Indeks
Wanita  

Ibu-ibu PKK Dilatih Membuat Oleh-oleh Khas Lokal

Pelatihan ketrampilan bagi ibu ibu dan para Kader PKK,meliputi membuat Oleh-Oleh lokal, berupa pangan olahan lokal maupun industri kerajinan rakyat yang unik dan bercorak tradisional, serta kreasi lokal lainnya, salah satu program pokok PKK Provinsi NTB, di Mataram, Rabu (23/8). (Foto: AYA/Dok Humas)
Simpan Sebagai PDFPrint

Ibu-ibu PKK harus bisa memanfaatkan peluang bisnis lokal terkait berkembangnya sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat

MATARAM.lombokjournal.com – Majunya sektor pariwisata dimanfaatkan dengan menggali peluang bisnis lokal. Untuk mendukung sektor pariwisata, Tim Penggerak PKK Provinsi NTB mengadakan pelatihan ketrampilan bagi ibu ibu dan para Kader PKK.

Pelatihan meliputi membuat Oleh-Oleh lokal, berupa pangan olahan lokal  maupun industri kerajinan rakyat yang unik dan bercorak tradisional, serta kreasi lokal lainnya.

“Pelatihan keterampilan tersebut merupakan salah satu program pokok PKK dari Ketua TP. PKK Provinsi NTB, Hj. Erica Zainul Majdi. Itu menjadi kegiatan prioritas Pokja III tahun anggaran 2017,” kata Wakil Ketua I Tim   Penggerak PKK- NTB, Hj. Syamsiah M. Amin, saat membuka pelatihan di Aula TP. PKK Prov. NTB, Rabu (23/8).

Pelatihan ketrampilan itu meliputi pengolahan pangan lokal dan membuat tas dari bahan tali kur untuk Kader-Kader TP. PKK (Pokja III) Kabupaten/Kota Se-NTB. Majunya sektor pariwisata yang mendasari  pentingnya penyelennggaraan pelatihan tersebut.

Hj Syamsiah mengatakan, berkembangnya sektor pariwisata tentu bukan hanya membuka ruang bisnis ekonomi kreatif skala besar.Wisatawan yang berkunjung sering lebih membutuhkan sesuatu yang khas atau unik dari daerah yang dikunjungi. Misalnya makanan atau industri kreatif kecil- sebagai  oleh-oleh dari bahan khas lokal.

Ia mengajak para kader PKK se-NTB memanfaatkan peluang bisnis tersebut, dengan turun ke masyarakat memberi pelatihan dan motivasi, untuk mengembangkan industri kerajinan sesuai potensi yang tersedia di daerah masing-masing.

“Pangan olahan itu tidak hanya yang berasal dari hasil pertanian tetapi juga dari hasil laut,” ujarnya.

Para peserta pelatihan diharapkan benar-benar menyimak dan mendengar informasi yang diberikan narasumber. Hj. Syamsiah mengatakan, kreasi dalam mengelola bahan pangan lokal tidak harus yang aneh-aneh, cukup yang sederhana tetapi bisa menarik wisatawan.

“Saya melihat ibu-ibu disini sudah bagus dalam hal kreasi, tetapi masih butuh peningkatan,” ujarnya.

Hj Syamsiah yang juga Ketua BKOW Prov. NTB menjelaskan, perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran usaha kecil dan menengah. Mengelola bahan pangan lokal dan kerajinan tangan seperti membuat tas dari tali kur merupakan salah bentuk usaha kecil yang bisa dilakukan ibu-ibu di rumah.

menurutnyai, ada 2 kendala yang dialami pengusaha kecil di NTB. Prtama menyangkut soal kemasan,  dan kedua adalah pemasaran.

Ia menghimbau kepada Dinas/Instansi terkait perlu menyediakan mesin pengemas bagi pengusaha kecil yang belum memiliki mesin tersebut.

“Untuk rasa, makanan lokal kita sudah baik dan terjamin dari penggunaan bahan pengawet. Kita hanya kurang dalam pengemasan,” ujarnya.

Hj.Syamsiah berharap kemasan produk olahan khas lombok tercantum logo halal, tanpa bahan pengawet, dan tercantum nama daerah penghasil makanan tersebut.

Ketua Pokja III Budi Utami Soegeng selaku Ketua Panitia, sebelumnya  melaporkan tujuan pelatihan adalah untuk mendukung program pemerintah dalam pemanfaatan bahan pangan lokal dan pemanfaatan limbah.

Pelatihan ini diikuti oleh 35 orang untuk pengolahan pangan lokal dan 30 orang untuk pembuatan tas dari bahan tali kur.

AYA

Exit mobile version