Indeks

Pemilu Dalam Negara Demokrasi 

Ada kesepakatan umum bahwa sebuah negara dengan sistem politik demokratis akan muncul lebih banyak dari pemilihan kompetitif / Foto: ist
Simpan Sebagai PDFPrint

Mengapa mayoritas negara-negara di seluruh dunia memilih demokrasi? Hak asasi manusia mungkin lebih dilindungi di bawah sistem demokrati daripada di bawah yang otoriter

Oleh: Lalu Ramdan Hadi, Mahasiswa Administrasi Publik,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Mataram

LombokJournal.com ~ Demokrasi memikiki arti secara harfiah yakni “pemerintah oleh rakyat,” yang merupakan konsep fundamental. Demokrasi ditandai tidak hanya sebagai pemerintahan yang dikendalikan oleh dan untuk rakyat, tetapi juga sebagai pemerintah yang melaksanakan keinginan rakyat. 

BACA JUGA : Dukungan Makin Tebal, Insan Pariwisata Positing Dukung Ganjar-Mahfud 

Tujuan dan persyaratan warga negara harus dipertimbangkan oleh pemerintah demokratis ideal. Sementara demokrasi ideal yang tanpa cacat masih merupakan referensi dan sumber inspirasi untuk sistem demokrasi, perilaku semacam itu belum pernah terdengar dan mungkin tidak terwujud (Liphart, Arend, Democracies, Patterns ofMajoritarian and Consensus Government in Twenty-One Countries, (New Haven: YaleUniversity Press,1984) .

 Mengapa mayoritas negara-negara di seluruh dunia memilih demokrasi? Hak asasi manusia mungkin lebih dilindungi di bawah sistem demokratis daripada di bawah yang otoriter. Penghormatan alami terhadap hak asasi manusia terkait erat dengan stabilitas dan sistem demokrasi yang kuat.

Pemilu harus dikendalikan dan didukung oleh berbagai alat untuk mempromosikan kolaborasi dan komunikasi. Namun, pemilu masih menjadi alat utama demokrasi. 

BACA JUGA : Kadis PUPR Lombok Barat Melakukan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Nurul Madinah

Pemilu mengklaim untuk menciptakan mekanisme yang memaksa atau memotivasi anggota parlemen untuk mengambil tujuan pemilih mereka dengan serius. Ada kesepakatan umum bahwa sebuah negara dengan sistem politik demokratis akan muncul lebih banyak dari pemilihan kompetitif daripada dari fungsi lain.

Dalam negara demokrasi, semua pasangan calon harus dikupas pro dan kontranya, tidak hanya baiknya saja untuk di pelajari tetapi segalanya, lalu membandingkan mana yang terbaik dan terburuk. semuanya punya sisi buruknya masing-masing, asalkan berdasarkan data dan fakta, maka kita sebagai masyarakat jangan asal memfitnah dan membuat hoax.  namanya  negara  demokratis, guna mencari pemimpin yang terbaik.

Bagi politisi pemilu  adalah untuk memenangkan calon jagoan mereka, cukup jagoan mereka.  bagi rakyat pemilu seharusnya yaitu soal memenangkan Negara Kesatuan Rakyat Indonesia,itulah mengapa rakyat harus mempelajari, mengetahui semua calon yang ada.

Maka Pemilu tidak bisa kemudian menggunakan perasaan baper yang  tidak jelas. pemilu ini mengikuti logika rasional dengan mempelajari  segala hal, membandingkan, dan lalu tetapkan  opsi pilihan.

BACA JUGA : Barisan Tuan Guru Muda (Baruda) Nusantara NTB Dukung Ganjar-Mahfud

Pada akhirnya, pemilu mengajarkan kita bagaimana untuk berdiri teguh pada keyakinan kita sendiri atau terbawa oleh derasnya air sungai, dan tentang Bagaimana  bertaruh pada  kemauan untuk mencerna dengan lebih jernih segala sesuatu yang disediakan, atau justru kita yang dimakan mentah-mentah dan tidak berdaya? ***

 

Exit mobile version