Dalang Wayang Sasak Legendaris, Lalu Nasib AR, Dibantu Kursi Roda Elektrik oleh Rachmat Hidayat

Dalang senior Wayang Sasak Lalu Nasib AR sudah empat tahun kesulitan berjalan, Rachmat Hidayat pun turun tangan beri bantuan kursi roda elektrik

MATARAM.LombokJournal.com ~ Dalang kondang wayang Sasak asal Gerung Lombok Barat, H. Lalu Nasib yang kini tak kuasa lagi berjalan sempurna, mendapat bantuan kursi roda dari Rachmat Hidayat. 

Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan H Rachmat Hidayat, akhir-akhir tampak konsisten menebar kebahagiaan dan membantu mereka yang menderita lumpuh dan mengalami mobilitas yang terbatas akibat penyakit di Pulau Lombok. 

BACA JUGA : Relawan Big Bro Dirikan Puluhan Posko Pemenangan Ganjar-Mahfud di NTB

Lalu Nasib memegang wayang disaksikan Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat dan Lalu Nasib

Bantuan politisi kharismatik asal Lombok Timur itu berupa kursi roda elektrik kini menyasar Lalu Nasib AR, Dalang Wayang Sasak, yang nyaris seluruh hidupnya diwakafkan menjaga nilai dan budaya seni pertunjukan Wayang Sasak.

Lalu Nasib kini berusia 82 tahun, tidak lagi leluasa bergerak akibat penyakit yang dideritanya. Mungkin salah satu penyebabnya, selama lima puluh tahun ia duduk bersila berjam-jam dalam saat mendalang, yang membuat lutut dan kakinya kini sulit digerakkan. 

Kini, mobilitas tokoh budaya Sasak kelahiran tahun 1941 itu sangat terbatas dan harus bergantung bantuan tongkat.

Rachmat Hidayat yang lama mengenal Lalu Nasib mengantar langsung bantuan kursi roda elektrik tersebut  ke rumah dalang legendaris itu, Minggu (04/02/24) siang. 

Ketua DPD PDI Perjuangan NTB itu mendatangi kediaman Lalu Nasib di Dusun Perigi, Desa Gerung Selatan, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, membesuk sekaligus menyerahkan bantuan kursi roda elektrik seharga Rp 30 juta. 

Bantuan itu berasal dari program aspirasi Rachmat Hidayat melalui Kementerian Sosial, salah satu mitra kerja Rachmat sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI.

BACA JUGA : Bunda Lale Ajak Awasi Bersama Makanan dan Obat Berbahaya

Saat datang ke rumah dalang kesohor itu, keluarga dan anak-anak cucu Lalu Nasib menyongsong kedatangan Rachmat Hidayat dan menyalaminya dengan takzim. 

Dengan tertatih-tatih, Lalu Nasib bangkit dari pembaringan dan berjalan menuju teras rumah untuk menyambut kedatangan Rachmat. Keduanya bersalaman dengan erat, lalu berbincang dengan penuh hangat.

”Bantuan kursi roda elektrik ini adalah bantuan kecil. Tak akan pernah sebanding dengan dedikasi dan pengabdian besar Kak Nasib untuk menjaga marwah seni dan budaya masyarakat Sasak,” ucap Rachmat.

Anggota DPR RI tiga periode tersebut, sebelumnya memang sama sekali tak memberi tahu kedatangannya kepada sahibulbait. Maka, jadilah silaturahmi itu menjadi sebuah kejutan yang menghadirkan kegembiraan luar biasa.

Tak butuh waktu lama. Informasi kehadiran Rachmat Hidayat di kediaman HL Nasib AR pun dengan cepat menyebar. 

Sejumlah tokoh di Desa Gerung Selatan pun turut merapat dan meriung yang membuat pertemuan dadakan selama lebih dari dua jam tersebut berlangsung gayeng dan banyak diwarnai gelak tawa.

Bagi Rachmat, Lalu Nasib AR, adalah figur penjaga marwah budaya Sasak yang hidupnya didedikasikan untuk menjaga pilar keberlanjutan identitas kolektif masyarakat Suku Sasak. Menjaga keaslian dan keunikan warisan budaya, terutama seni pertunjukan Wayang Sasak.

”Figur Lalu Nasib AR, bukan hanya pengawas nilai-nilai dan tradisi seni pertunjukan Wayang Sasak. Tetapi juga garda terdepan yang memastikan warisan budaya tersebut diteruskan dengan penuh kehormatan dan kepedulian kepada generasi penerus,” ucap Rachmat.

Rachmat dan Lalu Nasib AR, adalah kawan karib. Persahabatan keduanya sudah terjalin semenjak Rachmat masih menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas. 

Semua bermula, tatkala Lalu Nasib AR sedang menggelar pertunjukan Wayang Sasak di Desa Rumbuk, Lombok Timur, kampung halaman Rachmat Hidayat. 

Semenjak itu, persahabatan keduanya tak pernah putus. Musabab Lalu Nasib berusia lebih tua, Rachmat pun menyematkan panggilan ”Kakak” untuknya.

Sehari sebelum membesuk Lalu Nasib untuk membawakan bantuan kursi roda elektrik, dalang legendaris itu datang bersilaturahmi ke rumah Rachmat di Jalan Panji Masyarakat, Kota Mataram, yang didampingi mantan Anggota DPRD Lombok Barat, Lalu Sahdan Bahdiaktar.

Dari pertemuan itulah, Rachmat mengetahui persis kondisi sahabat karibnya tersebut. Dalam beberapa tahun belakangan, komunikasi intens keduanya memang lebih banyak hanya melalui sambungan telepon dan aplikasi perpesanan. 

Frekuensi pertemuan fisik menjadi berkurang, terutama setelah pandemi Covid-19 merebak.

BACA JUGA : Selewengkan Demokrasi Indonesia, Alumni Unram Desak Presiden Jokowi Mundur

Lalu Nasib AR sendiri, memang tidak banyak berbagi cerita tentang kondisi fisiknya secara detail kepada para sahabat. 

Namun begitu, sahabatnya tahu kondisi fisiknya memang sudah tidak sebugar dahulu, mengingat usia yang sudah lebih dari delapan dekade.

Meski dengan kondisi tak sebugar dulu, dedikasi Lalu Nasib terhadap seni pertunjukan Wayang Sasak, tidak kendor sedikit pun. 

Ketika berbicara ssehari-hari, kadang suaranya juga terbata-bata. Intonasi suaranya memang masih terdengar sangat lantang, namun sejumlah kata yang terlontar juga kadang terdengar tidak terucap dengan jelas.

Tapi tidak ketika mendalang. Di hadapan Rachmat dan para tetamu, Lalu Nasib memainkan sejenak satu lakon Wayang Sasak. Tangan kanannya menggenggam wayang Jayengrane, sementara tangan kirinya menggengam wayang Umar Maye. 

Dimainkannya begitu sempurna lakon tersebut dan membius semua tetamu yang hadir. Tak ada suara terbata-bata. Tak ada terdengar pelafalan kata yang tidak tepat. Apalagi yang tidak jelas.

Karena itu, di tengah kondisi fisiknya yang terbatas, Lalu Nasib masih tetap memenuhi undangan pertunjukan Wayang Sasak. 

Minggu malam misalnya, jadwal pentasnya pun sudah tersusun. Lalu Nasib akan mendalang di Desa Kumbung, Narmada, memenuhi undangan pementasan wayang dari masyarakat desa setempat.

Demikian besarnya dedikasinya Lalu Nasib untuk menjaga marwah budaya seni pertunjukan Wayang Sasak, menyebabkan Rachmat tak pernah ragu menyematkan gelar ”Pahlawan Budaya Tanpa Tanda Jasa” kepada sahabatnya itu. 

Bagi Rachmat, melalui pengorbanan dan dedikasi Lalu Nasib, masyarakat Sasak bisa terus menghargai akar sejarah yang memancarkan kebanggaan dan identitasnya.

Di tengah gempuran teknologi seni pertunjukan yang sudah sedemikian maju dan pesat, Lalu Nasib dinilainya tidak hanya merupakan figur yang menghidupkan kembali kenangan masa lalu. Tetapi juga membuka jendela masa depan. 

Dari tangan Lalu Nasib, kata Rachmat, warisan budaya bukan hanya menjadi kenangan, tetapi menjelma menjadi peta menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri, sebagai masyarakat Suku Sasak.

”Kak Nasib mengajarkan kita bahwa kepedulian terhadap budaya adalah kunci untuk memahami dan menghormati perjalanan sejarah kita sebagai masyarakat Suku Sasak,” ucap Rachmat.

Kepada Rachmat Hidayat, Lalu Nasib pun menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa syukur atas bantuan kursi roda elektrik untuknya. Dia meneguhkan, kursi roda elektrik itu, akan selalu menemaninya dalam setiap aktivitas. Termasuk saat memenuhi undangan di tengah-tengah masyarakat untuk mendalang dan mementaskan Wayang Sasak.

Tak cuma itu. Kursi roda itu juga akan menemaninya dalam aktivitas ibadah. Dengan kursi roda elektrik tersebut, Lalu Nasib kini bisa secara mandiri pergi ke Masjid dekat rumahnya, untuk menunaikan salat berjamaah lima waktu.

Setelah mendapat sedikit tutorial tentang penggunaan kursi roda tersebut, di hadapan Rachmat, dengan ”gaya”, dalang kebanggaan masyarakat Suku Sasak itu pun segera menunjukkan bagaimana dirinya sudah begitu mahir mengendarai kursi roda tersebut. Hal yang menghadirkan gelak tawa dari para tamu.

Rachmat menegaskan, apa yang dilakukannya untuk membantu Lalu Nasib, sepenuhnya adalah aksi kemanusiaan belaka. Tak ada kaitannya dengan politik sama sekali. Rachmat mengungkapkan, hanya ingin mewakafkan dirinya untuk kebaikan masyarakat Pulau Lombok. Rachmat ingin membawa dan menghadirkan berkah untuk sesama.

“Sangat penting bagi kita untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan, khususnya saudara kita yang sulit untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari,” katanya.

Rachmat menekankan, apa yang dilakukannya ini adalah tindakan secuil. Namun, dia berharap, tindakan secuil tersebut, dapat turut membantu memperbaiki kualitas hidup mereka yang telah dibantu, dan memberikan sedikit kebahagiaan untuk mereka.

Dikatakan, bantuan kursi roda elektrik tersebut pun diharapkan dapat membuat perbedaan dalam hidup orang lain. Politisi lintas zaman ini menekankan, dengan sedikit usaha dan kepedulian, sesungguhnya kita dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain, terutama bagi mereka yang membutuhkan.

”Berbagi dan memberi perhatian kepada sesama itu akan selalu mengingatkan diri kita bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kemampuan kita untuk peduli dan membantu orang lain,” ucap Rachmat. (*)

 

 




Mengabadikan Keindahan Lombok Lewat Lomba Foto

Keren, Rannya Gaungkan potensi wisata Lombok melalui Lomba Foto bertajuk ‘Caraku Mencintai Lombok’

MATARAM.LombokJournal.com ~  Destinasi wisata di Pulau Lombok yang eksotik mendorong Rannya Agustyra Kristiono, Bacaleg DPR RI dari Partai Gerindra menggelar lomba foto bertajuk ‘Caraku Mencintai Lombok’. 

BACA JUGA: Gamelan Srikandi NTB Memukau di Malaysia

Lomba foto keindahan Lombok merupakan cara untuk mengabadikan keindahan destinasi wisata Lombok
Lomba Foto Rannya

“Temanya tempat wisata favoritmu di Pulau Lombok. Saya mengajak generasi muda menceritakan tempat-tempat indah di Pulau Lombok,” kata Rannya, Senin (04/09/23). 

Pulau Lombok memiliki potensi wisata yang luar biasa, mendorong Rannya mengabadikan keindahan Lombok lewat lomba foto. 

Di Lombok Timur ada Gunung Rinjani dan Pantai Pink. Di Lombok Tengah ada Pantai Kuta Mandalika dan Selong Belanak. Sedangkan di Lombok Barat ada Pantai Senggigi dan Pantau Meang di Sekotong. 

“Di Kota Mataram ada Taman Loang Baloq ada Pura Mayura. Di Lombok Utara ada Gili Trawangan atau Hutan Pusuk, ” bebernya. 

Putri politisi senior Partai Gerindra H Bambang Kristiono (almarhum) ini yakin, sangat banyak tempat wisata lain di Lombok yang belum terekspose. Ia yakin, anak-anak muda memiliki referensi masing-masing. 

“Lomba foto ini salah satu cara saya memunculkan segala potensi itu, ” katanya.

BACA JUGA: KTT Asean Siap Digelar di JAKARTA Convention Center

Dara lulusan salah satu kampus kenamaan di Inggris ini melanjutkan, melalui lomba ini ia ingin melihat kesan anak muda Pulau Lombok pada tempat-tempat indah yang mereka temui. 

“Pokoknya harus ikut ini semeton Lombok sekalian. Ada hadiah jutaan rupiah dan souvenir dari saya, ” ucapnya. 

khusus Untuk syarat ikut lomba foto ini, kata Rannya, usianya antara 17-35 tahun. Pesertanya harus warga yang berdomisili Pulau Lombok, dan tidak dipungut biaya. 

Pengambilan Foto bebas menggunakan kamera apapun. Olah digital sebatas perbaikan minor (Saturasi, Brightness, Warna, Kontras dan Cropping). Periode lomba 4 September 2023 – 27 September 2023.

BACA JUGA: NTB Mall Pasarkan Produk Lokal NTB di Malaysia

“Untuk info lengkap syarat ini sementon Lombok bisa membuka Instagram @rannyakristiono @baturrannya. Pengumuman pemenang 2 Oktober 2023,” jelasnya.***

 

 




Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2023

 FKSM 2023 di Mataram tampilkan 21 komunitas Seni Media dan pertunjukan silang media dari berbagai daerah di Indonesia 

MATARAM.LombokJournal.com ~, Pertunjukan silang media JTDS 5,0 Song of The Earth oleh Bulqini dari Bandung berkolaborasi dengan Mantra Ardhana dari Organic Mind Mataram NTB dan Sangar Aruntala, menandai grand opening Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2023, Minggu (03/09/23) malam.

BACA JUGA: Mengabadikan Keindahan Lombok Lewat Lomba Foto

Festifal komunitas seni media 2023 untuk mendorong kolaborasi seniman
Ahmad Mahendra

Baik Bulqini maupun Mantra Ardhana selama ini dikenal sangat mengakrabi seni media. Dan pertunjukan seni media yang menggunakan teknologi media itu memukau ribuan pengunjung, yang sebagian besar kalangan muda dan pelajar.

“Pertunjukan itu memang benar-benar mewakili yang disebut pertunjukan pertunjukan silang media,” kata Winsa Prayitno, salah seorang sutradara di Mataram. 

Pada acara soft opening malam sebelumnya, Mantra juga menggelar pertunjukan seni media Ritus Alam, yang bersamaan dengan itu juga tampil Faisal Kamandobat dengan sanggar Matur Nuwun yang didukung mahasiswa Nahdlatul Ulama NTB. 

BACA JUGA: Gamelan Srikandi NTB Memukau di Malaysia

Direktur Perfilman, Musik dan Media, Ahmad Mahendra membuka FKSM 2023 yang berlangsung 2-8 September 2023 di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram. 

Kegiatan FKSM 2023 melibatkan 21 komunitas Seni Media 2023  dari berbagai daerah di Indonesia, yang akan menampilkan pertunjukan silang media. Penyelenggaraan FKSM 2023, menurut Mahendra, untuk mengukuhkan Seni Media di Indonesia melalui perluasan akses terhadap seni dan teknologi media.

“Penyelenggaraan festival seni media  ini diharapkan jadi platform komunitas saling berkolaborasi, untuk meningkatkan kreativitas dalam dunia seni,” kata Ahmad Mahendra kepada wartawan.dalam jumpa pers di Teater Tertutup Taman Budaya NTB, Minggu (03/08) sore.

Tanah Dialektika

Festival Komunitas Seni Media (FKSM) yang sudah berlangsung selama 8 tahun, konsisten mendorong proses pertukaran budaya, pengetahuan, jejaring seni media di Indonesia, sebelumnya dikenal sebagai Pekan Seni Media/PKM (2015-2021). Penyelenggaraan PKM telah berlangsung di Bandung, Jawa Barat (2015), Pekanbaru, Riau (2017), Palu, Sulawesi Tengah (2018), Samarinda, Kalimantan Timur (2019).

Sejak tahun 2022 penyelenggaraan PKM berubah FKSM, yang berlangsung di Bengkulu. Tahun 2023 FKSM diselenggaran di Taman Budaya NTB, atas pertimbangan komunitas seni dan Taman Budaya di Lombok yang terus tumbuh aktif dan dinamis.

FKSM 2023 di Taman Budaya NTB berangkat dari kerangka kurasi ‘Tanah Dialektika’, bagaimana media dan teknologi berkontribusi pada dinamika masyarakat. Gagasan ‘tanah’ untuk mendorong seniman mengeksplorasi hubungan manusia dengan tanah serta lingkungan. 

BACA JUGA: KTT ASEAN Siap Digelar di Jakarta Convention Center

Acara Festival Komunitas Seni Media menghasil kolaborasi Bulqini dan Mantra
JTDS 5,0 Song of The Earth, kolaborasi Seni Media

Dorjen Kebudayaan, Hilmar Farid pernah mengatakan, para pelaku secara naluri memiliki keterbukaan untuk mengadopsi perspektif baru lewat proses kolaborasi.

“Dengan demikian, praktik seni media merespon fenomena global melalui cara yang berakar pada isu-isu lokal,” kata Hilmar. ***   

 

 




Gamelan Srikandi NTB Tampil Memukau di Malaysia

Penampilan gamelan Srikandi NTB saat peluncuran lapak NTB Mall di Strand Mall memukau publik Malaysia

MALAYSIA.LombokJournal.com ~ Gamelan Srikandi NTB tampil memukau pada acara peluncuran lapak NTB Mall di Malaysia, Jumat (01/09/023). 

BACA JUGA: NTB Mall Pasarkan Produk Lokal NTB di Malaysia

Gamelan Srikandi NTB memukau publik Malaysia
Gamelan Srikandi NTB

Penampilan group musik tradisional gamelan yang dipimpin langsung Wakil Gubernur (Wagub) NTB ini unjuk kebolehan saat pembukaan NTB Mall di Strand Mall Malaysia. 

Pada pertunjukkan gamelan itu, pemainnya terdiri dari Ketua Dekranasda NTB bersama sejumlah Kepala OPD dan OPD perempuan lingkup Pemprov NTB. 

Semua anggota Gamelan Srikandi menggunakan kostum kain khas NTB. Begitu juga dengan latar panggung dihiasi kain khas tenun NTB.

“Alhamdulillah, Gamelan Srikandi NTB berhasil memukau Malaysia,” tulis Wagub NTB tersebut di statusnya.

BACA JUGA: UMKM Sasar Pasar di Malaysia dan Singapura

Srikandi NTB adalah sekumpulan perempuan hebat NTB yang lihai dan piawai memainkan gamelan, alat musik tradisional NTB. 

Mulai terbentuk pada tahun 2019 yang lalu, Srikandi NTB dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalilah dan Ketua Dekranasda NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah.

Hingga saat ini Srikandi NTB memiliki 20 anggota, beberapa di antaranya adalah Kepala OPD di NTB dan lainnya memiliki jabatan penting di berbagai instansi. 

Gamelan Srikandi NTB tampil di berbagai acara seperti di Kementrian Perindustrian, Kementrian Pariwisata RI, Launching calender of event NTB, HUT NTB dan berbagai acara lainnya.

Dibentuknya Srikandi NTB sebagai wujud cinta dan keinginan kuat mempertahankan Musik Tradisional NTB. 

BACA JUGA: NTB Ekspor Produk Vanili ke Amerika

Hadirnya Srikandi NTB membuktikan, perempuan NTB mampu berdaya dan tak ada lagi dikotomi bagi perempuan NTB. ***

 

 

 




Senggigi Sunset Jazz 2023 Digelar ke 5 Kali

Digelarnya event Senggigi Sunset Jazz yang ke 5 kali, diharapkan masyarakat NTB menjadi manusia yang ramah

LOBAR.LombokJournal.com ~ Perhelatan Senggigi Sunset Jazz yang ke-5 kalinya di Kawasan Senggigi, Lombok Barat, Minggu (20/08/23), merupakan event nasional maupun internasional yang digelar di NTB. 

BACA JUGA: Wagub NTB Hadiri HUT ke 72 SDN 6 Mataram

Kata Bang Zul, adanya event Senggigi Sunset Jazz, masyarakat NTB harus menjadi manusia yang ramah
Gubernur NTB, Bang Zul

Adanya event semacam Senggigi Sunset Jazz yang banyak digelar, masyarakat NTB diharapkan menjadi warga yang ramah. 

Hal itu disampaikan Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah saat menghadiri acara Senggigi Sunset Jazz.

“Kita harus pastikan selain alam kita yang indah. Manusianya juga harus ramah,” pesan Gubernur dihadapan ribuan penonton di Senggigi.

BACA JUGA: Arahan Sekda NTB saat Audensi LLP RRI Mataram

Bang Zul meminta keindahan alam dan masyarakat yang selaras, agar NTB dapat menjadi daerah yang aman dan nyaman untuk dikunjungi

Karena, sedikit saja hal buruk bisa menyebar dengan cepat. 

“Kita memiliki tanggungjawab yang besar untuk menjadikan NTB aman dan nyaman untuk pengunjung,” ungkapnya. 

BACA JUGA: Lalu Hardian Irfani Ajak Generqasi Muda Isi Kemerdekaan

Terakhir, Gubernur berharap Senggigi Sunset Jazz akan terus diadakan di tahun-tahun yang akan datang. Serta, penyanyi yang ditampilkan semakin beragam agar menjadi daya tarik pengunjung tersendiri.***

 




Bang Zul Buka Festival Qasidah NTB 2023 

Para peserta Festival Qasidah, Bintang Vokalis dan Pop Religi tingkat NTB membawa budaya mereka masing-masing

SUMBAWA.LombokJournal.com ~ Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mengapresiasi semangat para peserta dan masyarakat yang meramaikan Festival Qasidah.

BACA JUGA: Bunda Niken Launching Bhakti Stunting di Lembar

Pembukaan festival qasidah di halaman Kantor Bupati Sumbawa

Hal itu diungkapkan Bang Zul sapaan Gubernur NTB pada pembukaan Festival Qasidah, Bintang Vokalis dan Pop Religi Tingkat Provinsi NTB Tahun 2023 di Kabupaten Sumbawa, Selasa (02/08/23). 

Festival Qasidah itu digelar Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Lembaga Seni dan Qasidah Indonesia (LASQI) NTB.

“Membuka Festival Qasidah tingkat Provinsi NTB pagi ini di Kantor Bupati Kabupaten Sumbawa. Alhamdulillah semua kontingennya semangat-semangat,” tutur Bang Zul, sapaan Gubernur. 

Sementara itu, Ketua DPW LASQI NTB, Hj. Niken Saptarini Zulkieflimansyah menjelaskan, Festival Qasidah ini dapat  menjadi wadah bagi masyarakat, untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang budaya daerah. 

BACA JUGA: Nilai Utama Olahraga adalah Persahabatan

Para kontingen yang berpartisipasi dalam Festival Qasidah itu berasal dari berbagai daerah di NTB yang membawa budaya mereka masing-masing. 

“Ini tentunya akan menambah wawasan kita secara luas sebagai warga dan bangsa, dan Insya Allah pada akhirnya nanti akan memberikan kontribusi bagi kita semua dalam hal peningkatan SDM di NTB,” jelasnya.

Selain itu, Bunda Niken menuturkan, Festival Qaidah juga sebagai ajang silaturahmi bagi seluruh penggiat qasidah dan musik religi di NTB. Sehingga, jejaring sosial antar peserta dapat terbentuk bukan hanya untuk hari ini, namun juga kedepannya.

“Festival Qasidah pada akhirnya menjadi ajang kita untuk menambah silaturahmi, menambah sahabat dan memberikan pengalaman juga pengetahuan,” ungkapnya.

Para peserta yang mengikuti ajang Festival Qasidah Tingkat Provinsi ini, kemudian akan diseleksi menjadi peserta Festival Qasidah Tingkat Nasional yang akan diselenggarakan di Sumatera Utara pada bulan November mendatang.

BACA JUGA: Rakerda dan Penyusunan Renstra AMAN Kota Mataram

Acara Peresean yang ikut meramaikan Festival budaya di Sumbawa

“Kami memohon kepada para Bupati dan Walikota bersama-sama dengan Ketua DPD LASQI untuk mendukung para peserta yang akan mewakili NTB kedepannya agar maksimal dalam berkompetisi hingga mendapatkan juara,” harapnya.

Festival Qasidah Tingkat Provinsi NTB 2023 ini juga dihadiri oleh Bupati dan Walikota se-NTB, Ketua DPW LASQI NTB, Ketua DWP Provinsi NTB, Ketua DPD LASQI se-NTB, serta jajaran Forkopimda Lingkup Kabupaten Sumbawa. ***

 




Final MXGP 2023, Semarak “The Spirit of A Culture”

Tarian kolosal The Spirit of A Culture” ditampilkan saat Final MXGP 2023, yang sarat muatan semangat perpaduan budaya dan tradisi

MATARAM.LombokJournal.com, ~ Final Race Ceremony MXGP 2023 di Sirkuit Selaparang, Lombok ada yang menarik.

BACA JUGA: Jorge Prado Tercepat di Sesi Kualifikasi

Sebelum acara final MXGP 2023, disemarakkan pertunjukan seni dan budaya bertajuk “The Spirit of A Culture” di Starting Grid, MXGP Lombok, Minggu (02/09/23).

Penonton final MXGP 2023 sangat antusias menyaksikan The Spirit of A Culture, tarian kolosal yang sarat muatan semangat perpaduan budaya dan tradisi Suku Sasak, Samawa, Dompu dan Mbojo, suku bangsa asli di Nusa Tenggara Barat.

Tarian istimewa saat final MXGP 2023 itu sebagai sinergi dan harmoni suku asli di NTB. 

Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mengatakan, MXGP 2023 di Sirkuit Selaparang, Kota Mataram, Lombok bukan sekedar balapan. Tapi pemicu untuk merubah berbagai hal yang ada di Provinsi NTB. 

BACA JUGA: Para Pembalap Menilai, Sirkuit Selaparang Lebih Menantang 

“Dari MXGP 2023 kami belajar bagaimana mengelola sistem terbuka. Dari MXGP kami belajar tentang kepribadian, gaya kepemimpinan dan jalan baru menuju banyak hal,” kata Bang Zul sapaan gubernur.

Ia mengapresiasi Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM) atau Federasi Olahraga Sepeda Motor Internasional, dan Infront yang bersinergi bersama dalam menyelenggarakan event MXGP Lombok- Sumbawa.

“Saya ingin mengapresiasi Antonio dari FIM, David dan Danil dari Infornt. Mereka sangat sibuk dan kepada seluruh orang, harapan kita ke depan untuk menjamu MXGP lebih baik lagi,” ungkapnya.

Sementara itu, Koordinator Lapangan MXGP 2023 Sumbawa-Lombok, Ridwansyah mengatakan, rasa bangganya dan bersyukur karena Provinsi NTB mendapatkan jatah 2 kali gelaran MXGP 2023.

BACA JUGA: Mohon Keberkahan Jelang MXGP Lombok

“Setelah sukses menyelenggarakan MXGP pada tahun lalu, maka tahun ini kami mendapatkan kesempatan untuk menyelenggarakan 2 seri MXGP di NTB, yaitu MXGP Samota dan Lombok, saya ucapkan terima kasih, awal penuh keraguan tetapi seperti katanya pak Gubernur “there is a will there is a way,” katanya. ***

 

 




Penjelajahan Mantra Ardhana dalam “KISSING THE POETRY”  

Pameran “KISSING THE POETRY” di Sanur, Bali, merupakan ekspresi penjelajahan maestro perupa Mantra Ardhana

LombokJournal.com ~ Mantra Ardhana, seniman visual, kelahiran Cakranegara, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar pameran tunggal bertajuk “KISSING THE POETRY”, di SANTRIAN Art Gallery, Sanur, Bali, dibuka Jum;at (09/06/23). 

BACA JUGA: Provinsi NTB Kembali Raih Predikat WTP ke 12

Penjelajahan visual digital
KISSING THE DEVIL “ – Oil Color on Canvas – 200 cm x 145 cm – Mantra Ardhana – 2023

Pameran yang akan berlangsung hingga 31 Juli itu, menyajikan sebanyak 27 karya. Menyajikan oil color on canvas, watercolor on paper, dan new media. Semua karya tersebut merupakan karya terbaru, yang diproduksi oleh Mantra Ardhana di tahun 2023.

Selama ini, Mantra Ardhana tetap suntuk menghasilkan karya analog, cetak di atas kanvas (print on canvas) dengan sentuhan analog (retouch). 

Selain itu ia bisa dibilang produktif berekplorasi melalui komputernya. Menghasilkan imaji visual digital termasuk video art yang bersenyawa dengan musik elektronik.

Meski yang karya-karya visual digital yang dipamerkan merupakan karya terbarunya, sebenarnya Mantra sudah melakukan eksperimen dan eksplorasi karya visual digital sejak tahun 2000-an. 

Barangkali, hingga kini Mantra merupakan salah satu di antara sedikit (kalau tidak disebut satu-satunya) perupa Lombok yang tetap konsisten menghasilkan karya lukis analog. Bersamaan dengan itu ia termasuk produkstif mengeksplorasi visual digital. Karena konsistensi penjelajahannya itu ia layak disebut maestro visual.

Ketidakpahaman Manusia

Mantra Ardhana  lahir 22 Agustus 1971 di Lombok. Nusa Tenggara Barat. Meski berdarah Bali – perupa yang menyelesaikan studi kesarjanaannya tahun 1999 di Fakultas Seni Rupa – Seni Murni-Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta itu – menyebut dirinya orang Lombok.

BACA JUGA: Data dan Mindset, Penting dalam Penanggulangan Kemiskinan

Perupa yang bahkan tak gentar mengejek diri dan karyanya sendiri itu, kadang mengidentifikasi karya-karyanya sebagai wujud ‘organic mind’.

Seorang penelaah karya rupa, Miekke Susanto, mengulas “KISSING THE POETRY” sebagai pengenalan, pemahaman, dan penanda terhadap “ketidaktahuan” manusia tentang banyak hal yang kerap beroposisi.

Pameran tunggal dari penjelajahan Mantra Ardhana
“ SOUND of SILENCE BEAUTY “ – Oil Color on Canvas – 250 cm x 160 cm – Mantra Ardhana – 2023

Maksudnya, yang beroposisi itu adalah sesuatu yang tampak bertolak belakang tapi hadir bersamaan. Sesuatu yang membingungkan dan mengundang ketidak pahaman, namun ada di tengah-tengah kita. 

Ada sains-mitologi, spiritualitas-profanitas, seen-unseen, fisikal-virtual, nyata-maya, hitam-putih, dan berbagai kenyataan yang saling bertentangan lainnya. 

“Ibarat teks yang berkelindan di setiap individu,” kata Miekke Susanto. 

BACA JUGA: Ekspor Vanili Organik ke AS tahun 2023 Meningkat

Mantra berada di tengah pusaran itu, dan memanfaatkannya. Internet bukan sekedar media distribusi karya-karya digitalnya. Capaian termutakhir dari teknologi informasi pun, yaitu; Artificial Intelligence (AI), dimanfaatkan sebagai perangkat ekspresinya

Bahkan tidak berhenti memanfaatkan, sekaligus melakukan pengayaan. AI dipersinggungkan dengan prinsip grafika dan rangkaian elektronik. Karya yang semula berupa gambar diam (still image), dan saling silang medium dan disiplin ilmu tersebut terciptalah ilusi yang menggerakkan (kinetic), serta memperdalam dimensi hingga nampak bervolume (3D).

Menurut Mikke, pesan-pesan Mantra pada setiap karya padat akan problematika keseimbangan hidup manusia. 

“Lukisan, instalasi, maupun karya-karya digitalnya menyimpan rasa penasaran yang berbasis pada konsep sekala-niskala,” ujarnya.  

Dan Mantra berharap karyanya bisa mendialog tentang warisan nilai filosofis masa lampau.

“Khususnya untuk generasi muda masa kini yang hidup dalam peradaban dengan percepatan dan kecanggihan teknologi informasi,” tutur Mantra.

Itulah Mantra yang selalu tampak unik sekaligus otentik. Seperti Ronieste, aktivis dan penggiat seni di Lombok, mengulik ‘corat-coret’ Mantra di atas kertas. 

Mantra seperti meninggalkan begitu saja sejumlah fragmen yang masih berupa kubangan, kata Roni. Namun Mantra dinilai menyakini ada sesuatu, semacam energi yang akan menguak pengertian. 

Penjelajahan Mantra Ardhana dalam pameran “Kissing The Poetry”

Misalnya, kita menduga seolah-olah ada huruf dalam karyanya. Tak pusing apakah orang lain memahaminya.

BACA JUGA: Biografi Penyair yang Terangkum Dalam Puisi

“Ini tipografi saya sendiri, bukan untuk dibaca. Ia semacam simbol dan hanya aku yang mengerti maknanya,“ kata Mantra. ***

 

 




Biografi Penyair yang Terangkum dalam Puisi

Menulis puisi bagi Agus K Saputra seperti menulis buku harian, tercatat biografi perjalanan yang sarat kerinduan, takjub, sedih, kenangan, sekaligus semangat berkarya

MATARAM.LombokJournal.com ~ Perayaan buku puisi ‘Januari di Kendari’ karya Agus K. Saputra berlangsung hari Kamis (01/06/23) malam, di Galery Taman Budaya NTB, Kota Mataram. 

BACA JUGA: Gubernur NTB Berharap Kebhinekaan di NTB Terjaga

Biografi Agus K Saputra di Kendari dibahas

Agus K Saputra mengaku, 50 puisi yang terhimpun dalam buku itu itu didedikasikan untuk koleganya di Kendari, Sulawesi Tenggara. Sekitar setahun Agus bertugas di Kota Kendari, yang mengaku mengalami banyak peristiwa mengesankan. 

Ia bertemu teman-teman baru yang membuka banyak perspektif pemikiran baru, termasuk banyak bertemu seniman yang kemudian melecutnya berani terus berkarya.

Dalam acara yang dihadiri kalangan sastrawan dan banyak seniman Mataram lainnya, Agus tampak bersemangat sebagai penulis puisi. Meski ia tak punya pretensi menjadi penyair. 

Membaca 50 puisi Agus K. Saputra tergambar ‘biografi’ seseorang yang sarat kerinduan, takjub, sedih, kenangan, sekaligus semangat berkarya. Dalam buku kumpulan puisi ‘Januari di Kendari’ (87 hal, 2023), ditulisnya selama bertugas di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (2018-1019).

Menulis puisi bagi Agus, (barangkali) layaknya menulis catatan harian. Ia sudah ‘memuisi’ sehingga yang menyentuhnya dituangkannya dalam bahasa yang indah dan berirama untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan pengalamannya. Agus menggunakan imaji dan ritme yang unik untuk menciptakan efek emosional, dalam mengungkapkan pengalamannya selama di Kendari.

BACA JUGA: Ekspor Vanili Organik ke AS Tahun 2023 Meningkat

Maka puisi-puisi Agus yang ditulisnya di Kendari menggambarkan perjalanan emosional, spiritual, sekaligus introspektif. Penyair seringkali menggunakan imaji dan deskripsi untuk menggambarkan tempat-tempat yang dikunjungi, pemandangan alam, suara, aroma, dan kesan yang dirasakan selama perjalanan. 

Buku puisi yang jadi biogafdi Agus K Saputra
Buku Januari di Kendari

“….kata-kata (dalam puisi Agus, pen) sebagai aksentuasi pengalaman dan penghayatan,” tulis Syaifuddin Gani (Peneliti Brin) yang meninjau kumpulan puisi ini dalam tulisannya.   

Karena itu Syaifuddin menyebutnya sebagai buku kumpulan puisi rekaman jejak perjalanan. 

Pengalamannya bertemu keluarga nelayan di wilayah pesisir Kendari, ia ungkapkan dalam AYAH GAGAL MELAUT: 

Terasa kuat empatinya, menghayati derita keluarga nelayan: 

AYAH GAGAL MELAUT

malam ini tak ada ikan asap 

ayah gagal melaut

ketika batuk kembali menyergap 

napasnya tersengal-sengal 

 

di dapur ibu menjerang air 

dengan kayu bakar menipis 

seperti angin tak lagi menyapa 

peluhnya bercucuran tiada henti 

 

langit gelap 

hari semakin pengap 

menyoraki cerdik pandai bersenda gurau 

meninggalkan kami tanpa nasi 

 

laut bergemuruh 

mencari tempat menumpahkan amarah 

seperti petir siang bolong 

menusuk gendang telinga 

 

bumi pertiwi menangis 

dengan air mata darah 

suaranya semakin lemah 

bangkitlah bangkitlah 

Malalanda-Ereke, 11 November 2018 

Agus memang beruntung, punya kesempatan menempuh perjalanan di banyak tempat. Setelah di Kendari (Sulawesi Tenggara), kemudian ia menjelajah di Sulawesi Selatan. Dan sejak pertengahan 2023 bertugas di Area Lampung, Provinsi Lampung, sebagai Deputi Bisnis/Vice President PT Pegadaian, Kantor Wilayah Palembang 

Memang Agus bisa dibilang jenis manusia yang langka, dalam posisinya sebaga Deputi Bisnisi PT Pegadaian, telah menerbitkan 6 buku kumpulan puisi, yaitu Kujadikan Ia Embun (Halaman Indonesia, 2017), Menunggu di Atapupu (Halaman Indonesia, 2018), Sepucuk Surat dan Kisah Masa Kecil (Halaman Indonesia, 2020), Bermain di Pasar Ampenan (Halaman Indonesia, 2021), dan Mencari Rumah Sembunyi (Halaman Indonesia, 2022). Dan yang keenam adalah Januari di Kendari (Halaman Indonesia, 2023).

BACA JUGA: Gotong Royong Bhakti Stunting di Lombok Timur

Salah seorang pembicara meninjau puisi-puisi Agus, adalah sutradara teater di Mataram, Kongso Sukoco, yang mengungkapkan pendekatan ‘psikobiografi’. Pendekatan ini menginterpretasikan puisi JANUARI DI KENDARI sebagai pengalaman penyair dalam perspektif psikologi, berdasarkan sumber informasi yang ditemukan dalam puisi. 

JANUARI DI KENDARI

hujan membawa sakitnya melangkah 

mendapati selembar cerita 

terpanah hati menjadi rintik 

 

dingin mengembara ke langit biru

 menyapa mentari hinggap di bibir 

merekah bersama sebaris senyum 

 

angin kini mengalir sendiri 

membasahi setiap langkah 

menepikan kepedihan 

 

hingga api membara 

membawa jalan bahagia 

januari di kendari 

Kendari, 13 Januari 2019

 

Nada dasar puisi di atas menggambarkan pengalaman dan perasaan kesedihan (sekaligus cahaya kebahagiaan) yang sangat personal. Kalau itu menggambarkan pengalaman subyektif penyair, itu bisa dipahami. 

Karena Agus yang sebenarnya selalu ‘rindu keluarga’ itu harus bertugas di tempat yang jauh dari keluarga. Itu berlangsung simultan. Itu bisa ‘beresiko’ secara emosional.

BACA JUGA: NTB Segera Bangun Perusahaan Energi Terbarukan

Perayaan buku JANUARI DI KENDARI mendapat perhatian luas kalangan seniman di Lombok, termasuk dari Kepala Kantor Bahasa NTB, Dr. Puji Retno Hardiningtyas, S.S., M.Hum, Kepala Perwakilan Ombudsman RI NTB, Dwi Sudarsono SH, Kepala Taman Budaya NTB, Sabarudin, S.Sastra, dan sutradara film, Adi Pranajaya Ratsu, serta penyair Kiki Sulistio. ***

 

 

 

 




Dukungan untuk John “Kursi Roda” dan Pekerja Seni di Lombok

Memuliakan kaum difabel, Rachmat Hidayat beri dukungan untuk musisi Sasak John “Kursi Roda” dan penyandang disabilitas Pulau Lombok

MATARAM-LombokJournal.com ~ Politisi PDI Perjuangan, H. Rachmat Hidayat memberi perhatian dan dukungan untuk John “Kursi Roda”, salah seorang penyanyi dan pencipta lagu Sasak yang memiliki nama masyhur di Pulau Lombok.

BACA JUGA: Bunda Niken Bagikan Kursi Roda untuk Difabel di Lombok Tengah

Rachmat Hidayat mengajak piha lain untuk memberi dukungan pada kaum difabel

Anggota DPR RI itu juga memberi perhatian kepada sejumlah penyandang disabilitas lainnya. Mereka mendapat bantuan kursi roda manual untuk memudahkan aktivitas mereka. 

John diembel-embei ‘kursi roda’ karena pekerja seni ini penyandang disabilitas, dan harus selalu duduk di kursi roda.

 Semenjak usia delapan tahun, ayah dua anak dengan nama asli Zainuddin tersebut menderita polio. Semenjak itu, John, tidak bisa berjalan. Kepada John, Rachmat menyerahkan bantuan kursi roda elektrik.

BACA JUGA: Pilgub NTB 2024, Milik Anak Muda yang Progresif

Pertengahan pekan lalu, Rachmat janjian bertemu dengan John di rumah Mas Santo, salah seorang pengusaha di Mataram yang dekat dengan sejumlah pekerja seni di Lombok. 

John datang bersama dengan M Zulaipi, rekannya sesama penyandang disabilitas yang tidak memiliki kaki.

Rachmat mengatakan, berbagi dan memperhatikan kaum difabel menjadi prioritasnya, lantaran hal tersebut sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan sosial.

Perhatian itu untuk memberikan dukungan kepada kaum difabel agar dapat hidup dengan nyaman dan bahagia di lingkungan mereka.

“Bantuan kursi roda ini kita harapkan akan membantu John dan saudara-saudara kita penyandang disabilitas memiliki mobilitas yang tidak lagi terbatas,” ucap Rachmat.

Anggota Komisi VIII DPR RI menegaskan, kaum difabel adalah kelompok yang seringkali diabaikan oleh sebagian kita. 

Padahal mereka membutuhkan perhatian dan dukungan yang lebih.

“Dengan memberikan dukungan kepada mereka, kita dapat membantu mereka merasa lebih dihargai dan diterima di lingkungan sekitarnya. Termasuk memperkuat tali persaudaraan dan solidaritas antar sesama kita sebagai umat manusia,” imbuh politisi senior lintas zaman ini.

Ketua DPD PDI Perjuangan NTB ini pun menggugah pihak lain, untuk juga turut memberi perhatian dan dukungan kepada kaum difabel. 

Mulailah hal tersebut kata Rachmat, dengan kaum difabel yang ada di sekitar terlebih dahulu. 

Dukungan tersebut pun tak melulu harus berupa finansial. Berbagi waktu atau tenaga, juga tentulah akan sangat bermanfaat untuk mereka.

 Atau menghindari perilaku diskriminatif atau merendahkan mereka juga adalah sebuah dukungan yang luar biasa pula.

“Sesungguhnya saudara-saudara kita yang secara fisik memang kekurangan, juga memiliki hak-hak yang setara dengan kita sebagai warga negara,” kata Rachmat.

BACA JUGA: Bang Zul Bagikan Sembako dan Sayuran di Dusun Semaya, Lotim

Bertemu dengan John dan M Zulaipi, Rachmat pun tak henti mengucapkan kekaguman kepada mereka. Di tengah keterbatasan mereka secara fisik, semangat hidup mereka tak pernah padam. 

Tak sekalipun mereka merasa rendah diri. Tak ada pula keluhan yang terlontar. 

Semangat mereka untuk berkreativitas demi hidup yang lebih baik, juga sangat patut diacungi jempol.

John, adalah pencipta lagu-lagu Sasak yang karyanya meledak dan banyak digandrungi khalayak. John mengaku, dirinya kini masih rutin manggung. 

Mulai dari acara hajatan, hingga perkawinan. Dalam sepekan, dia bisa manggung hingga empat kali.

“Untuk tarif, biasanya saya tidak mematok harga,” kata John.

Sementara Zulaipi, saat ini bekerja sebagai tukang reparasi alat-alat elektronik. Dengan cara itulah kaum difabel asal Peringgarata, Lombok Tengah ini, dapat menghidupi keluarganya.

John dan Zulaipi, adalah dua contoh penyandang disabilitas yang menolak hidup dari belas kasihan orang lain. Mereka bekerja keras untuk dapat memberi penghidupan yang layak bagi anak dan istri mereka. 

Baik John dan Zulaipi, saat ini memang sudah berkeluarga. John telah memiliki dua anak. Sementara Zulaipi memiliki satu buah hati.

“Kami memang tidak ingin hidup hanya untuk menjadi sampah di bumi,” kata John. Zulaipi, mengangguk. Setuju dengan apa yang dikatakan John.

Rona bahagia terpancar dari raut wajah mereka, saat menerima bantuan kursi roda dari Rachmat Hidayat. 

John, lalu mencoba kursi roda elektrik yang harganya Rp 27 juta satu unit tersebut. Zulaipi juga mengayuh kursi roda manual yang diterimanya. Mereka pun berucap rasa syukur, lantaran telah mendapat perhatian yang disebutnya tak terhingga dari Rachmat Hidayat.

Kepada Rachmat, John pun berjanji akan membuatkannya lagu. Hal yang membuat Rachmat surprise. 

Politisi berambut perak ini pun mengaku sudah tak sabar menantikan lagu gubahan dari John rampung untuknya.

Rencananya, jika tak ada aral melintang, Rachmat juga akan mempertemukan John secara langsung dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini. 

Rachmat ingin agar John, bisa menyampaikan langsung apa yang menjadi permasalahan para penyandang disabilitas di NTB, sehingga pemerintah dapat memberi atensi terhadap hal tersebut. 

BACA JUGA: Bunda Niken Bagikan 400 Paket Sembako di Lotim

Rachmat juga ingin, agar John juga nanti mendapat bantuan alat-alat bermusik dan fasilitas rekaman dari Kementerian Sosial, sehingga hal tersebut dapat menopang kreativitas John dalam bermusik.

“Pada kreativitas pekerja seni seperti John dan pekerja seni lainnya di Pulau Lombok, lagu-lagu Sasak akan bisa kita harapkan naik kelas dan orisinilitasnya tetap terjaga,” ucap Rachmat.***