Dikotomi sekolah Favorit telah menghilangkan esensi pendidikan non formal, yang tercermin pada pendidikan anak oleh keluarga dan pendidikan anak dalam interaksi sosial di lingkungannya
MATARAM.lombokjournal.com — Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram sedang gencar melakukan berbagai cara. agar dikotomi sekolah favorit hilang dari perspektif masyarakat.
Pihaknya memaklumi, sebelumnya, stereotip sekolah favorit telah melekat kuat dibenak masyarakat kota Mataram.
Banyak penyebabnya, di antaranya prestasi lulusan dan juga letak sekolah pavorit yang cenderung berada di tengah kota.
“Mungkin karena dekat dari jalan besar atau letaknya di tengah kota,” kata Kepala Disdik Kota Mataram, Drs. H. Lalu Fatwir Uzali, S.Pd., M.Pd saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (02/07/20)..
Dijelaskan Lalu Fatwir, salah satu strategi Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian diaplikasikan oleh daerah melalui Dinas terkait adalah penerapan zonasi sekolah.
Selama ini siswa yang berlatar belakang ekonomi keluarga menengah ke atas, memilih menyekolahkan anaknya di sekolah “Favorit” kendati letak sekolah jauh dari rumah.
Melalui penetapan sistem zonasi hal itu tak bisa lagi dilakukan.
Menurut Lalu Fatwir, ini mejadi penting sebagai syarat tiga komponen utama pendukung pendidikan, yakni sekolah, keluarga dan lingkungan.
“Pendidikan bukan hanya tugas sekolah,” katanya.
Menurut Lalu Fatwir, dikotomi sekolah pavorit telah menghilangkan esensi pendidikan non formal, yang tercermin pada pendidikan anak oleh keluarga dan pendidikan anak dalam interaksi sosial di lingkungannya.
Dikotomi sekolah favorit itu hanya mengedepankan satu komponen, yakni komponen pendidikan formal di sekolah.
Padahal pendidikan informal di dalam keluarga dan bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya juga tak kalah penting untuk tumbuh kembang psikologi anak dalam menyongsong masa depan.
“Kembali ke dikotomi tadi itu. Dia ingin sekolah di yang mereka istilahkan pavorit itu. Harusnya ada istilah ‘favorit’ dan ‘tidak favorit’ itu. Semua mendaftar di SMP 2, apanya yang favorit di SMP 2. Yang bisa kuliah ke luar juga banyak dari SMP lain,” katanya.
Ast