Indeks

Lombok Marathon 2017, Amburadul dan Mengecewakan

LOMBOK MARATHON 2017 dinilai Kadispar NTB, Lalu Muhammad Faozal sanngat mengecewakan, padahal kegiatan tersebut bermakna mendorong Lombok sebagai venue sport tourism di Indonesia. Karena penyelenggaraan Lombok Marathon merupakan event tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2016. (Foto: AYA/Lombok Journal)
Simpan Sebagai PDFPrint

Soal kekecewaan peserta, pihak KONI NTB menganggap kurang sabar saja, padahal medali sudah ada cuma terlambat dikirim dari Singapura, dan Lombok Marathon diaktakan sebagaqi sport tourism terbaik di Indonesia

MATARAM.lombokjournal.com —  – Lomba lari Marathon 2017 yang digelar Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) NTB bersama Dinas Pariwisata hari Minggu (29/01) 2018 pagi, yang diharapkan menjadi sport tourism  andalan,  berlangsung mengecewakan.

Pelaksanaan kegiatan tersebut meuai keluhan peserta,  sebab tidak mendapatkan baju dan medali sesuai janji panitia.

“Mestinya, KONI harus kerjasama dengan dunia lari supaya tidak amburadul seperti ini. Kalau begini, harus kita dievaluasi lagi, ” ungkap Kepala Dinas Pariwisata NTB, HL Moh Faozal, Minggu (29/1).

Faozal mengatakan, teknis pelaksanaan ada di KONI, Dispar hanya siapkan venue sport tourism kemudian branding wisata NTB, dan tidak ada persoalan yang ditangani Dispar

“Asli, belajar dari berbagai persoalan, malu sekali rasanya. Yang jelas, pasca ini kita akan evaluasi, sungguh memalukan pelaksanaan kegiatan kali ini,” tegasnya terus terang.

Faozal mengaku, tidak terlibat dalam teknis lomba karena yang mengatur pendaftaran adalah KONI dengan dunia lari.

“Kecewa sekali, jika pelaksanaan sperti ini sangat berdampak ke NTB,” cetusnya.

Faozal menambahkan, kegiatan tersebut bermakna untuk mendorong Lombok sebagai venue sport tourism di Indonesia. Karena penyelenggaraan Lombok Marathon merupakan event tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2016.

Sehingga, diharapkan dapat mendorong dan menjadikan Pulau Lombok sebagai daya tarik sport tourism di Indonesia.

“Padahal setelah ajang ini akan ada lagi Rinjani 100, yang akan dilaksanakan Mei 2018,” terangnya.

Untuk diketahui sebanyak 5.000 pelari dari 15 negara dipastikan ikut dalam penyelenggaraan Lombok Marathon yang ikut meriahkan tersebut.

Lima belas negara itu, antara lain Amerika Serikat, Australia, Belanda, Kanada, Denmark, China, Francis, Jerman, Jepang, Malaysia, Kenya, Puerto Rico, Singapura, Ukraina, dan tuan rumah Indonesia. Bahkan, jumlah pelari dan negara masih diperkirakan akan bertambah.

“Tapi, pelaksanaan sangat mengecewakan, ini perlu di evaluasi, “terangnya.

Kepada wartawam, Ketua KONI NTB Andy Hadianto, menyampaikan yang bertolak belakang. Andy menyatakan,  Lombok Marathon menjadi sport tourism terbaik di Indonesia. Bahkan, memiliki ciri khas seperti lari marathon di tempat lain.

“Sebenarnya kita ingin happy ending. Agar jadi ciri khas tersendiri. Agar bisa kalahkan event lari di tempat lain,” ucapnya.

Disinggung soal kekecewaan peserta? Andy menegaskan, itu karena kurang sabar saja. Padahal medali sudah ada, cuma terjadi keterlambatan pengiriman dari Singapura sehingga, proses pemasangan tidak langsung saat finish.

Dia mengaku, medali diperuntukkan bagi 500 finisher pertama saja, bukan bagi semua peserta.

“Mungkin peserta lokal juga beranggapan dapat medali semua, itu yang bikin ricuh. Soal baju, lengkap kok, malah tersisa, siapa bilang tidak dapat,” kilahnya.

Yang jelas, semua sudah dijelaskan dari awal terhadap peserta lokal mengenai medali. Tapi karena tidak paham, kalau menginginkan medali supaya kumpulkan nomor lari agar diantarkan ke alamat bersangkutan.

Pantau wartawan di lapangan banyak peserta kecewa bahkan teriak minta medali juga baju. Termasuk, panggung juga jebol akibat.

Salah seorang peserta sempat melontarkan kekecewaan.

“Pak Wagub, kita ini mau diapain, apakah biarkan kami seperti ini. Pimpin daerah kok kayak begini,” tutupnya salah seorang peserta asal Surabaya yang enggan sebut namanya.

AYA

Exit mobile version