Indeks
Seni  

Sang Trobador (baca; Baladeur) Tampil Di Taman Budaya

Ary Juliant
Simpan Sebagai PDFPrint

 

lombokjournal.com — 

MATARAM ;  Ary Juliant sering menyebut dirinya sebagai ‘gerilyawan’ musik. Apa maksudnya? “Sederhana, kita harus bisa mengatasi keterbatasan. Saya bisa  melakukan pertunjukan musik dimana saja. Di kampung, di pinggir air terjun, di komunitas pemuda di desa-desa, di kafe, di gedung pertunjukan, dimana-mana sama saja,” katanya.

Saya pernah menonton Ary yang tampil bersemangat dan memukau di ajang Senggigi Jazz & World music Festival 2016 yang berlangsung di pantai Senggigi. Sama besemangatnya waktu saya menontonnya tampil di satu komunitas di sebuah kampung di Lombok Utara, di ‘Warung(-nya pak) Jek’ yang tiap Selasa malam sering diisi musisi campur baur, atau di komunitas Rumah Kucing di Montong (RKM), kawasan Senggigi.  Ary selalu sederhana, bersemangat, ceria, menghibur, dan sering menyebut ‘sesat’ tentang musik yang dimainkannya.

Ary menetap di Lombok sejak 1995, hijrah dari Bandung. Dia mungkin termasuk jenis musisi Baladeur, istilah yang dipakai teman-teman Ary, mungkin maksudnya untuk tidak mengatakan ‘troubadour’.

Sebutan Troubadour hampir identik dengan ‘penyanyi’, meski  etimologi kata itu ada pengertian yang bervariasi. Troubadour dimulai di Occitania di akhir abad ke-11, kemudian gerakan seni itu menyebar  ke Itali dan Spanyol, bahkan di Jerman muncul gerakan-gerakan serupa, seperti Minnesang.  Dante menyebut lirik troubadour sebagai  fiksi retorik, musikal dan puitis, biasanya bertema ksatria dan cinta istana. Karena itu, pengikut seni troubadour  kadang mendapat sindiran sebagai para sosialis yang berkelakuan borjuis, atau sebaliknya seperti borjuis berkelakuan sosialis.

Tentu saja Ary Juliant bukan penyanyi pengikut seni troubadour.  Ia mungkin semacam baladeur atau penyanyi balada  yang selalu tampak humble, meski memiliki energi besar.  Ia pernah menolak musik industri, meski sekarang lebih arif. “Tidak masalah musik industri (atau industri musik), yang penting menghargai (juga mau berkompromi) dengan proses kreatif musisi,” kata Ary.

Ayo kita tonton konser Ary Julian bersama Suradipa di Taman Budaya NTB, hari Sabtu tanggal 3 Agustus 2019 jam 20.00 wita

Ka-eS

Exit mobile version