Indeks

Survey Olat Maras Institute (OMI), Zul-Rohmi Pemenangnya

Survey Olat Maras Institute (OMI) terhadap elektabilitas Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB serta prilaku pemilih masyarakat NTB di Pilkada serentak 2018 (Foto: Me)
Simpan Sebagai PDFPrint

Suara untuk pasangan Zul—Rohmi cukup tinggi, jauh dibandingkan dengan pasangan-pasangan calon lainnya. Namun karena jumlah opsi tidak menjawab juga tinggi, posisi seluruh calon masih berada di zona merah (berbahaya)

SUMBAWA BESAR —

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB masih beberapa bulan lagi. Namun jika digelar pada Bulan Februari 2018 ini, dapat dipastikan pasangan Dr. H. Zulkiflimansyah SE., M.Sc—Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah (Zul—Rohmi), menjadi pemenang dengan meraih suara terbanyak.

Hal ini berdasarkan hasil survey Olat Maras Institute (OMI) terhadap elektabilitas Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB serta prilaku pemilih masyarakat NTB di Pilkada serentak 2018.

Metodologi Survei dilaksanakan pada tanggal 15-24 Februari 2018 untuk periode Februari—April ini menggunakan Multy Stage Random Sampling dengan populasi dan sampel 3.522.679 juta jiwa/sampel 1200 responden. Tingkat kepercayaan 95% dan Margin of Error 2,6%. Jumlah pemilih opsi tidak menjawab atau belum menentukan sikap cukup tinggi, mencapai 44,20 persen.

Menurut OMI, ini disebabkan karena sampai saat ini beberapa calon belum turun menyambangi masyarakat. Kemudian kecendrungan responden belum mengenal calon atau wajah baru dalam Pilkada NTB. Masyarakat berharap didatangi dan disapa calon-calon. Alasan lain, waktu pemilihan masih 4 bulan lagi yang dirasakan masih cukup lama.

Meski demikian persentasi suara untuk pasangan Zul—Rohmi cukup tinggi, jauh dibandingkan dengan pasangan-pasangan calon lainnya. Namun karena jumlah opsi tidak menjawab juga tinggi, posisi seluruh calon masih berada di zona merah (berbahaya).

Selain pasangan Zul-Rohmi, tiga paslon lainnya memiliki persentase suara yang berdekatan. Dalam survey itu pasangan Zul—Rohmi meraih 32,80%, Suhaili—Amin 24,60%, disusul Ali—Sakti 21,60% yang tidak terpaut jauh dengan Ahyar—Mori 21,00 %.

OMI yang bekerjasama dan disupervisi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini juga merilis survey elektabilitas per Kabupaten. Untuk Kabupaten Lombok Timur, Ali-Sakti meraih 33,56%, disusul Zul—Rohmi 20,50%, Suhaili—Amin 10,25% dan paling buntut Ahyar—Mori 4,24%. Tidak menjawab 31,45%.

Kabupaten Lombok Tengah 44,13%, Ali—Sakti 6,89%, Zul—Rohmi 5,66%, dan Ahyar—Mori 4,86%, dengan tidak menjawab 38,46%. Lombok Utara, Ahyar—Mori 27,77%, Ali-Sakti 11,11%, Zul—Rohmi 9,25% dan Suhaili—Amin 0,20% (tidak menjawab 51,85%).

Kota Mataram, Ahyar—Mori 51,51%,  Zul—Rohmi 9,10%, Suhaili—Amin 6,60%, dan Ali—Sakti 5,05% (tidak menjawab 28,28%). Kabupaten Lombok Barat, Ahyar—Mori 19,13%, Zul—Rohmi 13,58%, Ali-Sakti 6,80% dan Suhaili—Amin 4,32 % serta 56,17% tidak menjawab.

Zul—Rohmi Merajai Pulau Sumbawa

Sementara untuk Pulau Sumbawa elektabilitas pasangan Zul—Rohmi tak tertandingi. Untuk Kabupaten Sumbawa Barat Zul—Rohmi 25,80%, Suhaili Amin 3,20%, Ahyar-Mori 1,70%, Ali-Sakti 1,30% dan tidak menjawab 68,00%. Kabupaten Sumbawa, Zul—Rohmi 45,10%, Suhaili—Amin 5,30%, Ahyar—Mori dan Ali—Sakti sama-sama 2,70%, tidak menjawab 44,20%. Kabupaten Dompu Zul—Rohmi 22,20%, tiga pasangan calon lainnya masing-masing 7,40% dan tidak menjawab 55,60 %. Kabupaten Bima, Zul—Rohmi 27,30%, Ahyar Mori 5,00%, Ali-Sakti 2,50% dan Suhaili—Amin 1,70% serta tidak menjawab 63,60%. Kota Bima Zul—Rohmi 22,20%, Ahyar-Mori 16,70%, Suhaili Amin dan Ali Sakti sama-sama 2,80%, tidak menjawab 55,60%.

Secara umum dari survey ini dapat dilihat, setiap Cagub menang di basisnya masing-masing. Tapi Zul-Rohmi berpeluang menyalip paslon lain di Pulau Lombok karena saat ini TGB belum turun dan gerakan NW Pancor belum begitu masif.

Di bagian lain surveynya, OMI meliris hasil survey pemilih dilihat dari umur, suku, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Untuk Umur, rata-rata pemilih masing-masing calon tersebar di pemilih muda 17-30 tahun dan 31-45 tahun, terkecuali pemilih Ali Sakti yaitu 31,72% pada umur 46-65 tahun. Sedangkan pemilih yang banyak memilih opsi tidak menjawab rata-rata umur 17-45 tahun.

Artinya potensi untuk menarik minat pemilih umur 17—45 tahun masih besar. Kemudian Suku, ini menjadi salah satu daya tarik pemilih.

Berdasarkan survei, Suhaili, Rohmi dan Ali BD merebut pemilih dari Suku Sasak. Sedangkan H.M Amin, SH., M.Si (Suku Samawa) tidak terlalu banyak pemilihnya dibandingkan Dr. H. Zulkieflimansyah di Kabupaten Sumbawa yang juga dari Suku Samawa.

Begitu juga dengan H. Mori Hanafi yang pemilihnya di Suku Mbojo hanya 12,85%, sedangkan Dr. H. Zulkieflimansyah mencapai 24,54%. Salah satu alasannya karena suku Mbojo dengan Samawa berada dalam satu Pulau dan responden beranggapan masih satu rumpun suku.

Terlebih jika dikaitkan dengan sejarah kerajaan di Sumbawa dengan Bima serta Dompu, sehingga keterwakilan Suku Mbojo sama dengan Suku Samawa.

Selanjutnya dilihat dari latar belakang pendidikan ini tidak terlalu signifikan berpengaruh. Persebaran pemilih dengan latar belakang pendidikan merata di seluruh kandidat atau tidak ada yang terlalu menonjol. Zul Rohmi dan Ahyar Mori rata-rata pemilihnya dari kalangan tamatan SMA/MA dan D4/S1. Sedangkan Suhaili Amin dan Ali Sakti rata-rata tamatan SD, SMP dan SMA.

Untuk profesi, dari hasil survei yang dilaksanakan ini, mayoritas pemilih berprofesi sebagai Petani, wiraswasta dan ibu rumah tangga.

Sedangkan pemilih seluruh calon merata dari berbagai profesi tersebut. Terakhir, dari jenis kelamin pemilih dalam survei ini juga merata. Pemilih Suhaili Amin, Ahyar Mori dan Ali Sakti rata-rata laki-laki. Sedangkan pemilih Zul Rohmi mayoritas perempuan.

Ini membuktikan bahwa keterwakilan Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi D, M.Pd menarik perhatian kaum perempuan dalam Pilkada NTB 2018 ini.

Dimintai tanggapannya, Selasa (27/2), Dr. H. Zulkieflimansyah SE M.Sc dari Cagub Zul—Rohmi, mengatakan dilihat dari metodologinya, jumlah responden, dan validitasnya, hasil survey tersebut cukup obyektif.

Karena bagaimanapun Ia selaku calon di lapangan bisa merasakan seperti apa respon masyarakat di setiap kabupaten/kota yang dikunjungi. Hasil survey ini juga tidak terkesan mengada-ada. Ini juga menunjukkan bahwa persaingan sangat terbuka bagi semua calon dengan peluang yang cukup besar.

“Tinggal bagaimana di sisa waktu ini setiap calon mengoptimalkan peluang yang ada untuk meraih kemenangan,” ujar Doktor Zul—sapaan calon kelahiran Sumbawa ini.

Doktor Zul tetap berharap masyarakat dihidangkan demokrasi yang fair dan sehat karena hampir semua kandidat ini adalah sahabat.

Terkadang yang memperuncing keadaan dan membuat gaduh, adalah tim sukses. “Semoga dengan politik dan demokrasi yang sehat inilah hadiah kita buat demokrasi di Indonesia,” pungkasnya.

Me

Exit mobile version