Mahasiswa Diajak Siapkan Diri Jadi Pemimpin Masa Depan

Kuliah Umum “Pemikiran Geopolitik Soekarno” di Universitas Mataram, Hasto Kristiyanto ingin mahasiswa jadi pemimpin Negarawan yang punya tradisi membaca

MATARAM.lombokjournal.com ~ Doktor Ilmu Pertahanan, Hasto Kristiyanto menyampaikan Kuliah Umum di Universitas Mataram dalam kunjungannya di Pulau Lombok, Kamis(15/09/22). 

Tenaga pengajar Universitas Pertahanan (Unhan) RI yang juga Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut, mengajak mahasiswa terlibat aktif berjuang membangun kepemimpinan di segala aspek.

Kuliah Umum dengan tema “Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negeri” tersebut merupakan kuliah umum ke-14 yang disampaikan Hasto. Sebelumnya, sejumlah perguruan tinggi ternama di tanah air telah lebih dahulu menggelar Kuliah Umum dengan tema yang sama.

BACA JUGA: Strategi Cegah Penyalahgunaan Narkotika, Ini Kata Kepala BNN

Hasto mengajak mahasiswa menyiapkan diri menjadi pemimpin masa depan
Hasto Kristiyanto )tengah)

 “Inti utama Geopolitik Soekarno yang harus terus diperkuat adalah bagaimana rakyat Indonesia, termasuk generasi muda, harus selalu berjuang membangun kepemimpinan di segala aspek kehidupan,” kata tokoh kelahiran Jogjakarta tersebut.

Alumnus Universitas Gadjah Mada ini menekankan, dirinya hadir di Unram bukan untuk kepentingan politik praktis.

 “Pemilu masih jauh,” imbuhnya dan disambut tepuk tangan hadirin yang hadir.

Hasto tiba di Unram didampingi Anggota DPR RI yang juga Ketua DPD PDIP NTB H Rachmat Hidayat, Pandam IX Udayana Mayjen Sonny Aprianto, dan Danrem 162/WB Brigjen Sudarwo Aris Nurcahyo. 

Tak lama kemudian, Gubernur NTB H Zulkieflimansyah juga tiba di lokasi Kuliah Umum yang digelar di gedung Rektorat Unram dengan dihadiri mahasiswa, para dosen, dan staf akademika perguruan tinggi terbesar di NTB ini.

Sementara dari Jakarta, Hasto didampingi Sekretaris Umum DPP Bamusi sekaligus Anggota Komisi VII DPR RI, Nasyirul Falah Amru atau karib disapa Gus Falah.

Sebelum Kuliah Umum dimulai, Rektor Universitas Mataram Prof Bambang Hari Kusumo menyampaikan sambutan selamat datang. Disusul dengan sambutan Gubernur Zulkieflimansyah.

Prof Bambang dmemyampaikan ucapan terima kasihnya atas nama seluruh civitas akademika Unram atas keluangan waktu Hasto untuk menghadiri agenda Kuliah Umum di Unram. 

Hasto kata Prof Bambang, hadir menyampaikan Kuliah Umum sebagai Dosen Unhan RI.

Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Pertanian tersebut menekankan pentingnya pentingnya mahasiswa tidak melupakan sejarah. 

Sebab, sejarah banyak berulang dan banyak negara yang hancur justru karena melupakan sejarah. 

Itu sebabnya, pemikiran Bung Karno selalu relevan dengan kondisi saat ini.

Gubernur Zulkieflimansyah mengemukakan, para mahasiswa dan seluruh civitas akademika Unram begitu beruntung dengan hadirnya Hasto dalam Kuliah Umum tersebut. 

Orang nomor satu di NTB ini memang bersahabat dengan Hasto. Pertemanan keduanya begitu terentang lama. Dimulai saat keduanya sama-sama duduk di Komisi VI DPR RI di awal karir. 

Saat itu, Anggota Komisi VI DPR RI memang banyak diisi oleh politisi muda dan berlatar belakang aktivis mahasiswa. 

Hasto sendiri sebelumnya memang tercatat sebagai Ketua Senat Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Sementara Gubernur Zul tercatat sebagai Ketua Senat Universitas Indonesia.

“Mas Hasto adalah bintang. Adik-adik mahasiswa harus banyak belajar. Beliau ditawari menjadi menteri tapi beliau tidak bersedia. Mudah-mudahan, ini bukan kedatangan Mas Hasto yang terakhir ke NTB,” kata Gubernur Zulkieflimansyah, yang meminta big applause untuk Hasto dari seluruh hadirin yang hadir.

Dalam Kuliah Umum ini, Hasto memaparkan hasil temuan risetnya yang menjadi disertasi doktoralnya di Unhan RI mengenai teori geopolitik Soekarno. 

Termasuk bagaimana perbedaan geopolitik Soekarno yang menjadi antitesa dari geopolitik ala Barat. 

Geopolitik Soekarno berorientasi membebaskan bangsa di dunia dari penjajahan dan menuju perdamaian abadi, sementara geopolitik ala Barat orientasinya ekspansi dan cenderung menjajah.

Ditegaskannya, pemikiran Geopolitik Soekarno didasarkan pada ideologi Pancasila. Tujuannya adalah untuk membangun tata dunia baru berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imprerialisme dan kolonialisme. 

Geopolitik Soekarno juga menekankan betapa pentingnya solidaritas bangsa berdasarkan koeksistensi damai (peaceful co existence) dan berorientasi pada struktur dunia yang demokratis, sederajat, dan berkeadilan.

“Kekuatan pertahanan negara dibangun untuk menjaga perdamaian dan sebagai benteng bagi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,” kata Hasto menekankan.

Dengan segala keterbatasan pada masa memimpin Indonesia, Geopolitik Politik Soekarno telah mampu menghadirkan kepemimpinan Indonesia di tengah dunia. 

Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno telah melampaui cara pandang geopolitik. Misalnya, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang melahirkan Dasa Sila Bandung yang luar biasa.

“Bung Karno mengalahkan konspirasi kolonialisme Belanda dalam pembebasan Irian Barat. Modalnya hanya merancang Konferensi Asia Afrika,” katanya.

Untuk melakukan hal tersebut, Indonesia tak menunggu menjadi negara yang memiliki sumberdaya melimpah. Modal Bung Karno untuk menggelar Konfrensi Asia Afrika hanya ide, imajinasi geopolitik, semangat juang, dan hospitality. 

Memadukan intelektualitas dengan berbagai faktor sumber daya yang ada seperti demografi, teritori, politik, dan lainnya sehingga menjadikan seluruh variabel geopolitik sebagai instrument of national power.

“Hotel disediakan, makanannya disediakan khas kuliner nusantara. Kesemuanya ditampilkan penuh kebanggaan. Namun hasilnya adalah deklarasi Dasa Sila Bandung yang luar biasa,” urai Hasto.

Ia kemudian menjelaskan, bagaimana para mahasiswa dan mahasiswa terlibat sangat aktif selama berlangsungnya konfrensi yang dihadiri delegasi negara-negara Asia Afrika tersebut.

BACA JUGA: Wagub NTB: Instrumen Fiskal Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Hasto pun menampilkan secara khusus, foto-foto bersejarah yang memperlihatkan keterlibatan para mahasiswa Indonesia kala konferensi tersebut.

Aktualisasi di NTB

Bagaimana aktualisasi Geopolitik Soekarno untuk NTB di masa kini? 

Hasto menekankan bagaimana NTB merupakan provinsi yang memiliki sumber daya yang besar. 

Hasto menyebut potensi perkebunan jagung di NTB yang mencapai 270 ribu hektare. NTB juga merupakan daerah yang memiliki potensi sektor peternakan yang besar.

Di bidang kelautan dan perikanan, potensi rumput laut NTB mencapai 25 ribu hektare. 

Juga potensi mutiara terbaik di dunia, dan bibit lobster di mana Lombok Timur diakui sebagai sentra benih lobster di Indonesia yang diakui sebagai yang terbaik di dunia. 

NTB juga punya produksi tembakau virginia dengan kualitas nomor wahid.

Seluruh potensi yang dimiliki NTB tersebut harus dibangun dengan berdasar pemahaman geopolitik. Misalnya NTB, tidak perlu lagi mengirim benih lobster ke Vietnam. 

Tetapi dengan mempekerjakan orang-orang Vietnam untuk mengembangkan lobster di NTB sehingga menjadikan NTB sebagai pemain utama pasokan lobster di dunia.

“Dalam hal ini, perguruan tinggi juga bisa mengambil peran besar. Perguruan tinggi tidak boleh menjadi Menara gading. Tapi perguruan tinggi harus membumi dengan memberi kemanfaatan yang besar untuk masyarakat. Termasuk dalam hal pengolahan sumber daya yang ada di depan mata,” tandas Hasto.

Di sinilah, para mahasiswa dan sleuruh civitas akademika Unram bisa terlibat aktif. Kuncinya tentu saja dengan memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperbanyak riset dan inovasi.

Selain itu, kampus juga harus bisa melakukan kaderisasi kepemimpinan mahasiswa. Perguruan tunggi harus mempersiapkan seluruh aspek kepemimpinan nasional dengan membangun kesadaran cara pandang geopolitik dalam mendayagunakan seluruh potensi instrument of national power bagi ketahanan nasional, kemajuan pembangunan, dan pertahanan negara Indonesia.

Hasto menekankan, pendidikan menjadi faktor terpenting kedua setelah variabel kepentingan nasional, jika Indonesia mau maju. 

Dalam hal ini, perguruan tinggi harus menjadi salah satu motor penggerak kemajuan tersebut. Perguruan tinggi menjadi pelopor tindakan yang bersifat progresif revolusioner dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi melalui riset dan inovasi yang berpihak pada kemajuan daerah dan bangsa.

“Kampus bisa menjadi pusat pemikiran yang kritis dan menjadi ujung tombak pembangunan serta kemajuan bangsa Indonesia, dengan perkembangan zaman yang semakin modern,” tandasnya.

Kepada para mahasiswa yang hadir, Hasto meminta mereka menyiapkan diri menjadi generasi muda dengan berorientasi prestasi. 

Menyiapkan diri menjadi pemimpin masa depan. Dan menggembleng diri dari sekarang.

“Jadilah pemimpin negarawan yang punya tradisi membaca. Tiada hari tanpa membaca buku dan berdiskusi,” katanya.

Disambut Kader

Sementara itu, Ketua DPD PDIP NTB H Rachmat Hidayat mengungkapkan, Hasto menggelar kunjungan dua hari di NTB. 

Hasto disambut puluhan kader PDIP  semenjak tiba di Bandara Internasional Lombok, dengan penyambutan musik tradisi gendang beleq.

Hasto dan Gus Falah kemudian mendapat pengalungan kain tenun khas Suku Sasak, populasi utama yang mendiami Pulau Lombok. 

BACA JUGA: NTB Raih Penghargaan Provinsi Terbaik Pengendalian Inflasi 

Selain memberikan Kuliah Umum di Unram, Hasto kata Rachmat melanjutkan kegiatan dengan membuka Rapat Kerja Daerah PDIP NTB di Kantor DPD PDIP NTB di Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram.

Sementara pada pagi ini, Hasto akan mengikuti senam Sicita di Kantor DPD NTB dan kemudian meresmikan musala yang akan menjadi tempat ibadah bagi masyarakat. 

Sebelum betolak ke Jakarta, Hasto menutup kegiatan dengan mengunjungi Desa Sade, salah satu desa adat di Lombok Tengah. (*)

 

 




Di Danau Toba, Inang-inang Doakan Puan Jadi Presiden

Puan Maharani melakukan penanaman pohon mangga di punggung bukit Tugu Aritonang yang menghadap di Danau Toba, Sumatra Utara 

SUMUT.lombokjournal.com ~ Dalam kunjungan kerja (Kunker) ke Sumatera Utara (Sumut), Puan Maharani, Ketua DPR RI menghadiri kegiatan penghijauan di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) hingga menanam benih ikan di Danau Toba.

Puan tiba di Bandara Silangit, Kamis (01/99/22), disambut Gubernur Edy Rahmayadi, Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra, dan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Achmad Daniel Chardin. 

Puan datang didampingi Ketua Komisi V DPR Lasarus dan Wakil Ketua Komisi X DPR Agustina Wilujeng Pramestuti.

BACA JUGA: Puan Maharani Kunjungi Pasar Kebon Roesk di Kota Mataram Puan Maharani ikut menanam mangga di daerah perbukitan di Danau Toba

Kemudian ia melakukan penanaman pohon mangga di Kawasan Wisata Gantole, Huta Ginjang Kecamatan Muara. Lokasinya persis di punggung bukit Tugu Aritonang yang menghadap Danau Toba.

Warga menyambut kedatangan Puan di sepanjang jalan menuju lokasi tanam. Ia juga disambut ratusan relawan PUMA (Puan Maharani) yang memakai kaos putih bergambar foto Puan.

“Puan presiden, Puan presiden,” teriak para relawan.

Puan dan rombongan kemudian menanam pohon mangga bersama warga setempat. Kecamatan Muara merupakan daerah penghasil mangga.

Selesai menanam, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu berdialog bersama masyarakat yang didampingi Bupati Tapanuli Selatan, Nikson Nababan.

“Saya ajak anggota-anggota DPR ini untuk memikirkan Tapanuli Utara dan Sumatera Utara karena saya melihat Taput kok begini-begini saja. Makanya saya ajak anggota DPR untuk sama-sama memikirkan pembangunan di sini,” kata Puan.

Puan lalu meminta warga untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada dewan. Salah seorang warga yang berasal dari kelompok perempuan berharap, agar mendapat fasilitas pengolahan pupuk organik karena mereka kesulitan mendapat pupuk.

Pengolahan pupuk kandang untuk kelompok tani akan berkolaborasi dengan peternak agar organik, yang dihasilkan peternak bisa dijadikan pupuk untuk menanam padi, jagung, dan lainnya. 

Puan berjanji akan mengupayakan infrastruktur yang dapat menunjang pembuatan pupuk organik.

“Untuk alat pupuk organik, kita akan usahakan,” sebut Puan.

Meneruskan kerja Jokowi

Seorang inang yang ikut berdialog bersama Puan tiba-tiba mengangkat tangan. Ia mendoakan Puan agar bisa menjadi Presiden untuk memajukan bangsa.

“Mantap kali otak kau. Saya doakan kau bisa pimpin Indonesia. Semoga diberkahi Tuhan,” ungkap inang itu.

BACA JUGA: Puan Maharani dan Kader PDI Perjuangan Siap Menangkan Pemilu 2024

Warga bernama Toga Aritonang pun menyampaikan harapan yang sama. Ia berharap Puan dapat meneruskan kerja-kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Pembangunan Pak Jokowi harus dilanjutkan. Dan kami berharap ini dilanjutkan. Yang melanjutkan ya Bu Puan,” harap Toga Aritonang.

“Kami mewakili kepala desa di Taput mendukung ibu ke depan,” timpal Kepala Desa setempat yang juga berharap agar wilayahnya memiliki Pacuan Kuda untuk menunjang pariwisata.

Sementara itu Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan mengungkap Danau Toba memiliki ikan pemangsa yang dikenal dengan nama Red Devil. 

Puan lalu pergi ke Danau Toba yang berada di wilayah Kecamatan Muara untuk melakukan penaburan bibit ikan yang tempatnya dekat Pelabuhan Muara.

Sepanjang perjalanan dari lokasi penanaman pohon hingga penaburan bibit ikan, Puan disambut meriah warga yang berjejer rapi di pinggir jalan.

Selain menabur bibit ikan, mantan Menko PMK itu pun berdialog dengan sejumlah pembubidaya ikan. Puan juga banyak memenuhi permintaan warga dan pedagang ikan dari pelabuhan untuk foto bersama. (*)

 

 




Puan Maharani Kunjungi Pasar Kebon Roek di Kota Mataram

Pengunjung dan pedagang teriak Presiden 2024, Puan Maharani bikin heboh emak-emak pengunjung pasar

 MATARAM.lombokjournal.com ~ Melakukan kunjungan kerja (kunker) di Pulau Lombok, Puan Maharani blusukan di pasar Kebon Roek di Kota Mataram, Sabtu (27/08/22). 

Dan Ketua DPP PDI Perjuangan itu menyapa dan bersalaman dengan para pedagang di pasar induk di ibu kota NTB ini. 

Ia juga sempat belanja sejumlah kebutuhan pokok.

BACA JUGA: Tuan Guru Turmuzi Kalungi Puan dengan Kerudung Merah 

Puan Maharani sempat belanja kebutuhan pokok di pasar

Tiba di pasar selepas Duhur, Puan langsung dikerubungi para pengunjung pasar semenjak dari lapangan parkir. 

Kunjungan ke pasar ini semula tak masuk dalam agenda kunjungan kerja, mengingat Puan semula dijadwalkan mengunjungi para pedagang di Pasar Mandalika.

Para pengunjung pasar banyak yang berebut ingin bersalaman. 

“Mbak Puan… Mbak Puan… Mbak Puan…,” teriak beberapa pedagang. 

Sebagian besar di antara mereka adalah kalangan ibu-ibu. Mereka memilih meninggalkan sejenak belanjaannya dan berlarian menyongsong kedatangan Puan.

Dengan sabar, putri Presiden ke-5 RI, Hj Megawati Soekarnoputri tersebut menyapa para ibu-ibu yang berjejal. Tim pengawalan yang melekat pada Ketua DPR pun sampai kewalahan mengingat banyaknya pengunjung pasar yang ingin bersalaman.

Sebagian pengunjung pasar yang lain, ada yang rela memanjat pagar pasar demi bisa melihat dari dekat perempuan pertama sebagai Ketua DPR RI tersebut.

Butuh waktu lama bagi Puan untuk bisa sampai ke dalam salah satu pasar tradisional terbesar di Kota Mataram ini. 

Dan di dalam pasar, para pedagang juga rupanya sudah tak sabar lapak dagangan mereka dikunjungi.

Sarah menjadi pedagang yang merasa paling beruntung lantaran lapak dagangannya dikunjungi. Senyum perempuan berhijab tersebut mengembang. Abon, kacang asing, dan olahan daging kering yang menjadi jualan lapaknya dibeli oleh Puan.

“Belanjanya Rp 250 ribu. Tapi saya dibayar Rp 400 ribu,” kata Sarah. 

Dengan bangga dia menunjukkan uang pembayaran.

Suhairi, pedagang sayur mayur di sebelahnya juga tak kalah semringah. Lantaran sudah berbelanja sayur-mayur saat tiba di pasar pertama kali, Puan tak berbelanja sayuran di lapak Suhairi. 

Tapi, dia tetap ketiban rezeki. Bisa bersalaman dengan Puan dan juga diberi uang tunai pula.

Antusiasme dan animo yang tinggi dari para pedagang dan pengunjung pasar membuat aktivitas berbelanja Puan berjalan lambat. 

Belum lagi sejumlah pedagang ingin lapaknya dilihat dari dekat. Tak melulu menawarkan dagangan, mereka sudah sangat senang bisa berinteraksi dari dekat dan bisa bersalaman.

Melente idap imen presiden…(Mau kita bersalaman dengan presiden),” kata salah seorang pedagang dalam bahasa Sasak.

BACA JUGA: Duta Lingkungan Diminta Gaungkan Isu Lingkungan di Mandalika

Selama berbelanja, sejumlah pengunjung pasar dan pedagang memang meneriaki Puan dengan menyebutnya “Presiden 2024”. Teriakan tersebut bahkan terdengar bersahut-sahutan, lantaran disambut pula oleh para pengunjung dan pedagang pasar lainnya.

Dalam dialognya dengan pedagang, selain bertanya tentang apa yang mereka jual dan berapa harganya, Puan pun menggoda mereka dengan menanyakan apakah penjual tersebut mengenal dirinya. 

Tanpa ragu, pedagang menyebut nama lengkap Puan Maharani. Salah seorang dari mereka bahkan mengacungkan dua jempol setelah menyebut nama lengkap Ketua DPR, lalu memekikkan kata “Merdeka..!!”

Sontak, Puan pun menyambutnya dengan mengepalkan tangan ke atas dan turut memekik “Merdeka” pula. Suasana di dalam pasar pun riuh. Sebab, yang lain juga memekikkan kata serupa.

Lebih dari 45 menit Puan berada di Pasar Kebon Roek. Tapi, saat aktivitas berbelanja tersebut sudah usai, para pedagang dan pengunjung seakan enggan melepasnya. Alhasil, pengunjung masih mengerubunginya untuk bersalaman hingga ke pintu kendaraan. ***

 

 




Gubernur NTB: Jangan Takut Menulis Cerita Bangsa Sendiri

Ini pesan Gubernur NTB saat menghadiri Haul Akbar Al-Arif Billah Al Qutb Al Imam Fakhril wujud As Syekh Abu Bakar bin Salim RA di Banyuwangi

BANYUWANGI.lombokjournal.com ~ Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mengatakan, jangan takut untuk menulis kesimpulan cerita dari bangsa dan daerahnya sendiri, supaya kesimpulan dari cerita tersebut tidak ditulis oleh orang lain.

BACA JUGA: Gubernur NTB Bicara Kemajuan Teknologi dan Merdeka Belajar

Kata Gubernur NTB, jangan takut menulis kesimpulan cerita bangsa sendiri

“If you are not able to write your own conclusion, your conclusion will be written by somebody else. Jadi kalau kita tidak mampu menentukan destiny dari bangsa atau kaum yang kita pimpin, maka destiny dan kesimpulan dari bangsa, daerah dan rakyat kita akan ditulis oleh orang lain,” ujarnya. 

Gubernur Zulkiefliamansyah menyampaikan pesan itu saat menghadiri Haul Akbar Al-Arif Billah Al Qutb Al Imam Fakhril wujud As Syekh Abu Bakar bin Salim RA di Banyuwangi, Minggu (24/07/22).

Bang Zul juga mengundang seluruh tamu undangan untuk datang berkunjung ke Provinsi NTB dan mempelajari berbagai perjalanan sejarah dari Syekh Abu Bakar bin Salim RA di NTB.

“Jadi untuk para hadirin yang kebetulan punya waktu ke NTB, bukan hanya untuk menyaksikan MotoGP dan MXGP di Samota, tapi juga bisa menapak tilasi perjalanan sejarah yang sangat panjang dari Syekh Abu Bakar bin Salim ini di Provinsi kami,” kata Bang Zul.

BACA JUGA: Lampan Lahat, Fragmen Wayang Sasak Taruhannya Nyawa 

Hadir pula dalam acara Haul tersebut yaitu, Al Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdhor, KHR Muhammad Kholil As’ad, Habib Muhammad Bin Mundzir Al Musawa dan Habib Hasan Bin Mundzir Al Musawa. ***

 




SELAQ MARONG, Mata Merah sang “Pembunuh” di Arena Peresean

Kisah petarung tak terkalahkan di arena Peresean, ini penelusuran  M16 jejak Selaq Marong

LOTENG.lombokjournal.com ~ Siapa petarung hebat di arena Peresean di Lombok? 

Belum banyak yang tahu, di jagad Peresean ada nama Pepadu yang mampu menciutkan nyali lawan tandingnya. 

Siapa lagi kalau bukan ksatria di arena Peresean, seorang Pepadu yang mendapat sebutan Selaq Marong

Ini hasil penelusuran yang dilakukan Lembaga Kajian Sosial dan Politik, Mi6.

Menelusuri jejang Selaq Marong

Pulau Lombok memiliki tradisi seni Peresean kini sering dipentaskan jadi hiburan wisatawan.

Tradisi Peresean merupakan pertarungan antara dua lelaki bersenjata rotan atau disebut penjalin. Petarung itu menggunakan perisai sebagai tameng berlindung dari pukulan rotan lawan. 

Tameng tersebut disebut ende dan terbuat dari kulit kerbau yang keras.

BACA JUGA: Perawat di NTB Cukup, PR-nya Pemerataan dan Kualifikasi

Para petarung disebut Pepadu, yang akan saling pukul menggunakan rotan dengan diawasi seorang wasit yang disebut Pakembar

Selama berlangsungnya pertandingan dua Pepadu, suara gamelan khas Lombok terus mengalun..

Dulu, Peresean sebagai ekspresi kebahagiaan prajurit saat menang perang. Itu juga berfungsi melatih ketangkasan prajurit. 

Kemudian tradisi tersebut difungsikan sebagai upacara adat meminta hujan. Namun kini, Peresean menjadi kesenian tradisi Sasak untuk menghibur wisatawan.

Saat ini, Pepadu yang tersohor dengan kepiawaiannya dalam Peresean adalah Selaq Marong. 

Seorang pria berkumis yang sering menari ketika serangannya mengenai musuh. Dia adalah pria berasal dari Semoyang, Lombok Tengah dengan nama asli Suminggah.

Legenda Pepadu Selaq Marong 80-an

Di Lombok pernah dikenal seorang Pepadu yang melegenda di era 80-an, di arena Peresean ia mendapat julukan Selaq Marong.  Sesuai julukannya, Pepadu itu berasal dari Desa Marong, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah.

Selaq Marong merupakan Pepadu yang sering berlaga pada tahun 1980an. 

Perawakannya besar, mata tampak melotot merah saat berada di arena, dan itu menggetarkan lawan tandingnya. 

Karena itu dia dijuluki oleh penonton dengan nama Selaq Marong.

Tokoh masyarakat di Desa Marong, Amaq Buan mengatakan, Selaq Marong memiliki ilmu megat-male yang sangat mematikan saat memukul lawannya. 

Dia selalu menang di arena dengan membuat lawannya sakit dan bahkan hingga meninggal.

“Sosok perawakan besar dengan mata yang melotot. Selaq Marong kalau Peresean matanya menjadi merah. Itu tanda ilmu pegat male sudah masuk,” tuturnya, Kamis (02/06/22).

Selaq Marong memiliki nama asli Haji Sriatun. Dia tutup usia pada 2020. Namun, ketangkasan saat menjadi ‘gladiator’ di arena Peresean selalu dikenang orang.

Meskipun sangat kuat di arena, Selaq Marong memiliki pantangan saat bertanding. 

BACA JUGA: Kesehatanmu Saat Memasuki Usia di Atas 50 Tahun

Dia tidak boleh bertarung siang hari. Entah apa alasannya, konon matanya yang besar dan melotot membuat dia kesulitan bertanding di siang hari. Sehingga dia selalu tampil sore hari.

“Jadi Selaq Marong tidak bisa bertanding siang hari. Karena matanya selalu melotot dan merah,” ujarnya.

Amaq Buan mengatakan, ilmu megat male yang dimiliki Selaq Marong didapat melalui mimpi. Dia tidak pernah berguru atau mencari ilmu untuk mendapatkan kesaktian.

“Itu didapat dari karomah (anugerah Tuhan) saat sedang tidur lalu bermimpi,” katanya.

Cucu keluarga Selaq Marong, Dayat, mengatakan kebiasaan Selaq Marong saat Peresean, yaitu selalu memegang rotan bukan pada ujung atau pegangan rotan.

“Selaq Marong selalu memegang rotan  pada bagian sedikit di tengah. Beliau sebenarnya tidak terlalu seni saat bertanding. Tapi kalau serangan kena lawannya, bahaya,” ujarnya.

Dayat mengatakan pernah terjadi keributan saat Selaq Marong Peresean di Masbagik Lombok Timur. Saat itu dia menyerang lawannya hingga meninggal. Itu membuat terjadi kericuhan di arena.

“Gemparnya dulu pertarungan beliau waktu di Masbagik sampai keributan besar terjadi, karena lawan tandingnya langsung meninggal di tempat,” katanya pada koranntb.

Selaq Marong juga pernah bertarung dengan Haji Rijal yang memiliki julukan Arya Kamandanu. 

Itu adalah pertarungan dua pepadu perkasa di Lombok. Dalam pertarungan, Selaq Marong berhasil menang.

Konon saat Kapolda NTB waktu itu ingin menobatkan Arya Kamandanu sebagai pepadu terbaik, pihak Selaq Marong protes karena keduanya belum bertanding lagi. Akhirnya waktu pertandingan disepakati.

Namun karena Arya Kamandanu pernah kalah, saat waktu pertandingan di arena Arya Kamandanu menolak untuk bertanding. Sehingga Selaq Marong terpilih menjadi pepadu terbaik.

“Sehingga terjadilah kesepakatan hari  pertarungan Arya Kamandanu dengan Selaq Marong. Namun pas hari pertandingan yang sudah ditentukan, Arya Kamandanu menolak untuk bertanding,” ujarnya.

BACA JUGA: Komitmen Perlindungan untuk Pekerja Migran

Menelusuri jejak Selaq Marong
Bambang Mei, Amaq Buan, Ruslan Turmuzi dan Dayat

Merawat Tradisi Peresean

Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6, Bambang Mei Finarwanto, mengatakan sosok Selaq Marong menjadi legenda di masyarakat Lombok. Banyak masyarakat Lombok sangat familiar dengan nama Selaq Marong.

“Jadi kalau kita bertanya ke masyarakat, siapa Selaq Marong ya pasti dijawab pepadu Peresean. Karena namanya sudah familiar,” katanya.

Dia menjelaskan, pepadu Peresean saat berlaga tidak hanya untuk mencari hadiah berupa uang, tapi menjadi simbol kehormatannya laki-laki Sasak, dan juga untuk merawat tradisi.

“Mereka bertanding tidak hanya untuk mendapatkan bonus atau hadiah. Tapi sebagai bentuk kehormatan seorang pria Sasak, sekaligus untuk merawat tradisi,” katanya.

Lombok memiliki beragam destinasi wisata dan juga memiliki banyak budaya dan tradisi. Budaya dan tradisi tersebut menjadi atraksi pariwisata yang menjadi magnet menarik minat wisatawan berkunjung ke Lombok.

“Sehingga Peresean harus terus dilestarikan sebagai bagian dari atraksi pariwisata di Lombok,” kata Bambang Mei.***.

 

 




Hafiz Wakil Indonesia di MTQ di Amerika Bertemu Gubernur NTB

Gubernur NTB ingin Hafiz wakil Indonesia di MTQ Amerika didampingi orang tuanya

MATARAM.lombokjournal.com ~ Hafiz asal NTB, Lalu Muhammad Khairurrazak Al Hafizi, diterima Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, di Pendopo Gubernur, Kamis (14/04/22) 

Lalu Muhammad Khairurrazak Al Hafiz ditunjuk Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kementerian Agama RI, mewakili Indonesia di Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional Amerika yang akan berlangsung di Washington DC, Amerika Serikat. 

MTQ Internasional akan berlangsung dari tanggal 14 hingga 21 Juni 2022 mendatang.

Gubernur Zul saat menerima Hafiz Wakil Indonesia

“Kita sering didatangi oleh masyarakat NTB. Kebetulan Hafiz kita ini mewakili Provinsi NTB sekaligus mewakili Indonesia untuk mengikuti MTQ Internasional di Washington DC, Amerika Serikat,” kata Bang Zul sapaan akrab Gubernur NTB.

Sebagai bentuk dukungan, Gubernur Zul ingin agar orang tuanya yang juga sekaligus menjadi pelatih ikut mendampingi.

BACA JUGA: Kabar Baik, UNW Mataram Mulai Buka Dua Prodi Baru

Dengan didampingi orang tua, bisa fokus konsentrasi dengan tenang dan melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi kompetisi dengan baik.

“Dengan kehadiran orangtua apalagi ini sebagai pelatihnya langsung bahkan sekaligus sebagai pimpinan Pondok Pesantren, akan membuat Hafidz kita ini lebih nyaman dan bisa berkonsentrasi penuh. Dengan demikian akan mampu membawa bangsa menjadi lebih mantap,” kata Bang Zul memberikan semangat.

Selain mendampingi atau melatih, tugas orang tuanya juga bisa melihat negara lain terkait kebersihan, kedisiplinan, bagaimana bebas berekspresi dengan penuh tanggung jawab sambil belajar.

“Dengan belajar dari negara maju itu nanti bisa diceritakan ke para santri-santri disini bahwa jangan takut  secara psikologis untuk datang ke barat, dan ternyata orang Islam itu banyak. Jangan dengan model mental kita menjadi sesuatu yang harus dihindari,” ujarnya.

Dengan pendampingan oleh orangtua akan diperoleh sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. 

Dan dengan melihat hal-hal yang baru bisa diceritakan ke para santri-santri. 

“Sehingga ke depan untuk mewakili Indonesia bukanlah satu orang tetapi mungkin puluhan, ratusan bahkan ribuan santri di NTB bisa melihat negara maju di masa yang akan dating,” tukasnya.

Sementara itu, Lalu Muhammad Khairurrazaq Al Hafizh mengaku, dalam menghadapi Musabaqoh di Amerika dirinya melakukan berbagai persiapan-persiapan dengan memperbanyak hafalan dan lain sebagainya.

BACA JUGA: Gubernur Apresiasi Perawat yang Ikut Sukseskan MotoGP

“Dengan dukungan Pak Gubernur insyaallah akan memberangkatkan ibu dan bapak, tentu ini menjadi semangat serta makin memperkuat mental berkompetisi. Bukan hanya doa dari rumah melainkan langsung didampingi,” ujarnya.

Selain itu, ia berpesan kepada teman-teman yang menghafal Al-Qur’an baik yang sedang belajar Al-Qur’an maupun bagi remaja NTB untuk tetap semangat. 

Apalagi Hafizh Al-Qur’an saat ini tengah membumi. Sehingga ini menjadi kesempatan dan memacu semangat untuk mensyiarkan Al-Quran.

“Apapun yang diminati, pekerjaan apa pun baik hobi dan pelajaran apapun akan lebih baiknya jangan lupakan agama dan Al-Qur’an,” pesan Hafiz yang pernah menjuarai berbagai event nasional dan internasional ini. ***

 




Dr. H.MS. Udin, MA; Makna Kalah Bagi Yang Berilmu

Ini kisah perjuangan Dr. H. MS. Udin, MA, yang mampu memberi makna kalah menjadi energi kreatif. Ia membangun pondok pesantren dengan dukungan warga desa, mendidik dan menghidupi anak yatim piatu penuh keikhlasan. Naniek I Taufan mengkisahkan ketekunan dan keikhlasan Tuan Guru Udin

MATARAM.lombokjournal.com ~ Kalah dalam sebuah konstestasi politik bukanlah akhir dari segalanya, apalagi sampai terpuruk hingga mengakibatkan kondisi stress. 

Bagi mereka yang berilmu, kalah bisa menjadi energi yang positif. 

Hal inilah yang pernah terjadi pada DR. H.MS. Udin, MA., atau yang dikenal dengan Tuan Guru Udin.

Pernah ia mengalami kekalahan saat mengikuti Pemilihan Kepala Desa Gapuk, Kecamatan Gerung, Lombok Barat tahun 1983. Terpikir oleh Tuan Guru Udin, pimpinan Pondok Pesantren Ishlaah Al Ummah, Batu Mulik, Desa Gapuk, Gerung untuk membangun Pondok Pesantren bagi anak yatim dan anak-anak kurang mampu. 

Kisahnya bermula, ketika itu ia masih mengemban tugas sebagai Guru SDN 4 Mataram, Tuan Guru Udin ikut Pilkades dan kalah. Pendukungnya sempat kecewa. 

Meskipun kalah, namun pendukungnya di kampung itu terbilang cukup banyak. Ia pun berfikir apa yang bisa dilakukan bersama para pendukungnya, agar kekecewaan pendukungnya tidak berlanjut. 

Setidaknya sesuatu yang bermanfaat harus dilakukan. Akhirnya energi pendukungnya diarahkan untuk membangun Madrasah yang kelak kemudian menjadi Pondok Pesantren bagi anak yatim dan anak tidak mampu. 

bisa memberi makna kalah bagu yang berilmu
Tuan Guru Udin

Bagi Tuan Guru Udin, kalah dalam pilkades justru memberikan keberkahan, bisa memelihara anak yatim dan anak tidak mampu. Tuan Guru Udin mengajarkan untuk menyikapi kekalahan dengan ilmu, sehingga kalah bisa menjadi terhormat. 

Dua tahun kemudian, 1985, madrasah ini terbentuk dengan menerima tiga kelas pertama Tsanawiyah dengan sementara menumpang ruang belajar di SDN 2 Gapuk yang tidak jauh dari rumahnya. 

BACA JUGA: Tadarus Bersama PKK NTB di Pendopo Gubernur

Pada perkembangan selanjutnya warga pun, tidak hanya pendukungnya dalam Pilkades, melainkan hampir seluruh warga desa bergotong royong untuk mewujudkan gedung Pondok Pesantren di kampung ini. Hingga akhirnya sekolah ini memiliki tanah dan gedung. 

Sejak awal pondok ini didirikan, Tuan Guru Udin yang dua kali mengikuti pendidikan S3 Sospol bidang Administrasi Publik di Untag Surabaya dan UIN Malik Ibrahim Malang bidang Manajemen Pendidikan Islam ini, memang sudah mengkhususkannya untuk anak-anak yatim dan anak kurang mampu. 

Karena itu, saat sudah memiliki tanah dan mampu membangun gedung Ponpes yang dihasilkan sebagian besarnya dari urunan para pendukungnya itu, pondok ini didirikan. Karena pembangunan pondok dananya berasal dari urunan warga sekitar, maka diwacanakan, para santri dan santriwati direkrut dari warga sekitar dan seluruh keturunan pecahan atau warga desa ini yang setidaknya sudah membangun 18 masjid di tempat-tempat tinggal mereka yang baru. 

Pondok ini mencari santri santriwatinya dari warga kampungnya yang sudah tinggal menyebar di desa lain seperti, Ketirik, Jembatan Kembar, Dasan Belo, Penimbung, Batu Timpang, Batu Samban, Lendang Jahe,  Sempolok, Keselet, Sedengat, Jelateng Timur, Jelateng Barat, Kelape, Sayung, Pekemik, Pendem, Dasan Baru, Setenggar, Mpol, Pemegatan, Timbal Kelep, Lemer, Sepi, Belongas, Sauh, Seledong, di mana warga pecahan ini sudah mendirikan masjid sendiri-sendiri. 

Anak cucu mereka inilah yang menjadi santri dan santriwati Pondok Pesantren Ishlaah Al Ummah saat ini.

Pelan tapi pasti, ponpes ini berkembang. Namun jangan berfikir bangunan pondok yang mewah seperti ponpes-ponpes lainnya. Sebab pondok ini membiayai penuh 400-an santri santriwatinya yang belajar secara gratis. 

Bahkan 115 santri santriwati yang tinggal di asrama pondok ini, selain belajar gratis juga biaya hidupnya selama di pondok juga gratis. 

Tidak mudah bagi Tuan Guru Udin yang lahir dari orang tua petani ini untuk membiayai anak-anak yatim dan anak-anak kurang mampu belajar dan hidup di pondok secara gratis. 

Keihlasannya untuk mengurus dan merawat mereka membuat dosen Universitas Islam Negeri Mataram ini harus putar otak mendapatkan biaya bagi mereka. 

Selain biaya itu datang dari kantong pribadinya, ia bersyukur selama ini selalu saja ada bantuan yang datang, yang membuat kehidupan para santri santriwati serta proses belajar mengajar berjalan dengan baik. 

Memang, makan dan minum mereka secukupnya, tidak ada yang berlebihan apalagi mewah. Tidak mudah memang membayangkan menghidupi 400 anak khususnya yang 115 penghuni asrama pondok. Pernah dan sering terjadi, pondok kehabisan beras dan makanan untuk santri santriwati bahkan pernah seminggu tak ada persediaan. 

mampu memberi makna kalah menjadi energi positif

Tuan Guru Udin pun mengais persediaan keluarganya untuk bisa memberi makan anak-anak asrama. Sejauh ini ia bersyukur sebab ada saja yang membantu di saat sulit, termasuk selama ini warga sekitar juga kerap menyumbang untuk biaya makan anak-anak pondok. 

Dana-dana dari donatur lebih banyak habis untuk biaya hidup para santri santriwati, sehingga tidak terpikirkan lebih jauh tentang bangunan gedung pondok maupun asrama yang lebih representatif. 

BACA JUGA: Sate Tanjung, Cita Rasa Kuliner Khas Lombok Utara

Saat ini, selain gedung dengan 12 ruang belajar, ada dua asrama santri dan santriwati. Asrama ini bukan asrama yang ditempati satu kamar 2 santri melainkan mereka tidur beramai-ramai. 

Para santri malah lebih sering tidur di masjid yang dibangun dari wakaf bangunan yang diberikan donatur dari Saudi Arabia beberapa tahun lalu. 

Tuan Guru Udin yang alumni LEMHANNAS tahun 2017 ini mengaku tak sampai hati menarik uang SPP, Pembangunan dan lain-lain sebab ia tahu persis kondisi anak-anak yang belajar di pondok ini. 

Seluruhnya anak tak mampu yang rata-rata yatim dengan keadaan yang menyedihkan. Tiap ajaran baru tiba, ia dan tim perekrut santri santriwati selalu turun bertemu para Kepala Dusun untuk mencari anak-anak yatim dan tidak mampu untuk belajar di pondok ini secara gratis. 

“Saya harus menyelamatkan anak-anak ini,” ujarnya. 

Kini ponpes ini telah memiliki PAUD hingga Aliyah yang berjalan dalam kesederhanaan. Pondok ini dijalankan oleh mantan Asisten 1 bidang Pemerintahan dan Kesra Pemkab Lombok Barat tersebut,  berpegang benar-benar pada kehendak Allah SWT. 

Sebab ia tidak memiliki dana yang besar apalagi tabungan yang pasti untuk membiayai 400 santri santriwati yang belajar gratis termasuk di dalamnya 115 yang tinggal di ponpes. 

saat ini makna kalah itu menjadi perkembangan

Kesabaran dan keikhlasan Tuan Guru Udin dan pengurus pondok lainnya serta yang utama adalah kehendak Sang Penciptalah yang membuat pondok ini, berjalan hingga 36 tahun. Kini, alumni pondok ini telah banyak menjadi orang yang berhasil dengan berbagai profesi. Itulah kebanggaan terbesar bagi Tuan Guru Udin yang baru-baru ini gelah mengikuti akselerasi Guru Besar UIN Surabaya ini, melihat mereka keluar dari kesulitan dan mampu membangun hidup yang lebih baik.***

 

 




Jokowi, Eksekutor Mandalika yang Sedikit Bicara

Mencetuskan mimpi berupa ide, gagasan dan cita-cita, itu pekerjaan yang mudah dan murah. Tetapi bagi Presiden Jokowi, bagaimana ‘mengeksekusinya’, mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan, ini butuh komitmen, konsistensi, kerja keras, dan tak kalah pentingnya adalah kemauan serta itikad membangun masa depan lebih baik. Naniek I Taufan menjelaskan tentang perkembangan pembangunan KEK Mandalika

MATARAM.lombokjournal.com ~ Itulah Mandalika yang mendunia hari ini. Butuh kesabaran dan kesungguhan, dan waktu puluhan tahun menjadikan Mandalika merekah bagai gadis cantik ranum yang mengundang perhatian. Bikin iri memang. 

Pengembangan kawasan Mandalika menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pariwisata premium, sesungguhnya sudah direncanakan sejak tahun 1980-an yang dicetuskan pertama kali oleh Joop Ave (Dirjen Pariwisata Kementerian Pariwisata RI 1982) saat itu. 

Ia berniat membuat ‘Bali baru’, dan pilihannya adalah Lombok. Masuk akal, sebab Lombok memiliki keindahan tak kalah dengan Bali. Namun rencana itu tidak semulus dalam angan-angani. Berbagai tantangan menyertainya. Terjadi tarik ulur, tersendat-sendat, naik turun, bahkan sempat lesu.

Rencana menjadikan Mandalika sebagai ‘Bali baru’ itu membuat investasi hotel sekelas Novotel mulai dibangun di tahun 1997. Tapi bersamaan dengan itu, krisis ekonomi melanda. Cita-cita KEK Mandalika pun pupus.

BACA JUGA: Gubernur NTB Bawa Air Narmada dan Tanah Tambora untuk Jokowi

Jokowi dimonumentalkan
Patung ‘Speed’ Jokowi

Hingga akhirnya, selama 25 tahun, hanya Novotel-lah yang menjadi satu-satunya brand hotel Internasional yang berdiri di sana. Dan menjadi andalan pendapatan asli daerah Lombok Tengah saat itu.

Kawasan Mandalika yang berada di bagian Selatan Pulau Lombok ini sempat kurang diperhatikan, sebab konsentrasi pembangunan pariwisata saat itu ada di bagian Utara yakni kawasan Senggigi yang sudah terlebih dahulu mendunia. 

Sampai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, KEK Mandalika kembali menjadi perhatian. Ide menyulap kawasan Mandalika itu menjadi wacana yang hangat dibicarakan, bersamaan dengan Lombok yang pariwisatanya mulai maju. 

Ditambah lagi pembangunan bandara internasional yang berada di tengah-tengah Pulau Lombok, yang sangat dekat dengan Mandalika. Bandara Internasional Lombok (BIL), membuka pergerakan pembangunan pariwisata wilayah Lombok bagian selatan. 

Visi Pariwisata Jokowi jelas arahnya

Groundbreaking kawasan KEK Mandalika pun dilakukan pada tahun 2019. Rajutan mimpi itu tersambung kembali. Tetapi tidak banyak kemajuan pembangunan di Mandalika. Novotel pun masih tetap kesepian tanpa kawan dan menjadi satu-satunya hotel berkelas yang ada di Mandalika. 

Sampai akhirnya eksekutor itu datang dengan visi pariwisata yang jelas, KEK Mandalika pun dilanjutkan. Di Era Presiden Joko Widodo, Mandalika pun mekar merekah, sumringah dan berbunga-bunga. 

Meski dalam dua kali Pilpres tahun 2014 dan 2019 Jokowi kalah telak di NTB, ia tidak peduli. Jokowi yang pintar dan berani itu, tetap mencurahkan segala perhatiannya bertubi-tubi ke Bumi Gora, salah satunya dengan mengeksekusi ide pendahulunya, wujud nyata KEK Mandalika.

BACA JUGA: Patung ‘Speed’ Jokowi akan Menjadi Spot Foto Favorit

Ia mempunyai target yang jelas, Kementerian Pariwisata RI mendorong kunjungan turis mancanegara ke Indonesia menjadi 2 kali lipat dari sebelumnya. Kunjungan wisatawan ke Indonesia yang sebelumnya sejumlah 10 juta wisatawan di tahun 2014, menjadi 20 juta di tahun 2014-2019.

Salah satu pilihan, Mandalika menjadi target Presiden Jokowi untuk melipatgandakan kunjungan wisatawan.

Jokowi diabadikan
Gubernur Zulkiefimansyah dengan latar belakang patung Jokowi

Sebab target jumlah Wisman 20 juta itu tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan Bali. Wisman harus punya tujuan destinasi  internasional lainnya. Dan salah satunya Lombok. Mandalika Lombok  masuk dalam program 10 destinasi unggulan, 5 destinasi super unggulan, selain fokus lainnya yakni Danau Toba, di Sumatera Utara, Candi Borobudur di Yogyakarta, Labuan Bajo dengan Pulau Komodo-nya di NTT, Cikupang Sulawesi Utara dan Mandalika Lombok.

Dari sinilah akhirnya mimpi itu benar-benar terwujud. Negara bukan hanya membangun kawasan pariwisata, melainkan lengkap dengan infrastrukturnya.  Jalan baru yang lebar yang langsung menghubungkan Bandara Internasional Lombok dengan kawasan Mandalika, pun memperpendek waktu tempuh yang tadinya 45 menit, sekarang tinggal 10-15 menit saja. 

NOVOTEL yang tadinya ‘kesepian’, kini tak sendiri lagi. Pullman Hotel bintang 5, menanam investasi sekitar Rp 700 Miliar dengan 10 ribu kamar hotel, berdiri di Kawasan Mandalika. Selain itu komitmen yang akan masuk ke Mandalika ditaksir senilai Rp 17 T yang akan datang mancanegara termasuk Timur Tengah, Qatar dan UEA. 

Mandalika ke depan pasti akan ramai. Apalagi, di dekat Mandalika ini, dermaga Gili Mas sudah selesai dibangun. Dermaga yang mampu disandari kapal-kapal pesiar raksasa yang membawa turis-turis asing. 

Sebagai bagian dari Nusa Tenggara Barat, Lombok memang disayang dan jadi ‘anak emas’ Jokowi. Buktinya, dalam banyak hal ia memberi perhatian yang besar untuk daerah ini. Selain itu, NTB termasuk dalam daerah yang paling banyak dikunjungi Presiden RI ke 7 itu.

 Lalu, dari banyak daerah lain di nusantara yang notabene bisa dikatakan jauh lebih siap, Negara justru memilih kawasan Mandalika (dengan segala permasalahan yang sempat mengemuka) sebagai tempat dibangunnya Sirkuit MotoGP yang disebut-sebut sebagai yang terbaik dan terindah di dunia. 

Dengan nama resmi Pertamina Mandalika International Street Circuit, yang lokasinya berada di Desa Kuta Kecamatan Pujut Lombok Tengah ini telah dijajal pertama kali oleh para pebalap Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) dan World Superbike (WSBK) pada bulan November 2021 lalu. Dan pada 18-20 Maret 2022 mendatang, balap motor bergengsi akan menghadirkan pebalap-pebalap dunia dalam MotoGP Mandalika 2022 telah siap digelar. 

Kecantikan Lombok tereksplor

Dengan adanya sirkuit Mandalika, meski sudah lama dikenal, namun baru kini kecantikan Lombok tereksplor habis-habisan. Bagaimana tidak, pada sesi tes pramusim MotoGP 2022, 11-13 Februari 2022, para pebalap dunia itu sudah langsung menyebar foto-foto keseharian mereka selama berada di Lombok.

Adalah Marc Marquez yang fotonya pertama kali menghebohkan dunia maya. Begitu tiba di Bandara Internasional Lombok, pebalap asal Spanyol ini langsung melakukan selfie di depan landmark bertuliskan Lombok dengan warna merah menyala. The Baby Alien membagikan foto selfienya itu di depan landmark bertuliskan Lombok. “ID #lombok #indonesia,” tulis pembalap berusia 28 tahun ini.

Tampaknya ia jatuh hati pada keindahan Lombok yang ia unggah di instagram pribadinya yang memperlihatkan foto dirinya yang sedang menikmati pesona Pulau Lombok. 

“(Saya) Jatuh cinta dengan tempat ini,” tulis Marc Marquez dalam unggahan akun Instagram pribadinya, @marcmarquez93, Rabu (09/02/22). 

Tidak hanya Marquez yang menyebar foto-foto yang memperlihatkan keindahan Lombok, melainkan para pebalap MotoGP lainnya. Alex Rins, Jorge Martin, Fabio di Giannantonio, Johann Zarco dan Aleix Espargaro adalah beberapa pembalap yang sempat mencoba minum kelapa muda yang biasa disebut kenyamen atau komboq. 

Ada pula pembalap tim Ducati, Francesco Bagnaia yang asik bermain voli pantai bersama kru tim. Yang tidak kalah hebatnya adalah pebalap Espargaro yang membeli kartu ponsel di kios pulsa milik warga sekitar Mandalika yang kemudian diikuti oleh Fabio Quartararo. 

Tidak itu saja, ragam momen kocak yang mereka alami, seperti ketika Espargaro melihat ibu-ibu berboncengan dengan empat anaknya hingga Bastianini yang dibantu petugas hotel mengusir kelelawar yang masuk ke kamarnya. Dan semua ini terekspos di media massa.

Para pebalap MotoGP datang bukan semata untuk tes motor mereka, melainkan mereka mengekspos berbagai pemandangan indah Lombok di medsos masing-masing. Mereka semua memposting Lombok yang apa adanya. Postingan pantai Mandalika yang indah dengan segala kejadian di sekitarnya. Mereka menjadi buzzer gratis bagi Indonesia yang mempromosikan Mandalika, Lombok dengan segala apa adanya. 

Mereka ini punya fans di seluruh dunia. Semua orang jadi tahu keindahan Lombok yang sesungguhnya dengan segala kearifan lokalnya. Seperti ada penonton yang pulang jumatan dan masih memakai sarung, menonton balapan dari balik pagar pembatas sirkuit, ada pula warga yang menonton dari atas perbukitan sekitar sirkuit Mandalika. 

Ya tidak apa-apa. Itu unik dan memang inilah Lombok Indonesia, tempat di mana sirkuit bergengsi itu dibangun dengan begitu prestisiusnya. Begitu pula dengan ibu-ibu yang naik motor berboncengan dengan empat anaknya yang kemudian dipraktekkan oleh para pembalap MotoGP. 

Itu momen langka, tidak hanya bagi Lombok melainkan bagi Indonesia. 

Semua momentum baik itu adalah promosi gratis bagi Lombok. Kenapa mereka mau? Padahal mereka bisa minta bayar untuk itu. Tampaknya keindahan dan keunikan serta naturalnya Lombok membuat mereka pun secara spontan memposting berbagai aktivitasnya, 

Indahnya pantai Mandalika memukau mereka, dan secara spontan mengabarkan pada dunia bahwa mereka ada di tempat yang indah. Tempat yang membuat mereka melupakan urusan bisnis promosi. Tempat itu adalah Lombok.

BACA JUGA: Gubernur NTB Banyak Ditanya tentang MotoGP di Kaltim

Mencermati bagaimana Negara menghadirkan Sirkuit Internasional itu di Lombok, tampaknya penting melihat strategi tersembunyi yang cerdas dari seorang Presiden Jokowi yang hingga kini tak banyak bicara.

 Mengapa ia memilih Lombok sebagai tempat dibangunnya sirkuit bergengsi itu? Kalau bicara soal keindahan pantai, bukan hanya Lombok yang indah melainkan masih banyak tempat di Indonesia ini yang pantainya juga indah. Kenapa harus membangunnya di Lombok?

Ini kebetulan atau tidak, masyarakat dunia akhirnya jadi tahu bahwa Indonesia punya sirkuit baru dengan nama Mandalika, dan itu ada di Lombok. Lombok yang bersebelahan dengan Bali. Ini membuat orang percaya diri datang ke Lombok karena sudah tahu Bali. Tinggal menyeberang selat Lombok saja. Brilian. 

Bayangkan, hari ini kita semua, media-media, masyarakat, netizen dan lainnya membicarakan tentang Lombok, MotoGP Mandalika, sirkuit hingga pebalapnya dengan begitu hangat. Di tengah riuhnya pembicaraan pada sirkuit ini, Jokowi yang membangun sirkuit malah tak banyak mengumbar bicara. 

Ia lebih senang menonton dan tak banyak bicara. Setelah semua tercapai, ia diam tak berkomentar hanya melihat dari belakang. Ia membiarkan masyarakat memuji, mengevaluasi dan bicara apa saja tentang Mandalika. 

Tidak perlu turun tangan untuk promosi lagi, karena para raiders top dunia itu semua sudah spontan mempromosikan Mandalika. Bagi Jokowi itu sudah cukup, tampaknya tidak perlu ikut lagi campur, cukup mereka. Strategi marketing yang tahu betul kapan ia harus muncul dan menikmati karya itu. 

Namun sebelum para pebalap dunia itu mempromosikan Mandalika secara spontan, dengan motor customnya, Jokowi sudah terlebih dahulu turun langsung pada momen pertama kali Sirkuit Mandalika digunakan menjelang ajang World Superbike (WSBK) pada 19-21 November 2021 lalu. 

Presiden Jokowi menjajal sirkuit Mandalika yang jadi ajang WSBK
Presiden Jokowi

Ia menjajal sendiri sirkuit ini sebelum resmi digunakan sebagai ajang balapan. Otomatis publikasi sirkuit kebanggan ini tak terbendung lagi. Semua media bahkan media internasional memberitahukan bahwa Indonesia punya sirkuit baru, Mandalika. 

Tetapi diamnya Jokowi hanya pada tak banyak bicara. Ia terus bekerja. Sebelum gelaran pramusim MotoGP lalu, ia kembali turun ke desa-desa sekitar Mandalika untuk meninjau homestay-homestay di  sana yang penataannya dibantu oleh Pemerintah Pusat. Warga diberi dana dan dibangunkan tempat yang layak sebagai tempat penginapan. 

Dan konon, penginapan-penginapan ini sudah full booking untuk gelaran MotoGp 2022 yang akan berlangsung 18-20 Maret 2022. 

Antusiasme menonton balapan MotoGP kelihatannya tinggi. Para penonton MotoGP yang sudah membeli tiket, tentu tidak hanya memikirkan tiket saja melainkan juga berpikir tentang hotel/penginapannya. Kalau sudah penuh lalu nginap di mana? S

Sebab penerbangan khususnya rute Jakarta Lombok misalnya, hanya sampai jam 3 sore. Ia membuat para penonton dipaksa menginap di Lombok. Tidak bisa berangkat pagi pulang malam, sebab gelaran MotoGP terjadwal hingga sore hari. 

Bukan hanya hotel dan penginapan sekitar Mandalika yang penuh, penonton MotoGP yang diprediksi mencapai  60.000 orang itu juga menginap di kawasan wisata Senggigi Lombok Barat dan di tiga gili Lombok Utara, Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Tidak ketinggalan juga di Mataram dan sekitarnya bahkan disiapkan pula penginapan hingga ke Sembalun. 

Mereka ini, kelak akhirnya akan cerita tentang keindahan Lombok dan pengalaman baru menginap di Lombok. Bahwa ada pulau indah lainnya lain selain Bali, itulah Lombok. 

Orang makin mengenal seluk beluk Lombok dan akhirnya terbiasa datang ke pulau ini. Mengenal keindahannya, mengetahui hotel dan penginapannya, tempat kuliner dan objek-objek wisata lainnya. Ini berarti Lombok akan semakin melejit dengan segala kearifan lokalnya. 

“Memaksa” menginap di Lombok tentu akan semakin banyak uang yang ‘dibuang’ ke Lombok. Sirkuit Mandalika dan MotoGP, tampaknya sudah didesain untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi secara merata di nusantara. 

Jadi ke depan, tidak hanya Jakarta dan kota-kota besarnya dengan geliat ekonomi yang luar biasa, tidak hanya Bali yang ekonominya menggelora dari pariwisata, melainkan Lombok (NTB) juga pantas berkembang yang dimulai dari gong besar kawasan KEK Mandalika dengan Sirkuit Internasional-nya. 

Kini, Sirkuit Internasional Mandalika sudah semakin siap dan meriah dengan pemasangan patung Jokowi. Ini akan menjadi salah satu momentum paling fenomenal.

Patung Jokowi naik motor yang dibuat oleh seniman kesohor Nyoman Nuartha – yang juga mengerjakan monumen-monumen raksasa di Bali – itu mejeng di pintu masuk sirkuit Mandalika yang dibangun dengan dana APBN dari uang rakyat yang diwujudkan oleh Jokowi. 

Kelak sirkuit ini akan dikenang sebagai karya dari seorang pemimpin yang berani, sang eksekutor yang memilih diam di tengah gegap gempita puja puji sirkuit yang mendunia itu. ***

 




Basri, Kakek yang Pantang Menyerah Meraih Sarjana

Kerut di wajah Basri tak membuat semangatnya pudar. Gairahnya tetap menyala ketika harus memacu sepeda motornya setiap hari menelusuri jalanan hutan Pusuk yang berkelok-kelok.
lombokjournal.com ~ Tidak kurang dari 40 kilometer harus ditempuhnya demi menuntut ilmu. Bolak balik Tanjung Lombok Utara menuju Kampus Universitas Muhammadiyah Mataram, tidak membuat Basri, kakek berusia 61 tahun menyerah.
Sejak tahun 2015 ia menjalani masa kuliahnya di Fakultas Agama Islam jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dengan segala keterbatasannya. Dan di tahun 2020 lalu, ia lulus sebagai Sarjana tertua di kampus itu dengan predikat Mahasiswa Inspiratif Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) tahun 2019/2020.
Menarik mengulik semangat kakek yang tak kenal putus asa ini. Meskipun menjadi mahasiswa tertua di kampus itu, Basri yang lulus PGA tahun 1978, senantiasa berusaha keras mengikuti perkembangan dan menyesuaikan dirinya dengan rekan-rekan kampusnya yang nota bene masih muda.
Ia tak sedikit pun malu duduk bersama dengan mahasiswa lainnya bahkan dosen yang usianya jauh lebih muda dari dirinya. Memutuskan kuliah di usia senja tersebut baginya sederhana saja, agar ia bisa lancar berbahasa arab dan harapannya kelak ia bisa menjadi seorang pendakwah.

BACA JUGA: Wagub NTB Tinjau Sekolah di Bayan, Lombok Utara

Basri menyatakan ingin bisa berbahasa Arabb
Basri saat diwawancara Naniek I Taufan

“Saya ingin sekali bisa berbahasa Arab dan ingin berdakwah,” ungkap Basri.
Ketika pertama kali mendaftar di kampus Universitas Muhammadiyah Mataram, Basri mengaku tidak minder. Ia santai saja berbaur dengan para mahasiswa baru yang seusia dengan anaknya atau bahkan usia cucunya.
Begitu juga ketika ia pertama kali masuk kelas dan menjalani kuliah untuk pertama kali, ia duduk bersama anak-anak muda meski ia mengaku awalnya tak punya bayangan tentang kuliah itu seperti apa.
Baginya, ia hanya ingin menuntut ilmu agama, tidak peduli bagaimana kesulitan-kesulitan yang akan ia hadapi saat menjalani kuliah itu hingga ia menjadi sarjana.
Ia berusaha keras menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus dengan cara alami saja. Basri bahkan mengaku tak terpikir tentang bagaimana menyesuaikan diri, ia beradaptasi dengan cepat.
Basri beruntung karena kawan-kawan kuliahnya menerima dengan sangat baik keberadaannya, menganggapknya sebagai rekan kuliah tanpa melihat usianya yang sudah sepuh. Mereka juga bersedia membantunya dalam banyak hal. Penuh semangat dan rajin kuliah, itulah ciri khasnya.
Di mata Yusron Hadi, ST., M.Pd., dosen pengajar yang juga pembimbing skripsinya, Basri adalah mahasiswa yang rajin dan bersungguh-sungguh dalam menempuh perkuliahan.
Jarak yang jauh – ia tinggal di Tanjung, Lombok Utara – yang harus ditempuhnya untuk bisa mengikuti kuliah di Mataram, membuatnya beberapa kali tertidur di kelas karena kelelahan. Dan ini dimaklumi oleh dosen dan juga rekan-rekan sesama mahasiswanya.
“Saya sering menemukannya tertidur di kelas karena kelelahan, namun kami memaklumi itu, sebab semangat kuliah Pak Basri sangat luar biasa. Ini yang harus menjadi contoh bagi kita semua,” ungkap Yusron Hadi.
Jarak yang jauh dan keterbatasan biaya untuk perjalanan menuju kampus, tidak membuat semangatnya lemah. Agar tidak absen kuliah, ia sering menginap di masjid-masjid yang ada di Mataram jika memang kuliahnya padat.
Ia tidak ingin melewatkan waktu sia-sia untuk beroleh ilmu. Kisah menginap di masjid juga bukan hanya karena padatnya jadwal kuliah melainkan ia sering tak memiliki uang untuk membeli bensin motor.
Meski ia mendapatkan keringanan dengan kuliah gratis di kampus UMMAT, Basri yang hanya seorang tukang (apa saja dikerjakanannya secara serabutan) ini harus mengeluarkan biaya untuk operasional lainnya. Ia membiayai sendiri semua itu dari hasil yang tidak seberapa sebagai tukang dan penjual bibit buah-buahan.
Basri terbilang gigih. Ia tak malu untuk bertanya pada rekan-rekannya termasuk kepada dosen jika ada yang tidak diketahuinya. Di dalam kelas, ia mahasiswa yang sangat aktif.
Nyaris tidak ada momen kuliah tanpa ia bertanya ketika dosen membuka sesi mahasiswa bertanya. Ia sangat ingin mengetahui hal-hal detil dari ilmu yang baru saja dipelajarinya.

BACA JUGA: Festival Bedawe Rinjani, Wagub Berharap Disiapkan Pendakian Kelas Dunia

“Pak Basri sosok yang sangat gigih dan tidak pernah malu untuk bertanya, baik kepada rekan-rekannya maupun kami sebagai dosen. Aktif bertanya jika ia tak pahami sesuatu,” kata Yusron.
Marbot masjid yang menjadi Ketua Forum Silaturrahmi Marbot Masjid se-Lombok Utara ini, merupakan tipe yang pantang menyerah. Meski tertinggal terutama dalam hal teknologi operasional komputer, ia beruntung memiliki banyak kawan yang bisa membantunya sehingga ia bisa menulis skripsi dengan judul “Peran Forum Silaturahmi Marbot Masjid Dalam Meningkatkan Suasana Ibadah” dan ia mampu menyelesaikannya hingga lulus ujian.
Kisah di balik perjuangannya menulis skripsi ini juga tidak mudah. Bukan hanya persoalan mengoperasionalkan komputer dan mencari materi serta konsultasi dengan dosen pembimbing, melainkan sebuah peristiwa kecelakaan pernah hampir membuatnya gagal menyelesaikan skripsinya.
Ia mengalami kecelakaan sepeda motor saat getol-getolnya menyusun skripsi. Tidak kurang dari enam hari, Basri tak sadarkan diri di rumah sakit akibat kecelakaan itu. Hal itu bahkan membuat Basri sempat kehilangan sebagian memorinya.
Ia banyak tidak mengingat apa isi skripsinya begitu juga dengan dosen-dosennya. Namun, bekal semangat pantang menyerah yang dimilikinya membuat Basri terus maju untuk menyelesaikan skripsi tersebut. Kehilangan ingatan ini membuat dosen pembimbingnya sempat kesulitan melanjutkan bimbingan skripsinya.
Akan tetapi, sekali lagi ia beruntung mendapatkan dosen pembimbing yang memahami kondisinya itu dan ingin melihat Basri bisa berdiri di podium wisuda sarjana.
“Membimbing skripsi Pak Basri setelah kecelakaan itu sangat tidak mudah, sebab Pak Basri banyak lupa dan tidak ingat pula dengan dosen-dosennya. Tapi ia tetap tak menyerah, kegigihannya mengalahkan tantangan yang dihadapi. Ini pelajaran penting untuk kita dari Pak Basri,” kata Yusron yang mengagumi kegigihan mahasiswanya itu.

Basri tak mengenal oantang menyerah untuk meraih Sarjana
Basri, S.Sos

Dan pada akhir Maret 2020 lalu, Basri benar-benar membuktikan dirinya sebagai ciptaan Allah SWT yang terlahir tanpa menyia-siakan waktu, ia sukses mengikuti prosesi wisuda sebagai wisudawan tertua Universitas Muhammadiyah Mataram.
Bagi Basri, S. Sos., Demi Masa, waktu tidaklah boleh dibuang percuma sebab itulah hal yang paling berharga dalam hidupnya. Ia pantang menyerah sebelum Sarjana. ***




Tuan Guru Bagu di RSUP, Kapolda NTB Langsung Berkunjung

Kapolda NTB Irjen Pol. Drs. Djoko Poerwanto menjenguk Tuan Guru Bagu yang terbaring sakit di RSUP sebagai kecintaan pada ulama

MATARAM.lombokjournal.com ~  Mendapat info kalau ulama sepuh Pulau Lombok TGH. Lalu Turmudzi Badruddin atau Tuan Guru Bagu sedang mendapat perawatan di RSUP NTB, Kapolda NTB Irjen Pol. Drs. Djoko Poerwanto, langsung menjenguk di RSUP, Selasa (04/01/22) siang,

Kujungan itu punya makna sendiri bagi Kapolda

Melalui siaran pers, Irjen Pol. Djoko kepada media menyampaikan, selain sebagai kewajiban sesama muslim, kunjungan tersebut juga sebagai teladan, ulama sebagai pewaris para Nabi, mutlak harus dihormati sebagai bentuk kecintaan.

“Walau saya baru beberapa hari tugas di NTB, tapi saya sudah banyak mendengar dan tahu siapa Tuan Guru Turmudzi Bagu. Beliau salah satu ulama sepuh NTB bahkan bangsa ini, yang arif dan bijaksana yang harus diteladani oleh kita semua,” ungkapnya dalam siaran pers melalui Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Artanto S.I.K., M.Si.

BACA JUGA: NTB Provinsi Toleran. Gubernur Menjamin Tolernsi Beragama

“Saya mengunjungi beliau ini sebagai bentuk ta’zim kepada ulama, karena umara’ dan ulama harus bergandengan tangan,” tandas Irjen Pol. Djoko.

Jenderal Polisi Bintang Dua itu mengatakan, sejatinya ulama sebagai tokoh agama (toga) sekaligus tokoh masyarakat (toma), harus mampu menjadi teladan bagi umat.

“Beliau, Tuan Guru Turmudzi Bagu sudah kita tahu bersama sebagai seorang tokoh, sudah memberi contoh baik dalam bersikap dan berstatemen atau bertutur kata, menyampaikan sesuatu dengan santun penuh kearifan sebagai panutan,” katanya.

Menurut Irjen Djoko, ini harus dicontoh bersama, sehingga NTB tetap menjadi daerah yang damai dan harmoni serta sejuk tanpa gejolak.

Diungkapkannya, Tuan Guru Bagu selama di bangsal perawatan, memberi petuah atau wejangan pada mantan Direktur Tipidkor Bareskrim Polri itu.

Khususnya, Tuan Guru Bagu memberikan motivasi untuk terus kuat memimpin Polda NTB agar NTB tetap kondusif.

“Kita do’akan Tuan Guru segera pulih,” kta Djoko

Sementara istri Tuan Guru Bagu Hj. Aisyah Idayatul Aini, M.Pd.I. ditemui usai kunjungan, menyampaikan apresiasi kepada Kapolda NTB yang peduli atas kesehatan Tuan Guru Bagu.

“Alhamdulillah wa syukrulillah, atas nama keluarga besar almukarram dan Yayasan Pondok Pesantren Qamarul Huda Bagu, mengucapkan banyak terima kasih kepada Polda NTB, khususnya Kapolda Bapak Irjen Djoko Poerwanto yang telah berkunjung, bersilaturrahmi dan mendo’akan untuk kesembuhan almukarram,” ujar Aisyah Turmudzi.

BACA JUGA:  Polusi Udara Juga Jadi Pemicu Seragan Jantung

Hj. Aisyah Turmudzi itu mengatakan, Tuan Guru Turmudzi mendoakan  agar Kapolda NTB beserta jajarannya, diberikan kekuatan dalam menjaga keamanan dan ketertiban NTB.

“Almukarram juga mendoakan Bapak Kapolda agar diberikan kekuatan, dalam mengamankan dan mengkondusifkan wilayah NTB, sehingga riak-riak gejloak yang muncul atau timbul, bisa diatasi dan dicarikan jalan keluar terbaik,” tuturnya.

Dalam kunjungan tersebut, Kapolda NTB yang didampingi Direktur Intelkam Kombes Pol. Sutrisno, S.I.K., Kabid Humas Kombes Pol. Artanto, S.I.K., M.Si., di pintu bangsal perawatan Pantai Senggigi disambut Direktur Utama RSUP NTB dr. Lalu Herman Mahaputra, dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) langsung menuju bangsal perawatan VVIP-01, tempt Tuan Guru Bagu dirawat.***