Ma’ruf menyampaikan pergerakan para ulama untuk merebut kemerdekan, salah satunya peran yang diemban pendiri dari organisasi NW di NTB
LOMBOK TIMUR.lombokjournal.com — K.H. Ma’ruf Amin, mendatangi Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatul Wathan (NW) Pancor, di Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Jum’at (26/10) sekitar pukul 09.00 Wita.
Calon Wakil Presiden (Cawapres) RI, nomor urut 01 dan mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menghadiri Pengajian Silaturrahim di Aula Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Darunnahdlatain (YPH PPD) NW Pancor.
Selain ke Pancor, Ma’ruf juga dijadwalkan mengunjungi Ponpes NW Anjani, di Desa Anjani Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur.
Di depan ratusan santri dan warga Ponpes NW Pancor, Ma’aruf menyebut pentingnya peran santri dalam mengambil bagian seperti para Ulama.
“Santri dituntut untuk mebgambil bagiaan seperti ulama. Membangun kemaslahatan, menghilangkan kerusakan dan kemudaratan,” ujar Kyai Ma’ruf.
Dalam kesempatan itu, Ma’ruf mengatakan, santri harus bisa membaca situasi dan berbagai kondisi kebangsaan, baik politik, ekonomi, sosial budaya dan sebagianya.
Bahkan, menurut nya, santri harus bisa mneguraikan dan memecahkan berbagai masalah kebangsaan ditengah modernitas sekarang ini.
“Santri zaman now harus lebih siap menyikapi berbagai permasalahan. Hingga kedepan memiliki kade- kader handal,” jelas Cawapres yang berpasangan dengan Jokowi ini.
Menyinggung peran santri dalam mengambil bagian seperti Ulama, Ma’ruf menyampaikan pergerakan para ulama untuk merebut kemerdekan. Salah satunya peran pendiri dari organisasi NW di NTB.
“Pendiri NW ( TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid) memiliki perhatian dan tanggung jawab kenegaraan dan kebangsaan, sehingga membentuk yang namanya Nahdlatul Wathan,” bebernya.
Pada akhir abad ke- 19 terjadi pemberontakan – pemberontakan untuk mengusir penjajah dari tanah air.
“Yang memberontak di Indonesiq adalah orang-orang yang belajar di tanah suci (Makkah). Dengan mendirikan pesantren dan madrasah-masdrasah,” terang Ma’ruf.
“Bersama santri membangun pergerakan. Sehingga peran ulama di Indonesia dalam membangun negeri sangat penting,” tambahnya.
Lebih lanjut dikatakannya, negara Indonesia dibangun atas dasar kesepakatan yaitu Pancasila. Pancasila merupakan kesepakatan dan titik temu.
“Begitu juga UUD 45 merupakan kesepakatan. Sehingga Indonesia adalah negara kesepakatan,” cetusnya.
Razak