bulan Puasa. Di awal Ramadhan, KBRI mengadakan buka puasa bersama mengundang mahasiswa dan diaspora Indonesia yang ada di Polandia.

Acara ini dirangkai dengan pengajian dan penyampaian info-info terbaru kekonsuleran yang disampaikan langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Polandia, H.E Anita Luhulima dan staf KBRI lainnya.

Selain mendapat ilmu dari pengajian dan info-info penting perihal kekonsuleran, rasa kangen akan masakan Indonesia tentu terobati. KBRI tidak pernah gagal menyajikan makanan-makanan khas tanah air seperti bakso, tempe kecap, ayam lalapan dan tentu saja aneka gorengan seperti cireng, bakwan, tahu isi dan tempe mendoan.

Sembari makan, kita juga bisa ngobrol-ngobrol dengan warga Indonesia yang sudah lama tinggal di Polandia dalam rangka memperluas jaringan dan menambah ilmu soal bertahan hidup di rantau.

Kegiatan pengajian pun terus diadakan KBRI setiap minggu sekali dengan menggandeng Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Polandia. Da’I, ustadz dan kyai dihadirkan oleh kawan-kawan PPI Polandia untuk secara konsisten memberikan siraman rohani bagi para mahasiswa dan warga Indonesia muslim yang tinggal di Polandia.

Meskipun dilakukan secara daring, antusiasme masyarakat Indonesia di Polandia tidak berkurang untuk mendapatkan ilmu langsung dari para penceramah tanah air.

Ilmu dan inspirasi untuk berbuat baik tentu tidak hanya datang dari para guru-guru agama kita. Pemilik satu-satunya restoran Indonesia di kota Warsawa, Sambal, juga mengajarkan semangat berbagi bagi kami para mahasiswa.

Hampir setiap hari di setiap minggu sepanjang bulan Ramadhan, chef Sahnil mengundang para mahasiswa muslim yang ada di Warsawa untuk berbuka puasa. Kuotanya memang terbatas, 3 orang setiap harinya. Namun dengan begitu, suasana berbuka puasa jadi lebih intim karena kita jadi enak ngobrol dan berbagi pengalaman satu sama lain.

Menjalani hari-hari di bulan Puasa tidak pas rasanya jika tidak dibarengi dengan memfokuskan kegiatan ibadah kita dekat dengan masjid. Meskipun ada beberapa masjid di kota Warsawa, saya baru berkesempatan untuk beribadah di Masjid Osrodek Kultury Muzulmanskiej (OKM).

Masjid ini letaknya dekat dan paling gampang dijangkau dengan angkutan umum. Mungkin masjid ini tidak sebesar kebanyakan masjid di Indonesia, tapi Alhamdulillah masjid ini tidak pernah sepi jama’ah, khususnya di bulan Puasa ini. Jama’ah sholat Terawih selalu penuh sesak.

Ramainya jama’ah kemudian “dimanfaatkan” oleh para pencari pahala dengan menaruh kue-kue, roti serta buah-buahan di selasar masjid yang diperuntukkan para jama’ah.

Namun pengalaman bulan Puasa yang paling menarik di masjid OKM bagi saya adalah ketika makan buka. Kenyataan bahwa kita makan di lantai ruang bawah tanah parkiran mobil yang dingin, seketika terasa hangat dan menyenangkan.

Bak makan di meja makan yang terletak di ruang tengah rumah kita, rasa kebersamaan dan kesyukuran menghadirkan rasa hangat di hati dan menyingkap senyum seraya menyantap makanan yang dihidangkan. Sederhana tapi penuh kenikmatan.

BACA JUGA; Armada Baru Tangki Air Bersih untuk Lotim dan Loteng

Bulan Puasa kali ini sungguh terasa istimewa. Kesedihan karena harus jauh dari orang-orang tersayang sedikit terbayar dari pengalaman berharga merantau di negeri elang putih. Pelajaran pertama tentu saja membangun dan memperkuat mental keislaman saya.

Menimba ilmu di tempat dimana muslim menjadi minoritas tentu bukan alasan untuk mengendorkan ibadah dan keimanan. Dengan sedikit kemauan, kemudahan dan kenikmatan beribadah tetap dapat saya rasakan.

Membangun kebersamaan juga salah satu pelajaran yang saya rasakan. Tidak hanya kebersamaan dengan sesama masyarakat Indonesia, tetapi juga saudara sesama muslim. Keguyuban komunitas selalu dapat kita temui dimana saja dan kapan saja asalkan ada kemauan dalam diri kita.

Pelajaran yang terakhir dan yang terpenting adalah peka dalam memupuk rasa syukur. Banyaknya kuantitas bukanlah faktor penentu kebahagiaan. Senantiasa merasa diberkahi adalah hal yang paling penting dalam menjalani hidup. Seperti bulan bulan Ramadhan tahun ini.

Meskipun tidak dikelilingi keluarga dan sahabat, vibes dan semangat beribadah di bulan Puasa Alhamdulillah tetap bisa saya rasakan. Dan bukankah Allah azza wa jalla mengingatkan kita, jika kita senantiasa bersyukur maka Dia, Dzat Yang Maha Kaya, akan terus mencurahkan nikmatnya. ***

 

 




Ramadhan Dimaknai  Sebagai Pembentuk Jati Diri Gemilang  

Ibadah puasa di bulan Ramadhan merupakan pembentukan jati diri masyarakat agar tak terjerumus dalam kehinaan nafsu

MATARAM.lombokjournal.com ~ Jati diri Gemilang dimaknai saling menghargai, saling memberi maaf, menjalin silaturahmi dan selalu memperbaiki niat mengharap ridho Alloh.

Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Dr KH Subhan Abdullah Achim  MA, menguraikan nilai-nilai ibadah Ramadhan itu saat menjadi Khatib dalam shalat Ied yang diimami Ustad H Abdul Hamid, di Mesjid Hubbul Wathan, Islamic Center, Mataram, Senin (02/04/22).

Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr H Zulkieflimansyah SE, MSc  melaksanakan Sholat Idul Fitri di Islamic Center itu tampak menyimak makna dan pesan Idul Fitri itu.

BACA JUGA: Malam Takbiran dan Makna yang Tersirat dalam Takbir

Memaknai ibadag bulan Ramadhan

Jati diri gemilang yang terbentuk selama menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan ini menjadi tanggungjawab sebagai anggota keluarga, warga masyarakat dan negara.

Menurutnya, sikap ini akan mencegah godaan yang datang dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab masing masing. 

“Karena setiap individu Muslim seperti disebutkan dalam Surah Al An’am 162, bahwa sholat, ibadah, hidup dan mati kita hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam,” ucapnya dalam khutbah yang membahas memaknai Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriyah dalam membangun jati diri Gemilang. 

Menurut Wakil Rerktor UIN, nilai yang terkandung dalam makna menjalani puasa Ramadhan itu menjadi pegangan selama sebelas bulan ke depan pasca Ramadhan agar tak terjerumus dalam kehinaan nafsu

“Jika ada kemauan dan niat untuk berubah maka Allah akan membuka pintu dan jalan untuk meraihnya,” kata Subhan Abdullah Achim dalam penutupan khutbah Iedul Fitri sebagai rangkaian ibadah shalat hari raya.***

BACA JUGA: Gubernur NTB Hadiri Dharma Shanti dan HUT Puskor Hindunesia

 




Menteri Agama Tetapkan 1 Ramadhan 1443 H, Hari Minggu, 3 April 2022

Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Agama menetapkan, 1 Ramadhan 1443 Hijriah yang menjadi penanda awal ibadah puasa jatuh pada Minggu, 3 April 2022 

JAKARTA, lombokjournal.com ~ Ormas Islam besar Muhammadiyah sudah menentukan awal puasa 2022 jatuh pada hari Sabtu, 2 April 2022.

Sementara NU bersama Kementerian Agama baru akan menggelar Sidang Isbat hari Jumat (01/04/22), untuk menentukan kapan awal puasa Ramadhan 2022.

Hasil akhir sidang isbat 2022 yang digelar di Auditorium Hm Rasjid Kemenag itu, diumumkan melalui siaran langsung di televisi dan sosial media Kemenag.

Sidang isbat yang dilakukan Kementerian Agama bersama sejumlah organisasi masyarakat Islam itu, dipimpin oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. 

Usai sidang isbat, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan penetapan 1 Ramadhan.

Menteri Agama telah tetapkan awal puasa Ramadhan
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas

“Secara mufakat 1 Ramadhan jatuh pada Ahad, 3 April 2022. In hasil sidang isbat yang disepakati bersama,” ujar Yaqut. 

Sidang isbat mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal. 

Berdasarkan pantauan hilal di 101 titik, Yaqut menjelaskan, tidak ada satu pun yang melihat hilal. Dengan demikian, 1 Ramadhan ditetapkan jatuh pada Minggu, 3 April 2022. 

BACA JUGA: Edukasi untuk Siaga Bencana Harus Terus Menerus

Sidang isbat ini melibatkan peserta dari berbagai lembaga, seperti Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, duta besar negara sahabat, dan perwakilan ormas Islam. 

Selain itu, sidang ini juga melibatkan perwakilan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan sebagainya. 

Sidang isbat untuk menentukan awal puasa Ramadhan 2022 ini dilakukan dalam tiga tahap. 

Tahap sidang isbat yang pertama, yakni pemaparan posisi hilal awal Ramadhan 1443 Hijriah berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi).  

Kemudian, tahap sidang isbat yang kedua adalah rukyatul hilal (konfirmasi posisi hilal) yang dilakukan Tim Kemenag pada 78 lokasi di seluruh Indonesia. 

Tahap ini dilakukan secara tertutup dan dilaksanakan setelah shalat maghrib. 

Tahap sidang isbat terakhir adalah pemaparan hasil sidang isbat yang diselenggarakan secara terbuka.

Sementara itu, Setiap tahunnya, Observatorium Bosscha menjadi salah satu rujukan untuk penetapan awal Ramadhan dan Syawal bagi Kementerian Agama Republik Indonesia dan masyarakat umum.

BACA JUGA: Wagub Sitti Rohmi Tutup Musrenbang RKPD NTB 2023

Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha akan menyelenggarakan pengamatan bulan sabit pada tanggal 1 April 2022 yang merupakan penanda beralihnya bulan Sya’ban ke bulan Ramadhan 1443 Hijriah.

Setiap tahunnya, Observatorium Bosscha menjadi salah satu rujukan untuk penetapan awal Ramadhan dan Syawal bagi Kementerian Agama Republik Indonesia dan masyarakat umum

Masyarakat yang berminat dapat menyaksikan pengamatan hilal ini secara daring melalui live streaming pada kanal YouTube resmi Observatorium Bosscha pada tanggal 2 April 2022 mulai pukul 17.00 WIB.

Tugas Observatorium Bosscha adalah menyampaikan hasil perhitungan, pengamatan, dan penelitian tentang hilal kepada pemerintah jika diperlukan sebagai masukan untuk sidang isbat.

Penentuan awal Ramadhan dan Syawal di Indonesia akan ditetapkan pihak yang berwenang, yakni Pemerintah Republik Indonesia melalui proses sidang isbat.***

 




NTB Kembali Gelar Pesona Khazanah Ramadhan 2021

PKR 2021 untuk mendorong pelaku UMKM mengembangkan ekonomi kreatif sebagai inovasi dalam menghasilkan produk yang diminati pasar

MATARAM.lombokjournal.com

Acara tahunan, Pesona Khazanah Ramadhan (PKR) sebagai agenda pariwisata NTB selama bulan Ramadhan, kembali digelar tahun ini. Wakil Gubernur NTB Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd membuka secara resmi, pada Kamis (22/4/2021) di Islamic Center NTB.

Wakil Gubernur mendukung PKR tahun 2021 untuk mendorong pelaku UMKM mengembangkan ekonomi kreatif sebagai inovasi dalam menghasilkan produk yang diminati pasar.

Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd

“Kegiatan Pesona Khazanah Ramadhan, tidak hanya acara seremonial saja, namun dapat membawa dampak positif dalam meningkatkan inovasi dan kreativitas pelaku UMKM kita,” tegas Ummi Rohmi.

Sehingga produk yang dihasilkan disukai masyarakat lokal bahkan nasional. Momentum ini juga dapat membawa dampak ekonomi bagi masyarakat.

“Apapun yang kita beli dan konsumsi sebisa mungkin adalah produk lokal, agar ekonomi bisa berputar di sekitar masyarakat NTB,”tandasnya.

Ummi Rohmi juga menegaskan, bahwa hasil produk  kuliner yang dipamer dan dijual pada bazar ramadhan kali ini, menggugah keinginan masyarakat membeli. Karena menurutnya, harus ditunjukan keberpihakkan dan kecintaan masyarakat terhadap produk lokal.

“Kalau bukan kita, siapa lagi yang membeli produk hasil karya UMKM lokal,” tuturnya.

Selain itu Ummi Rohmi juga tidak henti-hentinya mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, dalam mencegah menyebaran Covid. Sehingga masyarakat tetap hidup produktif dengan aman. Terus beraktifitas menjalani aktifitas untuk menggeliatkan roda ekonomi.

“Sehingga di penghujung Ramadhan, ikhtiar kita untuk taat terhadap semua aturan, saat Idul Fitri menjadi kemenangan kita bersama,”tutup Ummi Rohmi.

BACA JUGAPohon-pohon Rindang di Jalan Pendidikan Ditebang, Setelah itu Apa?

Ekonomi Kreatif

Mengusung tema pengembangan ekonomi kreatif (ekraf), Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Lalu Moh. Faozal menjelaskan kegiatan ini fokus memamerkan hasil kuliner dan produk lokal asli NTB.

Pesona Khazanah Ramadahan ini juga digelar dengan konsep hybrid, yaitu secara offline dan online di area Lapangan Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB.

“Mengingat Pandemi, menerapkan prokes, kegiatan ini diikuti secara virtual juga oleh penggiat wisata dan desa-desa wisata di tempatnya,”kata Faozal.

Beberapa agenda kegiatan lain yang akan dilaksanakan dalam PKR 2021, lanjut Faozal, diantaranya yaitu; Senin-Rabu, 19-21 April launcing PKR dan seminar pengembangan dan peningkatan Brand Halal Ekraf. Opening Ceremony pada Kamis 22 April, Creatif Hub Halal Bazar pada 22 April-1 Mei, dan Temu Bisnis serta pelaku ekraf 24-25 April.

Selanjutnya pada Kamis 29 April, Nuzulul Qur’an, Fashion Industri bersama Bank Indonesia (BI) dengan tagline Bangga Beli Buatan Indonesia pada 1 Mei, dan di ujung kegiatan ada Malam Takbiran.

Tahun ini, event PKR bekerjasama dan didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenpar Ekraf) RI. Sekaligus merupakan rangkaian kegiatan Karisma Event Nusantara (KEN) 2021.

“Terimakasih kepada Kemenpar dan pendukung acara lainnya,”tutup Faozal.

BACA JUGA: Vaksinasi Covid-19 Untuk Lansia di NTB, Target Tuntas Sebelum Lebaran

Pada kegiatan tersebut, secara live Menteri Pariwisata Ekraf RI, Sandiaga Salahudin Uno menyampaikan apresiasi terhadap gelaran Pesona Khazanah Ramadhan di Bumi Seribu Masjid.

Di penghujung acara tersebut, Wakil Gubernur melakukan pemukulan beduk secara simbolis sebagai dibukanya event PKR, dan dilanjutkan dengan peninjauan stand UMKM.

BACA JUGA: MUI Anjurkan Shalat Idhul Fitri di Rumah

Turut mendampingi Wagub, Assisten 2 Setda Provinsi NTB, Kadis Dikbud, Kadis Perindustrian, Kasat Pol PP, Forkopimda NTB dan perwakilan Kemenpar Ekraf RI.

edy@diskominotik_ntb