Indeks

Irigasi Tetes, dan Hamzah Emiter

Ilustrasi Emiter
Simpan Sebagai PDFPrint

Dengan EMITER, irigasi tetes dan program smart farming, ke depan bertani tidak hanya bisa dilakukan di lahan subur yang kaya air. Di lahan kering dan marginal, sektor pertanian dapat juga tumbuh dan berkembang.

Oleh: Lalu Gita Aryadi, Sekda NTB

MATARAM.lombokjournal.com ~ Ketika  di medsos ramai pro-kontra, bahkan ada yang turun demo menyoal irigasi tetes,  saya teringat seorang teman kala di Bappeda Provinsi NTB.

Namanya Pak Hamzah. Pria kelahiran Jereweh tahun 1960. Kini sudah pensiun dengan pangkat IV/b. Jabatan terakhirnya sebagai Kepala BPTP Dinas Perbunan Provinsi NTB.

15 tahun lalu,  ketika menjadi Sekretaris Bappeda Provinsi NTB,  Saya mulai kenal Pak Hamzah ini. Pak Hamzah EMITER, begitu kami sering memanggilnya.

BACA JUGA: Klinik Pertanian Desa Jenggala, Wadah Konsultasi Petani

Pak Hamzah dalam kesehariannya hanyalah staff yang tampak biasa-biasa saja. Tapi cobalah ajak bicara EMITER, ia tiba-tiba berubah ‘tidak biasa-biasa saja’.  Mantan penyuluh pertanian, alumni SPMAN Mataram (1980), Alumni APP Malang (1991) dan alumni Universitas Muhammadiyah Mataram (2007) ini menjadi seseorang yang spesial. Ia tia-tiba berubah menjadi Staff yang luar biasa dengan  basis ilmu yang cukup mendukung.

Dia faham ilmu tanah, ilmu kimia juga ilmu pertanian.  Ditambah dengan kepeduliannya pada kondisi alam lingkungan. Ini yang membuat saya terkesan dengannya. Hingga kini.

Pak Hamzah, penemu dan tokoh penting dalam pengembangan EMITER. EMITER  akronim dari Evavorasi (penguapan di permukaan tanah), Material (bahan/media), Infirtrasi (hilang air ke bawah tanah), Transformasi (diteteskan dengan infus ), Evavotranspirasi (hilang air dari tanah  dan Resfirasi (pernapasan tanaman, perbandingan air dan udara dalam tanah).

EMITER merupakan  alat untuk menyalurkan nutrisi, air, hormon, dan protein carrier pada bagian batang tanaman dengan sistem diffusi (facilitated Diffusion). EMITER dipasang pada pipa lateral yang berfungsi mengatur keluarnya tetesan air pada durasi  dan  tekanan tertentu. EMITERnya Pak Hamzah tidak butuh tekanan air yang tinggi. Cukup dengan gravitasi saja. Rahasianya di komposisi bentonit (lumpur tanah liat) dengan bahan lain dan proses pembuatannya.

Bahan EMITER dibuat dari campuran liat serbuk dan tepung yang berasal dari bagian tanaman yang bersel hidup yang mempunyai kandungan asam abisat.

Dengan EMITER, tidak ada ketergantungan pada musim berbuah. Nilai jual hasil tanaman buah dapat meningkat. EMITER telah diuji coba dan dikembangkan diberbagai tempat untuk berbagai komoditi buah-buahan seperti: buah manggis, durian, rambutan, klengkeng, mangga, salak, jeruk, coklat, kelapa, cengkeh  juga mete. Kini melalui Yayasan Santiri sedang kerjasama dengan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB mengembangkan jahe merah menggunakan EMITER.

EMITER yang sudah dikembangkan dengan berbagai produk turunannya ini, diawali tahun 1991 di kecamatan Woha Kabupaten Bima. Dilakukan serangkaian uji coba selama 3 tahun. Tahun 1994 diaplikasikan di beberapa tempat, khususnya di lahan kering oleh GTZ. EMITER adalah sebuah inovasi dan solusi bertani di lahan kering. Efisien dalam penggunaan air – Drip Irigation, dapat merangsang pembuahan di luar musim, pengaturan panen (off session), pembibitan tanaman tahunan (media anti stress) serta perbaikan lingkungan dengan mikro organisme yang menguntungkan (bio aktivator).

BACA JUGA: Pusat Evakuasi Masyarakat Dibangun di Desa Santong Mulia

Tahun 2002 inovasi EMITER terdaftar dan diakui menjadi anggota Ashoka – sebuah lembaga yang concern pada inovasi untuk masyarakat. Ashoka berkedudukan di Arlington Virginia USA.

Pak Hamzah sebagai penemu tehnologi EMITER telah mendapatkan berbagai bentuk penghargaan dari dalam dan luar negeri. Sosok dan kiprahnya pernah menjadi bahan  liputan berbagai media cetak dan elektronik nasional. Dalam buku Leading social entrepreneurs (Ashoka, 2004, halaman 168-170), mengulas Pak Hamzah EMITER  sebagai sosok “changing the world“.

Pak Hamzah EMITER, kini sudah pensiun dengan tenang. Dari temuannya itu, Pak Hamzah EMITER sudah mendapatkan hak royalty sebagai kompensasi hasil kekayaan intelektualnya.

“Dari royalty itu saya  membangun laboratorium yang kini kemudian  menjadi rumah saya. Juga bisa  membeli lahan untuk tempat riset saya.  Waktu itu, Masih ada sisa uang  sebanyak Rp.48 juta. Saya bagikan ke semua teman-teman staff di Bappeda,” katanya dengan senyum sumringah ketika berkesempatan  bernostalgia dengan Pak Hamzah EMITER beberapa waktu lalu.

Dalam nostalgianya, Pak Hamzah tidak lupa menceritakan andil seorang temannya yang  membantu menghitung dan menyusun formula dalam riset-risetnya. Teman saya itu adalah Pak Ir. Muhammad Riadi MSc, yang kini diberi amanah sebagai Kadis Pertanian dan Perkebunan, katanya bangga.

Karenanya terkait pro kontra berita di medsos dan beberapa kali demo tentang irigasi tetes, saya sudah meminta  Kadis Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB  untuk atensi, memberi pencerahan dan memastikan pogram irigasi tetes sudah on the good track.

Seperti dilaporkan Kadis Pertanian dan Perkebunan ke Sekda NTB, secara tehnis irigasi tetes di areal lahan kering Desa Akar-akar Kabupaten Lombok Utara tetap berfungsi dan dimanfaatkan petani. Keberadaan jagung yang segera dipanen merupakan bukti berfungsinya irigasi tetes. Secara administrasi, mesin irigasi tetes telah diserahkan kepada kelompok tani penerima bantuan dengan berita acara serah terima barang yang lengkap.

Dari aspek pengadaan mesin irigasi tetes, sudah melalui mekanisme sesuai dengan peraturan yang ditentukan,  kata Kepala Biro Pengadaan Barang Jasa Setda NTB – Ir. H. Sadimin MM. Bapak Gubernur NTB – Dr. H. Zulkieflimansyah SE. MSc., melalui akun facebook-nya turut  memberikan respon  dengan mempersilahkan masyarakat mengadukan secara hukum bila menemukan ada hal-hal yang dirasakannya janggal.

Irigasi tetes dan inovasi dalam pertanian modern akan terus terjadi. Pada tanggal 30 Mei 2021, ketika  mewakili Gubernur NTB dalam acara penandatangan kerjasama ekonomi  dengan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil (Kang Emil), saya  berkesempatan menyaksikan Smart Farming di Desa Wanajaya Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Jawa Barat. Sambil meninjau smart greenhouse yang menggunakan tehnologi hidroponik, Kang Emil saat itu sekaligus mencanangkan program petani milenial juara.

Dengan adanya EMITER, irigasi tetes dan program smart farming, ke depan bertani tidak hanya bisa dilakukan dilahan subur yang kaya air. Di lahan kering dan marginal, sektor pertanian dapat juga tumbuh dan berkembang. Bertani di lahan kering dengan menggunakan EMITER dan irigasi tetes, prinsipnya adalah memberi minum tumbuhan pada waktu yang dibutuhkan. Bukan memandikan dan merendam akar tumbuhan dengan grojokan air yang berlimpah yang akhirnya mubazir. Akar tumbuhan bila direndam air berlebihan yang tidak seimbang dengan kebutuhan oksigennya juga tidak baik. Akibatnya pohon bisa menguning lalu mati.

Dengan sentuhan tehnologi pertanian akan mendukung meningkatnya kesejahteraan petani kita. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. ***

Kail dan jala cukup menghidupimu.

Tiada badai tiada topan kau temui.

Ikan dan udang menghampiri dirimu.

Wassalam

 

Exit mobile version