Dr. H.MS. Udin, MA; Makna Kalah Bagi Yang Berilmu

Ini kisah perjuangan Dr. H. MS. Udin, MA, yang mampu memberi makna kalah menjadi energi kreatif. Ia membangun pondok pesantren dengan dukungan warga desa, mendidik dan menghidupi anak yatim piatu penuh keikhlasan. Naniek I Taufan mengkisahkan ketekunan dan keikhlasan Tuan Guru Udin

MATARAM.lombokjournal.com ~ Kalah dalam sebuah konstestasi politik bukanlah akhir dari segalanya, apalagi sampai terpuruk hingga mengakibatkan kondisi stress. 

Bagi mereka yang berilmu, kalah bisa menjadi energi yang positif. 

Hal inilah yang pernah terjadi pada DR. H.MS. Udin, MA., atau yang dikenal dengan Tuan Guru Udin.

Pernah ia mengalami kekalahan saat mengikuti Pemilihan Kepala Desa Gapuk, Kecamatan Gerung, Lombok Barat tahun 1983. Terpikir oleh Tuan Guru Udin, pimpinan Pondok Pesantren Ishlaah Al Ummah, Batu Mulik, Desa Gapuk, Gerung untuk membangun Pondok Pesantren bagi anak yatim dan anak-anak kurang mampu. 

Kisahnya bermula, ketika itu ia masih mengemban tugas sebagai Guru SDN 4 Mataram, Tuan Guru Udin ikut Pilkades dan kalah. Pendukungnya sempat kecewa. 

Meskipun kalah, namun pendukungnya di kampung itu terbilang cukup banyak. Ia pun berfikir apa yang bisa dilakukan bersama para pendukungnya, agar kekecewaan pendukungnya tidak berlanjut. 

Setidaknya sesuatu yang bermanfaat harus dilakukan. Akhirnya energi pendukungnya diarahkan untuk membangun Madrasah yang kelak kemudian menjadi Pondok Pesantren bagi anak yatim dan anak tidak mampu. 

bisa memberi makna kalah bagu yang berilmu
Tuan Guru Udin

Bagi Tuan Guru Udin, kalah dalam pilkades justru memberikan keberkahan, bisa memelihara anak yatim dan anak tidak mampu. Tuan Guru Udin mengajarkan untuk menyikapi kekalahan dengan ilmu, sehingga kalah bisa menjadi terhormat. 

Dua tahun kemudian, 1985, madrasah ini terbentuk dengan menerima tiga kelas pertama Tsanawiyah dengan sementara menumpang ruang belajar di SDN 2 Gapuk yang tidak jauh dari rumahnya. 

BACA JUGA: Tadarus Bersama PKK NTB di Pendopo Gubernur

Pada perkembangan selanjutnya warga pun, tidak hanya pendukungnya dalam Pilkades, melainkan hampir seluruh warga desa bergotong royong untuk mewujudkan gedung Pondok Pesantren di kampung ini. Hingga akhirnya sekolah ini memiliki tanah dan gedung. 

Sejak awal pondok ini didirikan, Tuan Guru Udin yang dua kali mengikuti pendidikan S3 Sospol bidang Administrasi Publik di Untag Surabaya dan UIN Malik Ibrahim Malang bidang Manajemen Pendidikan Islam ini, memang sudah mengkhususkannya untuk anak-anak yatim dan anak kurang mampu. 

Karena itu, saat sudah memiliki tanah dan mampu membangun gedung Ponpes yang dihasilkan sebagian besarnya dari urunan para pendukungnya itu, pondok ini didirikan. Karena pembangunan pondok dananya berasal dari urunan warga sekitar, maka diwacanakan, para santri dan santriwati direkrut dari warga sekitar dan seluruh keturunan pecahan atau warga desa ini yang setidaknya sudah membangun 18 masjid di tempat-tempat tinggal mereka yang baru. 

Pondok ini mencari santri santriwatinya dari warga kampungnya yang sudah tinggal menyebar di desa lain seperti, Ketirik, Jembatan Kembar, Dasan Belo, Penimbung, Batu Timpang, Batu Samban, Lendang Jahe,  Sempolok, Keselet, Sedengat, Jelateng Timur, Jelateng Barat, Kelape, Sayung, Pekemik, Pendem, Dasan Baru, Setenggar, Mpol, Pemegatan, Timbal Kelep, Lemer, Sepi, Belongas, Sauh, Seledong, di mana warga pecahan ini sudah mendirikan masjid sendiri-sendiri. 

Anak cucu mereka inilah yang menjadi santri dan santriwati Pondok Pesantren Ishlaah Al Ummah saat ini.

Pelan tapi pasti, ponpes ini berkembang. Namun jangan berfikir bangunan pondok yang mewah seperti ponpes-ponpes lainnya. Sebab pondok ini membiayai penuh 400-an santri santriwatinya yang belajar secara gratis. 

Bahkan 115 santri santriwati yang tinggal di asrama pondok ini, selain belajar gratis juga biaya hidupnya selama di pondok juga gratis. 

Tidak mudah bagi Tuan Guru Udin yang lahir dari orang tua petani ini untuk membiayai anak-anak yatim dan anak-anak kurang mampu belajar dan hidup di pondok secara gratis. 

Keihlasannya untuk mengurus dan merawat mereka membuat dosen Universitas Islam Negeri Mataram ini harus putar otak mendapatkan biaya bagi mereka. 

Selain biaya itu datang dari kantong pribadinya, ia bersyukur selama ini selalu saja ada bantuan yang datang, yang membuat kehidupan para santri santriwati serta proses belajar mengajar berjalan dengan baik. 

Memang, makan dan minum mereka secukupnya, tidak ada yang berlebihan apalagi mewah. Tidak mudah memang membayangkan menghidupi 400 anak khususnya yang 115 penghuni asrama pondok. Pernah dan sering terjadi, pondok kehabisan beras dan makanan untuk santri santriwati bahkan pernah seminggu tak ada persediaan. 

mampu memberi makna kalah menjadi energi positif

Tuan Guru Udin pun mengais persediaan keluarganya untuk bisa memberi makan anak-anak asrama. Sejauh ini ia bersyukur sebab ada saja yang membantu di saat sulit, termasuk selama ini warga sekitar juga kerap menyumbang untuk biaya makan anak-anak pondok. 

Dana-dana dari donatur lebih banyak habis untuk biaya hidup para santri santriwati, sehingga tidak terpikirkan lebih jauh tentang bangunan gedung pondok maupun asrama yang lebih representatif. 

BACA JUGA: Sate Tanjung, Cita Rasa Kuliner Khas Lombok Utara

Saat ini, selain gedung dengan 12 ruang belajar, ada dua asrama santri dan santriwati. Asrama ini bukan asrama yang ditempati satu kamar 2 santri melainkan mereka tidur beramai-ramai. 

Para santri malah lebih sering tidur di masjid yang dibangun dari wakaf bangunan yang diberikan donatur dari Saudi Arabia beberapa tahun lalu. 

Tuan Guru Udin yang alumni LEMHANNAS tahun 2017 ini mengaku tak sampai hati menarik uang SPP, Pembangunan dan lain-lain sebab ia tahu persis kondisi anak-anak yang belajar di pondok ini. 

Seluruhnya anak tak mampu yang rata-rata yatim dengan keadaan yang menyedihkan. Tiap ajaran baru tiba, ia dan tim perekrut santri santriwati selalu turun bertemu para Kepala Dusun untuk mencari anak-anak yatim dan tidak mampu untuk belajar di pondok ini secara gratis. 

“Saya harus menyelamatkan anak-anak ini,” ujarnya. 

Kini ponpes ini telah memiliki PAUD hingga Aliyah yang berjalan dalam kesederhanaan. Pondok ini dijalankan oleh mantan Asisten 1 bidang Pemerintahan dan Kesra Pemkab Lombok Barat tersebut,  berpegang benar-benar pada kehendak Allah SWT. 

Sebab ia tidak memiliki dana yang besar apalagi tabungan yang pasti untuk membiayai 400 santri santriwati yang belajar gratis termasuk di dalamnya 115 yang tinggal di ponpes. 

saat ini makna kalah itu menjadi perkembangan

Kesabaran dan keikhlasan Tuan Guru Udin dan pengurus pondok lainnya serta yang utama adalah kehendak Sang Penciptalah yang membuat pondok ini, berjalan hingga 36 tahun. Kini, alumni pondok ini telah banyak menjadi orang yang berhasil dengan berbagai profesi. Itulah kebanggaan terbesar bagi Tuan Guru Udin yang baru-baru ini gelah mengikuti akselerasi Guru Besar UIN Surabaya ini, melihat mereka keluar dari kesulitan dan mampu membangun hidup yang lebih baik.***

 

 




Kisah Maria, Menderita Bersama Suami Tapi Tak Bisa Cerai

Ini kisah Maria yang memilukan, puluhan tahun ia menderita oleh perangai suaminya. Tapi saat ia menginginkan perceraian, selalu saja laki-laki itu memohon sambil mencium kakinya. Nasib sedih Maria dari Bima ini dikisahkan Naniek I Taufan 

MATARAM.lombokjournal.com ~ “Biarkan saja, sampai kapan dan sekuat apa dia mampu menyakiti saya, kita tunggu saja. Dia mau pergi atau pun mau pulang ke rumah, saya tidak peduli lagi,” ujar Maria sambil tertawa. 

Begitulah cara perempuan ini kini menghadapi sikap buruk suami yang dinikahinya 30 tahun lalu. Kini sikap-sikap buruk suaminya itu, ia hadapi dengan tertawa. 

Semua sakit dan hal pahit dalam perjalanan rumah tangganya, sudah lewat untuk ia tangisi. Telah habis air mata dan kesabaran serta ketabahannya berubah menjadi kepasrahan. Setelah semua usaha untuk “mengembalikan” suaminya ke pangkuannya telah ia lakukan namun gagal, kini ia menjadi lebih tenang dan menyerahkan semua kehidupannya pada Sang Pencipta. 

Dalam sujud dan doa-doanya kepada Sang Pencipta, Maria (54), bukan nama sebenarnya, selalu memanjatkan harapan agar suaminya mau berubah menjadi baik. Puluhan tahun berumah tangga, ia merasa tidak pernah mendapatkan perlakukan baik dari suaminya, Hendra (57), nama samaran, kecuali kemesraan sesaat usai mereka menikah. Sakit fisik dan psikis telah menjadi kawan baginya hampir tiap hari. 

“Tapi saya sendiri heran, kenapa saya bertahan sampai hari ini,” ungkap Maria.

Ia memang tidak habis pikir, mengapa selama ini ia bisa bertahan dengan perlakuan buruk suaminya. 

Takut ditinggal juga tidak, takut tak mendapatkan jaminan hidup, juga tidak. Karena ia sendiri memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan penghasilan tetap dan menurutnya sangat cukup untuk hidup layak dengan empat anaknya. 

Keheranannya itu akhirnya terjawab setelah ia dengan gagah berani menyatakan akan meninggalkan suaminya itu untuk bercerai pada tahun 2011 lalu. Itulah saat dimana ia sudah tidak lagi bisa mentoleransi sikap-sikap suaminya.

Ia bersiap datang ke KUA (Kantor Urusan Agama) di salah satu kota di Pulau Sumbawa tempat mereka tinggal, untuk segera menceraikan suaminya. 

BACA JUGA: Kisah ‘Primadona’ Nurul Menolak Nikah Beda Agama

Cerita ingin bercerai memang telah berkali-kali diungkap selama ini, namun pada 2011 itulah ia benar-benar serius melakukannya. Apalagi dorongan persetujuan itu juga datang dari empat anaknya yang sudah besar bahkan dua di antaranya telah menikah. 

Anak-anaknya memang menyetujui agar ibunya menceraikan ayah mereka karena kasihan pada perempuan yang melahirkan mereka itu. Mereka selalu melihat bahwa selama ini ia disia-siakan oleh ayah mereka. 

Namun belum lagi rasa percaya dirinya itu utuh ada dalam dirinya, ia harus menerima nasib kembali tak berdaya manakala suami yang menurutnya bejat itu, tiba-tiba datang memeluk kakinya, memohon agar ia tidak meninggalkannya. 

“Hendra sampai mencium kaki saya dan memohon agar saya tidak meninggalkannya saat itu,” ujarnya. 

Beberapa waktu ia sempat bingung melihat sikap suaminya itu. Hal itu akhirnya terulang beberapa kali.

 “Saya selalu tidak tega melihatnya memohon-mohon agar saya tidak menceraikannya. Ia bahkan bersumpah tidak akan mengulangi perbuatannya,” katanya.

Kisah Maria memang sulit dimengerti. Atas apa yang dialaminya, Maria sadar sepenuhnya, bahwa jika orang yang mengetahui betapa ia disakiti suaminya dengan perselingkuhan-perselingkuhan terang-terangan, tidak seorang pun bisa menerima keputusan Maria untuk kembali lagi pada suaminya tiap kali suaminya berbalik memohon padanya namun selalu mengulangi perbuatannya. 

Tidak hanya berselingkuh, suaminya juga terlalu sering kawin siri dengan banyak perempuan. Ia kerap melakukan kawin cerai. Bahkan yang terakhir ia menikah siri dengan perempuan tetangga rumahnya. Bisa dibayangkan, bagaimana sakit yang dialami Maria. 

Berbagai usaha telah ia lakukan untuk membuat suaminya betah di rumah. Salah satunya memasak makanan-makanan kesukaan suaminya. Ia bahkan bisa berdiam diri di pasar untuk memikirkan kira-kira apa yang harus ia masak untuk suaminya yang merupakan makanan kesukaannya, agar ia bisa diam di rumah. 

Timbang sana timbang sini, memilih bahan masakan, sampai ia memasak makanan paling enak khusus untuk suaminya.

“Eh…masakan itu ditoleh saja tidak apalagi dimakan,” kata Maria yang terheran-heran pada sikap suaminya yang jika di rumah istri mudanya yang nota bene tetangganya, disuguhkan makanan apa saja dengan lahap dimakan suaminya. 

Hendra memang tidak tahu diri. Ketika kelakuan bejat suaminya sudah di luar batas, Maria hanya bisa bersujud dan berdoa. Bahkan berkali-kali ia menengadahkan tangannya memohon pada Allah agar ia diberikan kehidupan baik. 

Atas apa yang dilakukannya itu, suaminya selalu sinis dengan mengatakan, sehebat apa pun ia berdoa, toh tetap tak mampu membuatnya kembali utuh padanya. 

Saking ingin suaminya berubah, ia pernah mendaftarkan suaminya tersebut untuk berangkat Umroh ke Tanah Suci. Barangkali saja ia mau berubah, begitu pikirnya. 

“Begitu ia tahu saya daftarkan namanya untuk Umroh, ia ngamuk-ngamuk dan marah karena tidak setuju. Saya heran, harusnya ia gembira kok malah ngamuk, aneh benar,” kata Maria tertawa.  

Atas apa yang dialaminya, Maria sudah menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu dalam perjalanan hidupnya. Ia bahkan dengan santai bercerita bahwa suatu waktu, ia dilabrak istri muda suaminya. 

“Saya jadi heran, harusnya kan saya yang istri tua yang melabrak istri muda. Ini terbalik, yang muda yang tidak tau diri datang melabrak saya,” katanya. 

Istri muda suaminya itu melabraknya karena suaminya tidak pernah pulang ke rumah. “Dipikirnya ada di rumah saya, padahal saya sendiri tidak tahu dia ada di mana,” kata Maria. 

Kisah ketegaran serta kepasrahan Maria ini mendapat respon beragam dari rekan-rekan kerjanya. 

Ada yang mengatakan bahwa untuk apa Maria mempertahankannya ada pula yang salut pada ketabahan Maria. Namun, bagi Maria semua usaha untuk menjadi lebih bahagia telah ia lakukan. Ia berusaha membuat suaminya kembali utuh padanya dengan berbagai cara sudah dilakukannya. 

BACA JUGA: Ini Kisah Drama Cinta Putri Mandalika

Mengambil langkah menceraikan suaminya juga dilakukannya berkali-kali, namun semua itu gagal. Ia sendiri tak habis pikir dengan perjalanan hidupnya. 

Hanya satu hal yang ia pegang, bahwa apa yang kini dialaminya ia bagikan kepada rekan-rekan kerjanya yang jauh lebih muda darinya dalam hal perkawinan. Ia berharap agar mereka tidak mengambil contoh buruk dari perkawinannya itu. 

“Jangan sampai kalian mengalami hal seperti saya,” katanya pada rekan kerjanya. 

Maria sendiri tidak tahu apa kekurangannya sehingga suaminmya begitu tega padanya. 

Selama ini ia telah berusaha semampunya menemukan kekurangan-kekurangan dirinya agar bisa bahagia bersama suami. Kini, Maria melanjutkan kehidupannya tanpa harus memikirkan kelakuan suaminya. 

Maria kini memang bisa tertawa menghadapi kelakuan suaminya setelah di masa awal pernikahannya ia merasa sangat sakit berulang-ulang karena ulah suaminya itu. 

“Allah maha tahu apa yang terbaik untuk saya,” katanya menutup wawancara.***

 

 




MotoGP Mandalika, Cerita ‘Mengesankan’ Event Internasional

Event MotoGP Mandalika telah usai dan berlangsung sukses, tapi di balik kesuksesan itu ada juga hal-hal yang menimbulkan cerita yang menarik perhatian

MATARAM.lombokjournal.com ~ Lombok mengukir sejarah baru, setelah bertahun-tahun Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan pihak swasta sibuk menyiapkan pembangunan Sirkuit kelas dunia, akhirnya  event internasional Pertamina Grand Prix of Indonesia yang digelar 18-20 Maret 2022, usai sudah dalam suasana gegap gempita.

Kecelakaan Marquez di MottoGP Mandalika
Kecelakaan Marqez

Banyak penonton mengaku kecewa, karena Marc Marquez absen di MotoGP 2022. Pasalnya, Marc Marquez, pembalap tim Repsol Honda cedera usai mengalami kecelakaan horor di sesi pemanasan pada pagi hari, Minggu (20/03/22).

Setelah Valentino Rossi resmi menyatakan tidak tampil lagi pada ajang MotoGP, akhir tahun lalu, maka Marquez merupakan idola baru, setidaknya bagi publik Indonesia. 

Tapi apa boleh buat, pada sesi pemanasan pembalap asal Spanyol itu mengalami kecelakaan fatal pada tikungan ke-7 yang membuat dirinya terlempar sekaligus membuat motornya hancur. 

Absennya Marquez dalam MotoGP Mandalika 2022 mengecewakan publik Indonesia, seolah-olah ajang MotoGP tidak lengkap. Bahkan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, yang sempat berfoto bersama Marquez, mengaku sangat menanti performa Marquez dalam ajang MotoGP Mandalika 2022 ini.

Tidak turunnya Marquez, salah satu yang digadang-gadang menjadi juara adalah Miguel Olivier. Benar juga, Miguel Oliveira menjuarai MotoGP Mandalika 2022 yang mencapai finish dengan dengan catatan waktu tercepat 33 menit 27,223 detik, gelar pertama yang diraihnya setelah menjuarai GP Catalunya pada Juni 2021. 

Juara MotoGP Mandalika 2022
Miguel Oliveira

Memang Miguel Oliveira patut dapat acungan jempol. Aksinya cukup mencengangkan mengingat memulai balapan di posisi start kelima, tapi saat lampu hijau menyala, Oliveira menyalip ke kiri untuk melewati empat pembalap lainnya hingga menempati posisi pertama sampai akhir balapan.

BACA JUGA: MotoGP Mandalika 2022, Catatan Event Internasional di Lombok (1)

Dan andalan Yamaha, Fabio Quartararo naik podium menjadi juara kedua. Disusul J. Zarzo dari Ducati yang menempati posisi ketiga.

SERBA SERBI

Di tengah gegap gempita perhelatan MotoGP Mandalika 2022, banyak hal menarik untuk menjadi cerita dan catatan usai event balapan motor kelas dunia itu. Ini kutipan dari yang dialami netizen, penonton, wartawan, dan beberapa pihak yang dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan kabar MotoGP.

Kegesitan Para Marshall

Peran para Marshal di Sirkuit Mandalika sempat jadi perhatian, Sebelum perhelatan berlangsung, para Marshal lokal yakni petugas yang membantu di area lintasan saat terjadi insiden dalam balapan, dinilai tidak becus alias tidak profesional bekerja.

Marshal di MotoGP Mandalika
Marshal sedang bertugas

Tapi saat perhelatan MotoGP berlangsung, kegesitan para marshal mendapat pujian. Pujian itu datangnya dari Race Director MotoGP Mike Webb, mengaku puas kecakapan dan kecepatan marshal.

Para marshal sangat cakap dan cekatan dalam membersihkan permukaan lintasan. Dikutip dari D katadata.co.id terdapat 360 marshal yang disiapkan dalam balapan MotoGP Mandalika 2022 di Lombok. Mereka terdiri dari unsur Karang Taruna Kecamatan Pujut, Brimob Polda NTB, rescuer Basarnas, dan pendamping beberapa marshal dari Malaysia.

Mereka menunjukkan peningkatan kemampuan pesat sejak pertama dipekerjakan dalam ajang MotoGP di Indonesia.

Direktur Utama Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Priandhi Satria di Sirkuit Mandalika, Minggu (20/03) mencontohkan, salah satu insiden besar, ketika bagian bawah motor Alex Rins (Suzuki Ecstar) mengeluarkan api setelah Tikungan 12. Alex kemudian meninggalkan motornya di Tikungan 13. Insiden tersebut meninggalkan cukup banyak oli di lintasan, dan para marshal yang sebagian sudah bertugas di Mandalika sejak World Superbike (WSBK) pada 19 – 21 November 2021 lalu, bergerak cepat.

Para Marshal memadamkan api, mengangkat serpihan, dan membersihkan lintasan dari oli sehingga sesi bisa dilanjutkan. itu salah satu contoh, banyak yang lainnya membuat pengetahuan para marshal lokal dinilai jauh berkembang setelah mendapatkan masukan dari beberapa marshal Malaysia yang dibawa untuk berbagi pengalaman.

TGB nonton dari tribun

TGB nonton MotoGP Mandalika di tribun
TGB Nonton di Tribun B

Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat dua periode, TGH. Zainul Majdi memilih menonton di tribun B yang tiketnya berharga murah. Penonton di tribun kalau turun hujan harus siap dengan mantel hujan, kalau tidak harus siap basah kuyup, Untung TGH. Zainul Majdi yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) yang menonton bersama istrinya, mengenakan mantel hujan. Pertanyaannya, kenapa TGB menonton di tribun? Bukankah TGB punya andil besar sehingga terwujudnya Sirkuit Mandalika, dan ia patut mendapat perhatian khusus untuk duduk di ruang VIP. 

Netizen menulis di Facebook, bagaimana TGB mengatasi kesulitan dalam pengalihan lahan Mandalika yang saat itu dikuasai swasta (PTAN), lalu dipindahkan ke BUMN. TGB juga berperanan meyakinkan Dorna Sport bahwa proyek Mandalika ini adalah prospek. Belum lagi  saat itu harus meyakinkan Presiden Joko Widodo, karena saat itu Proyek Mandalika harus bersaing dengan Provinsi lain seperti Jabar, Sumatera dan Lampung. Bahkan nyaris saja sirkuit dibangun di Palembang, karena Gubernur Sumatera Selatan (saat itu) Alex Noerdin, sudah maju satu langkah, mulai pembebasan tanah.

BACA JUGA: Hari Minggu, Sirkuit Mandalika Dihadiri Penonton Istimewa

Pembuat status di FB itu duduk di samping TGB di tribun, ia tahu persis pihak Dorna Sport mendatangi TGB dan mengajaknya masuk ke ruang VVIP, demikian juga Paspampres membisiki kalau Pak Jokowi mengajaknya bersama di ruang khusus. Tapi TGB lebih memilih tetap menonton di tribun B. 

Adakah sesuatu yang membuat TGB ‘galau’ sehingga ia memilih tetap kekeh menonton dari tribun B? 

Pawang hujan impor

Seorang Netizen mencatat Raden Rara Isti Wulandari, pawang hujan asal Denpasar Bali – yang mengaku diundang para penggede di ITDC untuk menjinakkan hujan – ternyata lebih trending dari kabar kecelakaan Marc Marquez.

Ternyata Rara yang bisa blak-blakan bicara tentang dirinya itu bukan sembarang pawang hujan. Ia mengaku sebagai pawang hujan kaliber internasional, karena terbukti mampu ‘merekayasa’ cuaca di event besar, contohnya Asian Games 2018. 

Rara pawang hujan MotoGP Mandalika
Rara, pawang hujan

Rara sempat ‘didiskriminasi’, karena sebagian publik Lombok menyesalkan pihak yang ‘mengimpor’ Rara dari Bali, padahal pawang hujan lokal banyak yang tak kalah ampuhnya.

Rara sendiri mengaku, sebenarnya hujan yang mengguyur arena Sirkuit Mandalika itu memang harapan pihak penyelenggara, khususnya tim teknis dari luar negeri. Dengan turunnya hujan, suhu aspal sirkuit tidak tinggi, maksimal 50 derajat. Nah, apakah Rara juga mendapat tugas menurunkan hujan? 

Netizen menulis Rara telah menjadi bagian dari sejarah penyelenggaraan MotoGP Mandalika 2022. Setelah hujan lebat dan petir sempat menyambar arena sirkuit, setelah itu balapan MotoGP berlanjut setelah cuaca ‘terkendali’. Apakah Rara memang bisa mengendalikan cuaca?

Yang jelas, Tuhan Maha Penyayang. Selalu mengabulkan doa baik mahlukNya.

Mana bus penjemput?

Soal transportasi bus, baik yang hendak mengangkut penonton berangkat menuju Mandalika dan sebaliknya yang balik mengantar pulang, sempat menimbulkan kericuhan. 

Penonton MotoGP Mandalika ricuh

Padahal sebelumnya, pihak Dinas Perhubungan NTB yang didukung oleh Kementerian Perhubungan Indonesia yang menyediakan bus gratis mengatakan, shuttle Bus bergerak dari masing masing simpul transportasi dengan jam operasional yang telah ditetapkan.

Dishub NTB telah merilis rute bus gratis ke Sirkuit Mandalika dan waktu penjemputan serta pengantarannya, dan sebaliknya dari Mandalika balik ke tempat semula. Selain itu, bus gratis juga akan mengantarkan penonton MotoGP Mandalika pada 7 rute dari parkir barat dan parkir timur menuju gate 1, gate 2, dan gate 3 Sirkuit Mandalika.

Bahkan Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi memastikan, untuk mensukseskan seri II MotoGP Mandalika, Presiden Joko Widodo memerintahkan semua harus berjalan dengan baik, sebab ini merupakan momentum bagi  Indonesia agar semakin mendunia. 

“Misi presiden membuat Indonesia makin mendunia. Kami dapat perintah untuk memastikan semua (transportasi-red) harus berjalan baik. Kami harus serius,” ungkap Budi Karya Sumadi. Sebab, transportasi bagi para penonton ini memang menjadi masalah krusial yang harus dipastikan berjalan baik. 

Tapi nyatanya, banyak penonton yang mengaku tiba di rumah sampai larut malam. Tentu banyak penyebabnya,salah satunya banyaknya kendaraan yang lalu lalang di area Mandalika itu menyebabkan kemacetan. 

Terus di event sebesar ini, yang juga dihadiri Presiden Jokowi, bagaimana pihak mengatur arus lalu lintas. Kalau penonton terlantar, baik saat berangkat maupun hendak pulang, tanggung jawab siapa ya.

Ojek di MotoGP MandalikaALIKA

Usai perhelatan MotoGP, penonton yang seharusnya  dijemput menuju ke Parkir Barat atau ke Parkir Timur, harus menunggu sampai larut malam. Sebagian beruntung bisa menumpang ojek dengan biaya Rp 50 ribu ke Parkir Barat atau Rp100 ribu ke Parkir Timur. 

Setelah sampai ke ke Parkir Barat/Timur pun bukan serta merta para penonton mendapat angkutan pulang.***

 




Kisah ‘Primadona’ Nurul, Menolak Menikah Beda Agama

Gadis yang masa mudanya menjadi primadona di kotanya itu, kini telah menjalani masa tuanya, Di bawah terik matahari yang membakar kulit, Nurul (67), duduk di pinggiran sawah. Ia beristirahat di bawah sebuah pohon sambil menikmati sebotol air putih yang ia bawa dari rumahnya, bersama suaminya, Rahman (70)

lombokjournal.com ~ Inilah keseharian perempuan yang di masa mudanya bagai primadona di kotanya, menjadi idola para pria karena kecantikan dan kekayaannya. Lahir dari keluarga berada, bahkan bisa dikatakan kaya raya.

Tak heran kalau masa muda Nurul menjadi Primadona di kotanya. Banyak pria berpangkat termasuk yang memangku jabatan “tergila-gila” padanya. Namun, itu masa lalu Nurul. Kisah yang menghampiri hidupnya setengah abad yang lalu. Tubuh dan kulitnya yang dahulu putih dan mulus, kini tinggalah keriput yang menghitam akibat sengatan matahari yang tiap hari membakarnya.

Karena patah hati, Nurul pulang kampung di sebuah desa terpencil di Pulau Sumbawa dan memilih menikah dengan kerabatnya yang seorang petani. Sejak itulah, puluhan tahun ia menerima nasibnya menjadi seorang petani.

Perjalanan hidup yang penuh ironi, sempat membuatnya shock ketika pertama kali menyadari bahwa ia telah memilih menikah dengan pemuda kampung yang beda dengan pria-pria kota yang parlente yang pernah ia kenal. Namun, makin lama ia berpasrah diri, makin ia bisa menerima keadaannya itu meski terkadang ia sedikit minder.

Ketika ia memutuskan mengikuti kakaknya tinggal di Bandung, Jawa Barat, sekitar 40-an tahun yang lalu, ia menikmati kehidupan kota besar yang membawanya pada pergaulan berkelas.
Keputusan kakaknya untuk membawa Nurul ke Bandung kala itu lebih karena di Pulau Sumbawa tempatnya tinggal, ia banyak disukai para pria. Ia memang dikenal sebagai seorang perempuan cantik dan menawan.

“Istilah sekarang, di kota kecil tempatnya tinggal Bibi Nurul menjadi role model. Apa yang dipakainya akan diikuti orang lain. Begitu juga dengan gaya rambut dan model pakaiannya. Jika memakai sanggul, miring seinci pun akan membuat ia berdandan berjam-jam, seolah tiada habisnya jika dandannya tidak sempurna,” ungkap Rahmi, salah seorang keponakannya.

Cantik, menawan, pintar dan dikenal membuat banyak pria menyimpan hati padanya.
Namun Nurul seperti tidak bersemangat untuk pacaran. Hingga suatu hari seorang pria dengan kedudukan jabatan yang baik nekad datang melamarnya pada kakaknya karena kala itu orang tua mereka telah meninggal dunia.

BACA JUGA: Bau Nyale, Ini Kisah Drama Cinta Puteri Mandalika

Karena ia merasa tidak menyimpan hati untuk pria tersebut ia menolak. Penolakannya itu membuat si pria nekad dan memilih melarikannya. Beruntung, pria tersebut baik hati karena terlalu mencintainya sehingga Nurul tidak mengalami pelecehan atau lainnya.

Selama dua hari dilarikan pria itu, Nurul baik-baik dan aman saja. Nurul sendiri tidak marah pada pria itu karena ia tahu pria itu mencintainya apalagi dia memperlakukannya dengan baik selama “pelarian” itu.
“Kejadian itu bikin heboh di kota kecil tempat Bibi Nurul tinggal,” kata Rahmi.

Kisah itu sempat membuat beberapa pria yang juga menyukai Nurul “patah hati”. Melihat situasi demikian, kakak Nurul akhirnya membawa Nurul tinggal bersamanya di Bandung.
Di sana, Nurul melanjutkan sekolah guru TK-nya dan dengan mudah masuk dan bergaul meski pun itu kota besar. Ia banyak memiliki kawan-kawan hingga konon ia berkawan dengan orang-orang berkelas.

“Bibi Nurul punya pacar seorang pilot, tampan dan baik,” kata Rahmi. Mereka menjalin hubungan cukup lama bahkan hingga sekolah Nurul selesai.

Suatu hari, di saat sang pilot berlibur dan mengunjunginya di Bandung, mereka pun jalan-jalan bersama. Mereka berdua sengaja naik becak berkeliling kota. Di tengah jalan, Nurul di lamar oleh kekasihnya.
Alangkah senang hati Nurul mendengarnya. Obrolan pun berlanjut hingga ke rencana pernikahan yang rupanya mereka sepakati bersama.
Kedua sejoli ini larut suka cita karena keduanya merasa bahwa cinta mereka segera bersatu. Seluruh kesepakatan mereka buat sambil meneruskan naik becak bersama. Termasuk soal waktu sang pilot yang tidak setiap waktu bisa bersamanya karena harus terbang dari satu kota ke kota lainnya.

Setelah semua sepakat, tibalah waktunya mereka membahas soal tempat pernikahan.
“Di sanalah Bibi Nurul baru tahu kalau calon suaminya itu beda agama,” kata Rahmi.

Nurul sesaat tersentak dan diam. Selama mereka berhubungan, karena jarang bertemu, ia memang tidak pernah bertanya soal agama. Yang ada di kepalanya laki-laki itu Muslim, seagama dengannya karena tiap kali ketemu ia selalu mengucapkan salam dan sapaan-sapaan keseharian seorang Muslim.

Nurul tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya dan langsung menyampaikan keberatannya pada calon suaminya jika harus menikah di luar cara Islam. Di lain pihak, rupanya calon suaminya pun bertahan bahwa ia tetap ingin menikah memakai cara agamanya.

Sempat terjadi percekcokan hingga akhirnya Nurul pulang dalam keadaan menangis. Nurul mengurung diri di kamar beberapa hari tidak keluar. Matanya sembab dan ia murung. Hingga akhirnya kepada kakaknya ia minta pulang ke kampung.

Oleh kakaknya sebenarnya mereka telah dipertemukan untuk bisa bicara lebih jauh dalam diskusi dengan kepala dingin. Rupanya diskusi itu mentok karena masing-masing bertahan dengan agama yang dianutnya. Pembicaraan yang menemui jalan buntu itu, akhirnya membuat Nurul tetap memutuskan pulang kampung.

Lari dan bersembunyi dari calon suaminya. Ia memilih tempat yang sangat jauh dan terpencil, di sebuah kampung asal ibunya. Padahal ibunya sendiri belum pernah tinggal di kampung tersebut karena sejak kecil telah tinggal di kota.

Tanpa pikir panjang, ia tidak ingin lagi berurusan dengan banyak pria yang juga dulu “memperebutkannya” ditambah lagi ia tak ingin calon suaminya itu menemukannya, ia minta dinikahkan dengan keluarganya yang tinggal di desa itu.
Tentu saja, pemuda yang telah memberinya tiga orang anak itu, seperti ketiban bulan, rezeki yang tidak pernah diduganya. Pernikahan mereka berjalan mulus dan Nurul menyerahkan nasibnya pada suami yang seorang petani.

Saat pulang dari Bandung, Nurul tidak kembali ke kota tempat mereka tinggal bersama orangtuanya melainkan ia pulang kampung. Hal itu dilakukannya karena Nurul sudah tidak memiliki apa-apa.
Harta kekayaan orangtuanya yang banyak, tidak ditemuinya lagi. Beberapa toko, rumah dan aset-aset lain milik saudagar ini telah dikuasai oleh  saudara-saudaranya (paman-paman Nurul).

Sebelum ayah dan ibunya meninggal, toko sembako terbesar milik mereka di kota itu, terbakar habis tak meninggalkan sisa sama sekali.
Awalnya kondisi ekonomi mereka tidak terganggu dengan terbakarnya toko tersebut karena masih memiliki aset-aset lainnya. Situasi mulai berubah setelah orangtuanya meninggal.

Seperti dalam sinetron-sinetron, harta mereka “dirampas” dan diakui oleh paman-pamannya yang tinggal di kota itu. Benar-benar tidak ada sedikit pun yang tersisa untuk mereka. Kakak beradik itu pun memilih pergi dari kota tersebut tanpa membawa apa-apa.

Mereka tidak sedikit pun mendapatkan hak-hak dari harta yang ditinggalkan oleh orang tua mereka.

BACA JUGA: Basri, Kakek yang Pantang Menyerah Meraih Sarjana

“Allah kan maha tahu dan maha melihat,” ujar Nurul pelan sambil tersenyum dan menyiangi padi di sawahnya.
Nurul dan kakaknya ikhlas atas apa yang dilakukan oleh paman mereka. Kedua anak yatim piatu itu akhirnya memilih pergi mencari kehidupan sendiri di luar kota. Begitu kembali ke kota itu mereka sama sekali tidak menemukan secuil pun dari harta orangtua mereka.

Sejak itulah ia diambil kakaknya untuk tinggal di Bandung beberapa tahun hingga akhirnya Nurul memilih kembali ke kampung asal ibunya dan menikah. Segala dendam dan sakit hati atas berbagai peristiwa perjalanan hidupnya, telah hilang.

Ia menerima kehidupannya hari ini sepahit apa pun itu.

Selama obrolan, Nurul memang tidak banyak bicara, ia hanya tersenyum-senyum saja, ketika keponakannya menceritakan kisahnya. Satu hal yang selalu ia katakan pada keponakan-keponakannya, hidup ini adalah pilihan. Jalani apa yang menjadi pilihan itu dalam keikhlasan lalu nikmati dengan ketulusan.

Nurul, perempuan dengan pesona yang indah telah memilih hidup sebagai seorang petani dalam keikhlasan dan kesabaran menjalani hari-harinya. Sesekali, beberapa pria yang pernah sangat menyukainya, kerap bertanya tentang keberadaannya pada keponakannya ini.

Ketika menghilang, Nurul tidak main-main. Meski ia selalu menjadi trendsetter di kota tempatnya tinggal, ia tidak segan bersembunyi di tempat yang tidak bisa dijangkau orang lain.
Ia lari dan bersembunyi dari dunia yang pernah menawarkan “keindahan hidup” tersebut demi satu pilihan yang selalu dijalaninya dengan ikhlas dan sabar.***




Kisah Anak Majikan, Jadi Supir Tak Beruntung di Arab Saudi

Kisah dan pengalaman Haris (34), saat bekerja sebagai TKI di Riyadh Arab Saudi, memberikan gambaran, tidak hanya TKW yang mengalami perlakuan buruk dari majikan. Naniek I Taufan menuliskan kisah nasib tak beruntung  seorang TKI

MATARAM.lombokjournal.com ~ Haris yang memilih melarikan diri dari rumah majikannya mengalami banyak hal tidak menyenangkan selama hampir tiga tahun menjadi TKI di negeri tersebut. 

Sebagai orang yang pernah hidup berlebihan saat ayahnya yang tinggal di Pulau Sumbawa kaya raya, ia pernah merasakan menjadi majikan. Namun, ketika usaha ayahnya terus surut, membuat ia memutuskan bekerja sebagai TKI demi kebahagiaan istri dan anak-anaknya. Ia pun rela saban hari diperintah untuk melakukan segudang aktivitas bekerja. Inilah kisah anak majikan yang akhirnya menjadi supir.

Perjalanan hidup manusia tidak selamanya berada di atas melainkan berputar. Dan ini pasti dialami oleh semua orang. Roda kehidupan itu akan terus berputar, hari ini susah besok atau ke depannya belum tentu susah terus namun bisa mendapat kesenangan. Demikian pula sebaliknya, hari ini senang besok dan selanjutnya belum tentu selalu senang, bisa jadi susah. Itulah yang dialami oleh Haris. Ia tinggal bersama orangtua yang berada dan memiliki banyak anak buah yang juga siap mengantarkan ia ke mana-mana. Lalu ketika ia bekerja di Riyadh Arab Saudi pada tahun 2012-2016  hal itu berbalik, Harislah yang mengantar anak-anak majikannya ke mana-mana. Ia menjadi supir pada sebuah keluarga berada di negeri Arab.

Kisah memilukan pekerja migran
TKW yang dikabarkan hilang di Arab Saudi

Masa kecil Haris sangatlah bahagia. Ia dibesarkan dalam lingkungan berkecukupan dari ayah yang seorang pengusaha. Kehidupannya bersama kedua orang tua dan tiga saudaranya yang lain, jauh dari kekurangan. Bisa dibilang, semua hal yang diinginkannya bisa dibeli oleh ayahnya, pakaian, kendaraan hingga mobil dengan mudah bisa didapatkan. Saat kejayaan orang tuanya itu, ia nikmati sejak lahir hingga duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).  Namun pada masa SMA, usaha ayahnya sedikit demi sedikit mulai surut. 

“Awalnya memang belum terasa karena ayah punya cukup banyak tabungan saat itu,” kata Haris sambil tersenyum. 

Di masa mulai surut usaha ayahnya, Haris dan saudara-saudaranya masih belum merasakan kekurangan karena tabungan ayahnya masih mampu menopang kehidupan ekonomi mereka. Tapi sejauh mana tabungan itu kuat menopang kebiasaan hidup mewah mereka sekeluarga dengan kejatuhan ekonomi yang semakin hari semakin parah, membuat ayahnya menyerah. “Tanah-tanah, mobil-mobil dan kendaraan lain serta rumah-rumah kami, mulai terjual satu persatu untuk menyambung kebutuhan sehari-hari, hingga tidak bersisa sama sekali,” ujarnya. 

BACA JUGA: Ini Juga Emansipasi, Suami Camat Kayangan Jadi Ketua TP PKK

Hanya dalam waktu lima tahun, harta mereka plus tabungan ayahnya, ludes untuk keperluan sehari-hari termasuk biaya sekolah mereka dan kuliah kakak sulungnya yang hidup mewah di perantauan. Kejatuhan itu terasa sangat memukul mereka. Kakak sulungnya itu pun akhirnya tidak melanjutkan kuliah sedangkan ia berhenti setelah lulus SMA dan dua adiknya hanya sampai tamat sekolah dasar karena memilih bekerja. Dari hasil penjualan aset ayahnya, mereka dibekali masing-masing uang yang diserahkan untuk dikelola sendiri-sendiri. Lagi-lagi, kebiasaan hidup enak menyeret uang tersebut sampai habis tak bersisa. Rani, kakak sulungnya menikah dan terpaksa harus bekerja banting tulang berjualan di pasar. Pekerjaan yang jauh dari basis kehidupan mereka. 

“Kak Rani orang yang gengsian itu akhirnya mau tidak mau memilih berjualan ikan di pasar tradisional,” katanya. 

Rani sendiri berujar bahwa untuk dapat makan sehari-hari, gengsi tidak bisa menyelesaikan masalah. Maka ia memilih dengan segala rasa malu yang harus ia lawan, berjualan di pasar. Haris sendiri setelah menikah tidak tahu harus berbuat apa. Sementara kedua adiknya yang hanya lulus SD itu, ikut bekas anak buah ayahnya bekerja apa saja ke sana kemari. 

Atas keinginan kembali hidup yang lebih baik, Haris pun memutuskan meninggalkan Pulau Sumbawa, berangkat ke Riyadh, setelah sebelumnya kena tipu perekrut tenaga kerja sehingga uang hasil pembagian dari penjualan aset ayahnya habis tak tersisa. Tahun 2010, setelah menjalankan karantina selama dua bulan di Jakarta dan membayar Rp 11 juta, tepatnya di bulan Desember, Haris berangkat ke Riyadh untuk menjadi seorang supir dari keluarga purnawirawan polisi di sana. 

Keluarga ini termasuk keluarga besar karena memiliki tujuh orang anak (4 laki-laki dan 3 perempuan). Mereka memiliki beberapa mobil dan Haris bertanggung jawab mengurus dua mobil dan menjadi supir untuk tiga anak perempuannya. Berbagai perilaku majikan dan anak-anaknya ini merepotkannya sejak pertama kali ia bekerja. Dua anaknya sekolah dan kuliah sedangkan satu anak lagi adalah seorang janda yang menurut Haris, “nakal”. 

“Ini yang paling bikin repot. Suka melanggar aturan keluarga senang pergi ke tempat hiburan bahkan hingga dini hari,” katanya. 

Hari-harinya bekerja sebagai supir selalu kena marah dan caci maki. Tidak jarang ia kena pukulan. Pasalnya, ia jadi tidak mengerti harus mengikuti aturan yang mana. Orang tua bilang anak-anak tidak boleh pulang dini hari sedangkan anak-anak memaksanya untuk mengantar hingga waktu yang tidak terbatas. 

“Ikut kata orang tua, anaknya yang kasar dan main pukul jika saya menolak. Ikut kata anaknya, orang tuanya yang menganiaya saya dan dikatakan melanggar aturan,” ujarnya. 

Yang lebih parah menurutnya, anak majikannya ini kerap kali menaikkan laki-laki di tengah jalan ke dalam mobilnya. 

“Nanti mereka masuk mall dan pulangnya dini hari. Saya harus menunggu di parkiran semalaman,” ujarnya.

Sudah capek mengurus anak majikan yang selalu keluar tanpa jeda, ia juga harus mengantar jemput kedua anak lainnya sampai ke acara jalan-jalan ke mall atau ke rumah kawannya. Jam kerja yang ditentukan sesuai kontrak, tidak lagi berlaku. Dengan gaji hanya sekitar Rp 2.5 juta, Haris bekerja siang malam, hampir 24 jam. 

“Jika ingin istirahat tidur sebentar saja, HP harus selalu di bawah telinga, karena jika ada telepon ia harus segera bangkit tidak ada alasan apa pun apalagi ngantuk dan istirahat,” katanya. 

Haris tinggal di bagian depan rumah tersebut dekat satpam. Ia sama sekali tidak diperbolehkan masuk rumah. Ia hanya bisa ketemu dengan pembantu rumah tangga yang orang Jawa Timur, saat mereka keluar untuk buang sampah. 

Haris merasa benar-benar tenaganya habis. Makan juga tidak teratur. Selama bekerja di sana, para pembantu rumah tangga dan supir serta satpam, diberi makanan sisa mereka. Karena sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan majikan yang makin hari makin sering memukulnya, ia pun melawan dan meminta berhenti bekerja saat kontrak kerjanya dua tahun berakhir. 

“Tapi majikan tidak mengizinkan saya berhenti, paspor, KTP dan semua surat-surat saya ditahan,” katanya. 

Mereka hanya berjanji saja, selalu bulan depan atau liburan sekolah ia baru diizinkan berhenti bekerja. Jika saja perlakuan mereka baik, kemungkinan Haris masih mau bertahan untuk bekerja, tapi mengingat buruknya perlakuan tersebut, ia memilih kabur dari rumah majikannya, setelah setahun tertahan. 

Suatu hari ia memberanikan diri melarikan diri dari rumah majikannya setelah bertengkar hebat melawan majikannya itu. Diam-diam ia lari meminta pertolongan pada perwakilan perusahaan yang “menjualnya” pada keluarga itu yang ada di Riyadh. Namun tidak diurus sama sekali. Ia diminta melapor pada polisi setempat (seperti Polsek). 

Sialnya, salah seorang anak majikannya yang seorang polisi malah memaki dan mengusirnya. Ia juga datang ke imigrasi untuk mengurus kepulangan, juga terdapat salah seorang kerabat majikannya. Pengurusan surat-suratnya dipersulit sedemikian rupa. 

BACA JUGA: Bau Nyale, Ini Kisah Drama Cinta Putri Mandalika

Maka luntang-lantunglah ia sampai akhirnya ia lari ke KJRI Riyadh. Tiba di sana, ia meminta perlindungan dan menceritakan semua permasalahannya serta ia menginformasikan bahwa masa kontraknya telah habis dan ia ingin kembali ke Indonesia.

“Sempat diurus oleh KJRI sampai mendatangi rumah majikan saya. Tapi perlakuan majikan saya pada staf KJRI yang mengantar saya untuk meminta surat-surat saya agar saya bisa pulang ke Indonesia, sangat kasar dan tidak menghargai. Kami malah dicaci maki dengan kata-kata tidak pantas,” katanya. 

Ia dan staf KJRI pun pulang dengan tangan hampa. Empat bulan ia tinggal di penampungan KJRI Riyadh menunggu agar semua surat-surat kepulangannya dapat diurus. Sampai akhirnya, Desember 2016, ia dapat kembali di tanah air. Haris bersyukur dapat kembali berkumpul dengan keluarganya dalam keadaan selamat mengingat terlalu banyak kisah sedih rekan-rekannya sesama TKI di luar negeri yang hingga saat ini tidak bisa pulang karena berbagai persoalan. Ia mengaku tidak berminat lagi bekerja di luar negeri. 

“Apa pun pekerjaan akan saya lakukan di kampung halaman ini, agar saya bisa berkumpul dengan anak dan istri,” katanya.***

 




Bau Nyale, Ini Kisah Drama Cinta Putri Mandalika

Festival Bau Nyale yang diselengarakan tiap tahun di Lombok Tengah menyimpan cerita menarik tentang legenda Puteri Mandalika. Beberapa tulisan dari Nanik I Taufan mendeskripsikan Festival Bau Nyale dari beberapa sisi lain, untuk memahami lebih jauh event yang baru saja berlangsung

MATARAM.lombokjournal.com ~ Di atas bukit Batu Angkus yang terletak di bibir Pantai Seger, Kuta Lombok Tengah, seorang perempuan jelita berdiri putus asa. Di sekitarnya ada beberapa lelaki (Pangeran) yang siap menanti satu keputusan darinya. Dan ketika waktu yang ditunggu itu tiba, bicaralah ia kepada mereka.

Wahai para pangeran dan rakyatku, aku tidak akan memilih satu dari para pangeran yang melamarku. Demi kebaikan bersama, demi kedamaian negeri ini, aku tidak memilih seorang pun dari kalian. Aku akan menjadi milik semua orang. Jika kalian mencintaiku, temui aku di tempat ini pada tanggal 20 bulan 10 setiap purnama tiba”.

Bau Nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika
Personifikasi Puteri Mandalika

Dalam legendanya, beginilah kira-kira kalimat terakhir yang sempat diucapkan perempuan yang kemudian memutuskan terjun ke laut dengan cara tiba-tiba. Para pangeran yang menantinya tentu saja kaget dan tidak menduga perempuan yang mereka rebut itu, tidak memlih satu pun dari mereka melainkan memilih menjadi milik semua orang.

BACA JUGA: Protein Tinggi dan Antimikroba pada Cacing Nyale

Adegan semacam ini kerap dipentaskan dalam mengenang perempuan yang menjadi legenda dalam masyarakat Sasak Lombok. Dialah Putri Mandalika, anak Raja dari Kerajaan Tonjen Beru, Lombok Selatan. Cantik jelita nan menawan, berbudi pekerti luhur sehingga membuat para pangeran kerajaan tetangga jatuh hati padanya.

“Kecantikan dan keluhuran budinya kesohor tidak hanya di Pulau Lombok melainkan hingga di luar Pulau Lombok sehingga ia menjadi rebutan. Para Pangeran sama-sama tidak mau mundur selangkah pun untuk dapat mempersuntingnya,” ungkap Lalu Putria, Budayawan Sasak.

Dikisahkan, perebutan tersebut terjadi antarpangeran yang berasal dari kerajaan yang ada di Pulau Lombok antara lain, Kerajaan Bumbang, Rambitan, Johor, Kedaro, Prabu Dundang dan lain-lain. Nyaris terjadi perang saudara karenanya. Putri Mandalika melakukan semedi untuk mencari petunjuk apa yang harus dilakukannya.

Ia bersemedi di sebuah hutan lalu mendapatkan petunjuk bahwa keputusan yang harus diambilnya adalah yang terbaik bagi dirinya, keluarga dan masyarakat Sasak.

Suatu hari pada waktu dan tempat yang telah disepakati, yakni pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak bertepatan dengan purnama, lanjut Putria yang juga mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah ini,  pada Bukit Batu Angkus di pesisir Pantai Seger, ia pun mempersilahkan para Pangeran dan masyarakat datang ke sebuah tempat yang sudah disepakati untuk menyaksikan ia mengambil keputusan.

BACA JUGA: Festival Bau Nyale Sukses Digelar, Event Buda Pra MotoGP

Di sanalah Sang Putri memberikan pelajaran bagi semua Pangeran dan masyarakat, bahwa dalam kebimbangannya menjatuhkan pilihan, ia tidak memilih salah satu dari mereka yang memperebutkannya melainkan ia memilih mengorbankan dirinya dengan terjun ke laut demi mencegah terjadinya pertumpahan darah.

Ia memutuskan menjadi milik semua orang dengan cara menyerahkan dirinya pada alam, melompat ke laut dan menghilang.

Inilah akhir dari drama cinta Putri Mandalika, ketika ia menghilang di lautan lepas itu, angin kencang dan hujan badai pun datang. Para pangeran dan masyarakat yang hadir terkesima menyaksikan pengorbanan Putri Mandalika. Mereka menanti kembalinya Sang Putri. Namun Mandalika menghilang dan tak pernah muncul ke permukaan.

Mereka pun berduyun-duyun menuju lautan untuk menemukan dan menyelamatkannya. Tetapi Putri Mandalika benar-benar menghilang. Yang mereka temukan hanyalah jutaan cacing berwarna-warni yang menyala dan mengkilap diterpa sinar matahari..

“Cacing-cacing yang dikenal dengan nama Nyale inilah yang akhirnya dipercaya oleh masyarakat Sasak Lombok sebagai jelmaan Putri Mandalika. Cacing-cacing nyale ini tidak hanya ditemukan di Pantai Seger melainkan di sepanjang pesisir pantai bagian selatan Lombok, seperti Pantai Arguling di bagian barat Pantai Kuta Lombok, Pantai Mawun di Grupuk, jutaan nyale ditemukan,” katanya.

Sejak itulah, tiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak (tahun 2022 ini jatuh pada tanggal 20-21 Februari), ratusan ribu warga Lombok akan tumpah ruah menanti “kedatangan” Putri Mandalika

yang menjelma dalam bentuk cacing nyale di sepanjang pesisir pantai selatan Lombok. Maka tiap tahun penanggalan Sasak tersebut, masyarakat Lombok selalu menyelenggarakan ritual Bau Nyale (menangkap Nyale).

Sejauh ini, dari tahun ke tahun, perhitungan waktu munculnya nyale selalu tepat dan sangat jarang meleset. Sebelum ritual inti bau nyale dilakukan, diawali dengan penentuan tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak yang dilakukan oleh para pemangku adat Sasak yang berasal dari empat penjuru angin yakni, Timu’ (timur), Bat (barat), Lau’ (selatan) dan Daye (utara).

Untuk menentukan tanggal ini dilakukan ritual Mapan yakni melihat petunjuk pada sebuah buku semacam primbon (Jawa) yang disebut Papan Urige. Perhitungan ini dilakukan dengan cara tradisional. Masing-masing pemangku akan menghitung dengan caranya masing-masing dan setelah itu mencarikan titik temunya bersama-sama.

Selain itu, para pemangku adat yang telah turun temurun melakukan perhitungan waktu ini juga menggunakan tanda-tanda alam seperti gemuruh deru ombak yang lebih kuat dari biasanya, hujan angin disertai kilat yang menyambar dan petir bersahutan, yang dikenal dengan gerem genteng. Juga tanda-tanda alam lain berupa terlihatnya Bintang Tenggale yang posisinya kira-kira sama dengan penentuan hilal (menentukan waktu puasa pertama).

“Semakin kencang hujan angin turun maka semakin banyak nyale keluar. Namun jika waktu yang ditentukan itu tanpa hujan lebat dan angin kencang, nyale biasanya hanya sedikit,” kata Putria.***

 




Ini Juga Emansipasi, Suami Camat Kayangan Jadi Ketua TP PKK

Untuk diketahui, urusan TP PKK bukan urusan perempuan atau hanya jadi wewenang ibu-ibu, sebab di Kecamatan Kayangan Lombok Utara, yang pimpin gerakan PKK adalah seorang bapak

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Ini cerita menarik dari Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK).

Jadi jangan dikira soal PKK hanya urusan perempuan atau hanya jadi wewenang kaum ibu. Tidak selalu PKK itu identik semata gerakan perempuan.

Agus Edy Sulaeman alias Jebul

Ini buktinya, TP PKK Kecamatan Kayangan bukan dipimpin perempuan melainkan digerakkan laki-laki yakni Agus Edy Sulaeman, S.Pt, yang tidak lain adalah suami Ibu Camat Kayangan, Siti Rukaiyah, S. Pt

Memang, Agus Edy Sulaiman merupakan satu-satunya laki-laki yang menjabat sebagai Ketua TP PKK Kecamatan di “Gumi Tioq Tata Tunaq” Kabupaten Lombok Utara, NTB.

Menurut Agus yang akrab panggilan Jebul, dirinya menjadi Ketua TP PKK di Kecamatan Kayangan lantaran Istrinya menjadi Camat di Kayangan.

“Kalau Istri menjadi Camat, maka suaminya harus menjadi Ketua TP PKK di wilayah kerjanya,” tukas Jebul, saat di konfermasi wartawan media ini, Kamis (30/12/21).

Setiap kegiatan TP PKK yang dIjalankan bukan semata bersifat seremonial.

BACA JUGA: Dusun Berariran di KLU Jadi Dusun Terintegrasi

“Melainkan kegiatan yang dapat dirasakan langsung oleh keluarga-keluarga Di setiap Kecamatan, Desa dan di tingkat pesusunan,” tutur Agus.

Menurutnya, PKK di setiap wilayah dan tingkatan masing-masing harus kembali pada rohnya yaitu sebagai gerakan masyarakat untuk pemberdayaan keluarga. Begitu Agus menuturkan dengan yakin..

Lanjut dia, gerakan PKK sesungguhnya adalah potensi pembangunan bagi bangsa dengan memahami potensi yang dimiliki.

Maka, katanya, harus digelorakan dan dipelihara serta dikembangkan secara terus menerus.

“Atas dasar itulah program kerja PKK ke depan harus langsung dapat dirasakan masyarakat,” katanya sungguh-sungguh.

Agus pun berharap, agar TP PKK Kecamatan dan maupun Desa Kayangan dan desa yang lainnya agar memahami dengan baik dan benar, mulai struktur kelembagaan, tugas, dan fungsi yang diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri.

“Sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi lembaga dengan tata kelola yang baik secara terstruktur dan hierarki,” pintanya.

Selain itu mereka mampu melaksanakan 10 program pokok PKK. Serta mendukung program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Pusat.

Dengan melaksanakan kegiatan yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat.

BACA JUGA: Bupati Lombok Utara Resmikan Jembatan Persada Hati

“Mari sinergikan kekuatan kita, kreativitas kita dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan karakter anak bangsa yang beriman, bertaqwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, agar memiliki akhlak yang mulia dan berbudi pekerti luhur,” kata Agus dengan yakin.

Angkat jempol untuk Bapak Ketua TP PKK Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.

@ng

 




Awas, Covid-19 Varian Omicron Menular Ratusan Ribu per Hari

Covid-19 varian Omicron penyebarannya terbukti sangat cepat. Di Inggris, dari 10 kasus/hari, saat ini sudah mencapai 70.000 kasus/Hari. Lebih tinggi dari puncak kasus di Indonesia pada bulan Juli, yang mencapai 50.000 kasus/hari

MATARAM.lombokjournal.com ~ Apakan varian Omicron, yang disebut jauh lebih cepat menular dari varian Delta, sudah masuk di Indonesia?

Jangan kaget, Covid-19 varian Omicron sudah masuk Indonesia.

Gejala terinfeksi Omicron

Itu diungkapkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, diketahui salah satu dari tiga pekerja kebersihan di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta positif Omicron setelah dilakukan Genome Sequencing.

Dalam konferensi pers, Kamis (16/12) Budi Gnadi mendeteksi ada pasien N terkonfirmasi Omicron per 15 Desember 2021. Pasien N adalah pembersih di Wisma Atlet, tanggal 8 Desember 2021 sampelnya diambil kemudian dikirim ke Kemenkes untuk di tes whole genome sequencing (WGS).

Ada tiga pekerja pembersih yang positif tapi hanya 1 yang disbut positif Omicron.

Nah, kalau varian Omicron sudah masuk di Indonesia, perlu kita tahu lebih bayak varian baru dari Covid -19 yang kecepatan penularannya sangat dasyat.

BACA JUGA: Menuju Gaya Hidup Sehat, Ini 4 Langkah yang Perlu Diketahui

Jadi tinggal tianggal tunggu waktu, kapan varian Omicron menginfeksi beribu-ribu orang di Indonesia. Dan saat itu tidak akan lama.

***

Christoph Neumann-Haefelin, seorang ahli imunologi di University Medical Center Freiburg mengatakan, tak lama lagi Omicron menjadi varian dominan dari virus Corona, SARS-CoV-2 sekitar pertengahan Januari.

Omicron akan menggantikan varian Delta, yang hingga kini menjadi salah satu  strain yang paling menular sejak pandemi COVID-19 dimulai.

Neumann-Haefelin memperkirakan, tingkat infeksi akan melonjak secara dramatis, mungkin hingga ratusan ribu per hari.

Ini tidak main-main, hal itu didasarkan pada data internasional yang telah dipelajari oleh para peneliti Jerman.  Ambil contoh Inggris, di mana tingkat infeksi Omicron berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari.

Dirk Brockmann, fisikawan di Humboldt University of Berlin mengatakan, penularan varian ini mencapai tiga hingga empat kali lebih tinggi daripada tingkat infeksi varian sebelumnya.

Mereka berpikir, mungkin saja 20-34 juta orang dapat terinfeksi Omicron antara sekarang (Desember 2021) dan April 2022 — itu sekitar setengah dari populasi Inggris — meskipun ada aturan yang diperkuat tentang jarak sosial, masker medis, penutupan sekolah, dan banyak lagi.

“Saya akan terkejut jika kita tidak melihat situasi serupa di sini di Jerman,” kata Brockmann.

 Pemerintah harus bertindak sekarang

Brockmann mengatakan politisi harus segera bertindak, menyiapkan rencana darurat untuk berbagai skenario dan kemudian menerapkannya ke dalam tindakan.

“Kita harus memperlambat penyebaran virus untuk membatasi kerusakan,” menurut Brockmann.

Tapi dia mengakui, tidak mungkin untuk menghentikannya secara langsung.

Pakar Jerman mengatakan, komunitas harus mengurangi kontak sosial dan mobiitas orang secara drastis, mirip dengan apa yang mereka lakukan pada lo pertama.

“Tapi kami harus melakukan lebih banyak lagi mengingat kecepatan penyebaran varian ini,” kata Brockmann.

Kebal Kekebalan

Omicron tidak hanya lebih menular daripada varian lain dari Virus Corona, tetapi juga dapat menghindari respons kekebalan kita – yang oleh para ahli disebut “kebal kekebalan”.

Itu berarti orang yang sudah vaksinasi beberapa kali, dan bahkan mereka yang mendapat suntikan booster, masih bisa terinfeksi.

BACA JUGA: Presiden Minta Vaksinasi di NTB Khususnya Loteng Dipercepat

Jab booster akan meningkatkan perlindungan Anda hingga 70-75%, dan itu juga akan mengurangi risiko infeksi parah. Tapi itu juga bisa memberi Anda rasa aman yang salah, kata Sandra Ciesek, Direktur Institute of Medical Virology di University.  Rumah Sakit Frankfurt.

Ciesek mengatakan, meskipun penting untuk mendapatkan vaksinasi yang tidak divaksinasi, jab pertama tidak akan cukup untuk melawan Omicron.

“Dibutuhkan berminggu-minggu bagi sistem kekebalan untuk mengembangkan pertahanan,” katanya.  “Virusnya bergerak lebih cepat dari itu.”

Omicron lebih berbahaya dari yang orang pikirkan.

Ciesek melanjutkan dengan mengatakan, Omicron kemungkinan sama berbahayanya dengan varian virus lainnya – meskipun beberapa laporan menunjukkan bahwa itu hanya dapat menyebabkan infeksi ringan.

Data awal dari Inggris dan Denmark menunjukkan bahwa tingkat rawat inap untuk orang yang terinfeksi Omicron tidak jauh berbeda dengan mereka yang terinfeksi varian delta.

Pada awal gelombang Omicron, laporan dari Afrika Selatan memberi harapan bahwa varian tersebut tidak terlalu berbahaya dibandingkan delta, karena banyak orang di sana hanya mengalami infeksi ringan.

Tetapi sejak itu, semakin banyak orang yang terinfeksi Omicron harus dirawat di rumah sakit.  Inggris adalah negara pertama yang melaporkan kematian dengan Omicron.

Ciesek mengatakan, sulit untuk membandingkan situasi Eropa dengan Afrika Selatan, di mana populasinya rata-rata lebih muda, dan di mana banyak orang telah memiliki infeksi virus corona sebelumnya.

 Sistem kesehatan bisa runtuh

Para ahli juga memperingatkan, jika tingkat infeksi terus meningkat secara dramatis, sistem kesehatan mungkin akan runtuh.

“Ambil contoh, Inggris lagi: Perkiraan rawat inap antara 3-5.000 orang akan membebani “seluruh mesin,” kata Brockmann.

Jenis baru Covid-19 Varian Omicron

Banyak rumah sakit yang berjuang seperti itu dan mereka tidak akan dapat menerima lebih banyak pasien, terutama karena lebih banyak pasien berarti risiko tenaga medis yang terinfeksi juga lebih tinggi.

Brockmann mengatakan kita bisa melihat efek kaskade, tidak semuanya dapat diprediksi.  Jadi peneliti meminta politisi untuk bertindak tegas – “Waktu hampir habis,” kata Brockmann.

Ciesek juga mengatakan bahwa dia merasa Jerman tidak siap, menambahkan bahwa dia sangat prihatin dengan situasi tersebut.

Memang, ini adalah skenario terburuk tetapi ketiga ahli sepakat, tidak cukup hanya berharap Omicron menunjukkan dirinya kurang berbahaya daripada varian lainnya.

Neumann-Haefelin mengatakan angan-angan seperti itu akan mirip dengan “berjalan ke dalam bencana dengan mata terbuka.”

(dari berbagai smber)

 




Pembangunan KEK Mandalika, Bikin NTB Dilirik Dunia

Dibagunnya KEK Mandalika, jajaran Pemerintah Daerah, para alim ulama, dan seluruh masyarakat Lombok Tengah berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo. Wabil khusus kepada Presiden Indonesia ke-5 Ibu Hj Megawati Soekarnoputri

MATARAM.lombokjournal.com ~ PERISTIWA 9 April 2015 itu tak akan pernah bisa dilupakan Bupati Lombok Tengah dua periode (2010-2020), H Suhaili FT, tiap kali mengingatnya, batinnya trenyuh kemudian matanya sembab.

Ia sedang bertutur saat pertemuan  para tokoh Lombok Tengah untuk pelurusan sejarah tentang KeK Mandalika, Senin (13/12/21),  suara  mantan Ketua DPRD NTB tersebut tersendat, tangannya menyapu matanya yang berkaca-kaca.

Meeeuruskan sejarah dibangunnya KEK Mandalika Para tokoh menelusuri sejarah KEK Mandalika

Ini tentang Mandalika. Suhaili tengah bertutur tentang hal yang tak banyak diketahui khalayak.

Pada Kamis, 9 April 2015, Presiden Joko Widodo sedang melakukan kunjungan kerja ke NTB. Ini adalah kunjungan kerja Presiden untuk kali pertama ke Bumi Gora, setelah mengucap sumpah jabatan 20 Oktober 2014.

BACA JUGA: Desa Tangguh Bencana Dorong Masyarakat Gotong Royong Antisipasi Bencana

Kedatangan Kepala Negara disambut suka cita. Sebagai Kepala Daerah, Suhaili turut menyambut kedatangan Presiden Jokowi sejak di bandara.

Sebagai penanggung jawab wilayah, Bupati Suhaili punya kebanggaan tersendiri atas kunjungan Presiden. Hatinya membuncah.

Tentu pula, ia memiliki harapan besar. Terutama untuk perhatian besar Pemerintah Pusat terhadap pengembangan Kawasan Mandalika yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2014.

Di ruang VIP Bandara Internasional Lombok, Presiden diagendakan mendapat penjelasan dan pemaparan dari Gubernur NTB kala itu,  TGB HM Zainul Majdi,  KEK Mandalika salah satu yang telah dihimpun sebelumnya untuk dipaparkan di hadapan Presiden Jokowi.

Namun, rupanya dalam pemaparan itu, Pemprov NTB “menepikan” Mandalika. Pemprov NTB rupanya punya mimpi yang lain. Yakni pengembangan Global Hub di Kayangan, Lombok Utara.

Sebuah bandar baru yang akan terdiri dari pelabuhan besar, kawasan industri, dan fasilitas-fasilitas terintegrasi di dalamnya. Butuh Rp 150 triliun paling sedikit, untuk mewujudkan hal tersebut.

Di hadapan Presiden, pemaparan tentang Global Hub itu sedemikian lengkap dan detil. Pendek kata, Global Hub dipaparkan sebagai masa depan Pulau Lombok dan Bumi Gora.

“Foto Mandalika ditampilkan satu. Kecil saja,” ungkap Suhaili mengenang.

Kecewa sudah pasti. Tapi ia memendam dalam-dalam hal tersebut. Tak hendak pula ia menunjukkannya pada siapa pun. Suhaili sempat keluar sejenak dari ruang VIP Bandara, menenangkan hati, sebelum kemudian masuk kembali.

Usai presentasi Global Hub, Presiden Jokowi dan rombongan kemudian menuju Mataram. Presiden bermalam di Pulau Seribu Masjid. Agenda esoknya Presiden meresmikan Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Praya, Lombok Tengah.

Kemudian diagendakan ke Lombok Utara lokasi dibangunnya Global Hub, dan selanjutnya ke Doroncanga di Dompu untuk meresmikan Festival Pesona Tambora.

Malam harinya, telepon seluler Suhaili berdering. Di ujung telepon, Paspampres dan Protokol Presiden menyampaikan bahwa Presiden Jokowi membulatkan hati untuk berkunjung ke Mandalika usai meresmikan Kampus IPDN.

Presiden bahkan ingin menunaikan Salat Jumat bersama-sama dengan masyarakat Gumi Tatas Tuhu Trasna di sana.

Suhaili mengucap rasa syukur mendapat kabar tersebut. Ia haqqulyakin, doa seluruh masyarakat Lombok Tengah telah diijabah.

Sungguh tak dinyana, Presiden Jokowi memutuskan sendiri, akan berkunjung ke Mandalika.

Dalam kunjungan ke Mandalika saat itu, Presiden memastikan menyiapkan anggaran Rp 1,8 triliun dari anggaran Pemerintah Pusat untuk pembangunan Mandalika.

Dan sejak itu, sejarah mencatat, pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus ini terus berderap kencang. Beberapa kali semenjak kunjungan tahun 2015 tersebut, Presiden Jokowi kembali beranjangsana ke Mandalika.

Yang terbaru, tentu saja saat meresmikan Sirkuit Mandalika, tanggal 12 November lalu. Sepekan setelahnya, digelar ajang balap internasional kelas dunia World Superbike (WSBK) yang telah absen dari Indonesia selama 27 tahun.

Miliaran pandangan mata dari seluruh dunia pun tertuju ke Mandalika. Tertuju ke Indonesia. Menjadikan country branding Indonesia pun kini sejajar dengan negara-negara yang telah lebih dulu mengecap kemajuan.

“Perhatian Bapak Presiden sungguh luar biasa. Ini membuktikan ketulusan beliau memimpin bangsa,” kata Suhaili.

Dia menegaskan, komitmen, keberpihakan Presiden yang ditindaklanjuti dengan sokongan anggaran yang besar dari Pemerintah Pusat, telah menjadikan Mandalika seperti saat ini. Sebab, keuangan daerah, baik Lombok Tengah maupun Pemprov NTB, tak akan mampu.

Mantan Kedua DPD Partai Golkar NTB tersebut menuturkan segala cerita ini di hadapan para alim ulama dari Lombok Tengah yang diundang secara khusus oleh Bupati Lombok Tengah HL Pathul Bahri dalam pertemuan di Kantor Bupati Loteng, Senin (13/12/2021).

Dalam pertemuan tersebut, Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT dan juga dari lubuk hati yang paling dalam, menghaturkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo dan juga Presiden ke-5 RI Ibu Hj Megawati Soekarnoputri. Pemkab Lombok Tengah ingin membuka mata khalayak di Bumi Gora, bahkan Indonesia, betapa sumbangsih yang besar dari Presiden Jokowi dan juga kontribusi nyata dari Ibu Mega, Mandalika bisa seperti sekarang.

Secara khusus, Bupati Loteng mengundang Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, H Rachmat Hidayat untuk hadir. Rachmat diharapkan bisa menyampaikan pula ucapan terima kasih Pemerintah Daerah, para alim ulama, dan seluruh masyarakat Gumi Tatas Tuhu Trasna kepada Presiden Jokowi dan juga ke Ibu Mega.

BACA JUGA : Memanfaatkan Limbah Batubara PLTU Jadi Batako

Turut hadir pula dalam pertemuan tersebut Wakil Bupati Lombok Tengah HM Nursiah, dan juga Ketua DPRD Lombok Tengah M Tauhid yang juga menyampaikan harapan serupa.

Berproses Lama

Tentu saja, perhatian Presiden Jokowi pada Mandalika bukanlah datang tiba-tiba. Melainkan melalui sebuah proses yang perlu juga diketahui khalayak.

Presiden Jokowi tahu persis, bahwa lahan-lahan di KEK Mandalika telah dibebaskan semenjak 1987 silam. Namun semenjak itu, tak banyak kemajuan yang didapat Mandalika. Meski pemerintahan pun berganti-ganti kemudian.

Beginilah semuanya bermula. Dimulai dari langkah DPRD NTB Periode tahun 1999-2004. Dalam pertemuan kemarin, hal tersebut pun mengemuka.

Kala itu, DPRD NTB yang dipimpin HL Serinata mengambil inisiatif membentuk Panitia Khusus tentang tanah Mandalika. Pansus diketuai Wakil Ketua DPRD NTB kala itu H Abdurrahim dengan pimpinan DPRD NTB lainnya sebagai Wakil Ketua Pansus.

Program utama DPRD dengan membentuk Pansus kala itu adalah bagaimana mengembalikan tanah Mandalika yang saat itu dikuasai oleh LTDC, anak usaha Group Rajawali, perusahaan milik Peter Sondakh.

Totalnya 1.250 hektare. Tanah itu dibeli melalui pinjaman berupa sindikasi perbankkan. Namun, menjadi kredit macet, yang kemudian asetnya lantas diserahkan ke Badan Penyehatan Perbankkan Nasional, dan HPL nya menjadi milik negara. Pinjaman tidak bisa dibayar. Sisa utangnya Rp 771 miliar.

Kepada Ibu Mega yang kemudian menjadi Presiden menggantikan H Abdurrahman Wahid, diusulkan agar sertifikat HPL kawasan eks LTDC tersebut diberikan kepada Pemprov NTB.

Dalam pertemuan dengan Ibu Mega, selain pimpinan DPRD NTB, juga hadir Gubernur NTB kala itu H Harun Al Rasyid. Usulan tersebut kemudian disetujui oleh Presiden Megawati.

Dalam prosesnya kemudian, pada 2003, terjadi suksesi kepemimpinan di NTB. Ketua DPRD NTB kala itu, HL Serinata kemudian terpilih menjadi Gubernur NTB menggantikan Gubernur Harun. Saat itu, sertifikat HPL lahan Mandalika secara resmi telah diserahkan negara kepada NTB.

Namun begitu, dalam lima tahun periode kepemimpinan Gubernur NTB HL Serinata, pembangunan Mandalika belum sempat terealisasi. Meski kala itu, sudah ada rencana kerja sama dengan Badan Usaha Milik Uni Emirat Arab untuk pengembangannya.

Sampai kemudian kembali terjadi suksesi kepemimpinan di NTB. Di mana Gubernur NTB kemudian dijabat TGB HM Zainul Majdi. Kemudian Presiden kala itu dijabat Susilo Bambang Yudhoyono.

Dan kemudian, sertifikat HPL tersebut malah kembali kepada Pemerintah Pusat dari Pemerintah NTB seiring dengan kerja sama pembangunan Mandalika dengan Badan Usaha dari Uni Emirat Arab.

Lalu pada tahun 2008, Menteri Pariwisata saat itudijabat Jero Wacik, digelar pertemuan di Gedung Sapta Pesona Kementerian Parwisata. HPL Mandalika diminta dikembalikan ke Pemprov NTB, karena belum juga terbangun.

Tapi, sampai tahun 2014, hal tersebut tidak terwujud. Sampai kemudian Joko Widodo terpilih menjadi Presiden.

Pada awal tahun 2015, seluruh Ketua DPD PDI Perjuangan dikumpulkan oleh Ketua Umum Hj Megawati Soekarnoputri di Istana Merdeka dan menggelar pertemuan dengan Presiden Joko Widodo.

Saat itu, hadir pula Menko PMK Puan Maharani dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Kala itu, PDI Perjuangan memang sedang menggelar Rapat Kerja Nasional.

Seluruh Ketua DPD PDI Perjuangan diminta menyampaikan usulan pembangunan dan seluruh uneg-uneg di daerahnya masing-masing ke pada Presiden Joko Widodo. Bu Mega kemudian mempersilakan Ketua DPD PDI Perjuangan NTB untuk menyampaikan usulan pertama kali.

Usulan tentang pentingnya pembangunan Mandalika pun mengemuka. Di mana, kawasan ini telah dicita-citakan sejak lama pengembanganya oleh Bu Mega kala menjabat Presiden. Sebuah kawasan wisata yang indah tiada tara. Memiliki pasir putih yang khas, berbulir seperti merica.

Kepada Kepala Negara disampaikan, pembangunan kawasan Mandalika akan menjadi mercusuar bagi Indonesia. Dan disampaikan pula, di dalam kawasan seluas 1.250 hektare tersebut di dalamnya masih ada lahan milik masyarakat yang belum dibebaskan.

Presiden pun menyampaikan, Mandalika akan menjadi prioritas untuk ditangani Pemerintah Pusat. Semenjak itu, gerak cepat dimulai. Presiden Jokowi mengunjungi Mandalika.

Presiden Jokowi pun ingat betul bagaimana di tengah lahan tersebut masih ada tanah milik masyarakat yang belum dibayar.

Masyarakat pemilik lahan hanya sempat diberikan dana tali asih yang sepenuhnya diprakarsai Ketua DPRD NTB kala itu HL Serinata, yang kemudian menjadi Gubernur NTB.

Dinamika yang Lumrah

Dalam perkembangannya, tentu banyak dinamika yang terjadi dalam perkembangan Mandalika. Sebuah dinamika yang disebut sangat wajar dalam hal mencapai tujuan pembangunan daerah yang diharapkan.

Bupati Pathul Bahri menjelaskan, dirinya tahu persis, bagaimana komitmen pendahulunya Bupati Suhaili FT dalam memprioritaskan pembangunan Mandalika.

Pathul yang di periode kedua Suhaili FT memimpin Lombok Tengah menjabat Wakil Bupati menjelaskan, bagaimana Bupati Suhaili kala itu selalu mengerahkan aparat sipil negara di Pemkab Loteng untuk melakukan aksi-aksi bersih setiap Jumat di kawasan Mandalika.

Pada saat yang sama, Pemkab Loteng juga membangun jalan. Membagun pula pasar seni di dalam kawasan Mandalika. Meski hal tersebut diketahui bukanlah kewenangan Pemkab Loteng.

Semuanya karena komitmen yang kuat dari Bupati Suhaili waktu itu untuk membangun Mandalika.

Karena itu, sejarah yang dituturkan Bupati Suhaili adalah hal yang tak boleh dilupakan sedikitpun oleh setiap warga Gumi Tatas Tuhu Trasna. Betapa sumbangsih Presiden Jokowi dan juga Ibu Mega sedemikian luar biasa untuk Lombok Tengah.

Doa dari seluruh alim ulama dan masyarakat Lombok Tengah pun dimunajatkan kehadirat Allah SWT. Semoga Presiden Jokowi dan Ibu Mega, selalu diberkahi. Selalu mendapat kesehatan dan keafiatan dalam memimpin derap kemajuan negara. Dan semoga seluruh apa yang telah dilakukan untuk Mandalika, untuk Lombok, untuk NTB, dan untuk Indonesia, sepenuhnya tercatat sebagai ibadah di sisi Yang Maha Kuasa.

Sementara itu, Ketua DPRD Lombok Tengah M Tauhid menegaskan ucapan terima kasih yang sama untuk Presiden Jokowi dan Ibu Mega. Apa yang dilakukan kedua pemimpin Indonesia ini telah menjadikan mimpi masyarakat Lombok Tengah menjadi nyata.

Dream comes true,” katanya.

Keberadaan Mandalika sungguh kata Tauhid telah memberi sumbangsih besar untuk pembangunan Lombok Tengah. Dia memberi contoh.

Dengan keberadaan Mandalika, Pendapatan Asli Daerah Lombok Tengah kini melonjak. Jika sebelumnya hanya berkutat pada Rp 219 miliar. Maka mulai tahun depan, Pemkab Loteng bisa menargetkan PAD menjadi Rp 315 miliar dengan penambahan yang didapat dari keberadaan Mandalika.

Sementara itu, TGH Maarif Makmun Dirase yang mewakili para alim ulama yang hadir menegaskan, sungguh masyarakat Lombok Tengah, dan juga masyarakat Bumi Gora akan kufur nikmat manakala tidak mensyukuri perhatian yang telah diberikan Presiden Jokowi dan juga Ibu Mega.

TGH Maarif mengemukakan, para alim ulama di Pulau Seribu Masjid tahu persis, Presiden Jokowi tidak menerima dukungan signifikan dari masyrakat NTB dalam dua kali penyelenggaraan Pilpres. Namun, hal tersebut rupanya tidak pernah mengecilkan perhatian Presiden kepada NTB.

Karena itu, kata TGH Maarif, apa yang ditunjukkan Presiden dalam perhatiannya untuk NTB, menunjukkan Kepala Negara menjalankan betul apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain.

Nilai lebih untuk Presiden Jokowi, karena memperlakukan begitu baik masyarakat NTB, padahal di satu sisi, dukungan dalam kontestasi politik tidak berasal dari masyarakat NTB.

“Jazakumullah khairan kami sampaikan kepada Bapak Presiden Joko Widodo dan Ibu Hj Megawati,” kata TGH Maarif.

Me




Sebutan ‘Inaq-Amaq’ Masyarakat Sasak, Punya Akar Tasawuf

Salah satu keturunan Alawiyyin, Dr. H. S. Ali Jadid al-Idrus, M. Pd mengatakan, sebutan Amaq, sebutan Inaq itu merupakan simbol-simbol tradisi tasawuf

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Meski tidak banyak, ada juga sebagian masyarakat Sasak Lombok di era sekarang, ada yang gengsi memanggil orang tuanya dengan panggilan Inaq-Amaq (bhs Ind. Ibu-Bapak).

Anak-anak Sasak (suku asli di Lombok) di masa kini lebih banyak memanggil orang tuanya dengan panggilan ibu-bapak, ayah-bunda, mama-papa, dan mami-papi.

Padahal panggilan Inaq-Amaq memiliki makna yang mendalam jika dikaji melalui ilmu tasawuf.

Munculnya berbagai tradisi di Lombok tidak terlepas dari pengaruh penyebaran Islam di pulau ini. Salah satu tradisi tersebut adalah sebutan Inaq-Amaq untuk panggilan pada Ibu-Bapak.

BACA JUGA;

Menparekraf Menganugerahkan Desa Wisata Terbaik di Desa Senaru

“Sebutan Amaq, sebutan Inaq itu sebuah bentuk simbol-simbol tradisi tasawuf yang sangat dalam,” kata salah satu keturunan Alawiyyin, Dr. H. S. Ali Jadid al-Idrus, M. Pd, (Kamis, 29 Juni 2017) yang lalu.

Jadi ucapan Ali Jadi Al Idrus itu tentu sudah berlangsung lama.

Kata “Inaq” berakar dari kata Bahasa Arab “Inaun” yang berarti wadah. Sederhananya kata inaq-amaq memiliki makna orang yang mewadahi.

Inilah salah satu tradisi yang mempertemukan tradisi muslim dari Timur Tengah dengan masyarakat lokal.

“Inaq, amaq itu kalau dalam ilmu tasawuf itu orang yang mewadahi. Di situlah titik temunya tradisi kami dengan Lombok ini khususnya,” jelas dosen di UIN Mataram ini.

Seperti diketahui penyebaran Islam ke Nusantara, khususnya Lombok salah satunya melalui strategi pendekatan tasawuf.

Di samping itu, selain tradisi panggilan inaq-amaq, masih banyak lagi tradisi di Pulau Lombok yang mengandung nilai tasawuf.

“Tinggal nanti bisa diukur tradisi Lombok itu banyak mengandung tasawuf. Orang-orang Lombok itu sangat cinta dengan tasawuf. Di situlah titik temu mereka itu,” jelasnya.

Sehingga Jadid menegaskan, orang memanggil orang tuanya dengan panggilan inaq-amaq bukanlah orang kampungan atau jadul.

BACA JUGA: Desa Senaru Salah Satu Desa Wisata Terbaik di Indonesia

“Jadi jangan berpikir orang sebut inaq, orang sebut amaq itu orang second line. Tidak. Tidak ada strata seperti itu,” tegasnya.

@ng