Indeks
Umum  

Bom Mobil Memukul Turki, Tewaskan 37 Orang

Simpan Sebagai PDFPrint

lombokjournal.com

Setidaknya 37 orang tewas dan sedikitnya 71 orang dirawat di rumah sakit setelah sebuah bom mobil menghantam tempat ibukota Turki, Ankara. Sebuah mobil bermuatan bom meledak pada hari Minggu (13/3) malam di lingkungan Kizilay yang terletak dekat pusat transportasi utama.

Sampai Senin pagi, jumla korban yang meninggal terus bertambah. Saksi mata mengatakan ledakan itu kemudian diikuti kendaraan serta beberapa bus terbakar dan rusak berat. Ledakan itu diceritakan, bisa didengar beberapa kilometer jauhnya. Puing-puing ledakan yang terbakar bertebaran beberapa ratus meter dan mencapai bekas kantor Perdana Menteri.

“Serangan ini mengancam integritas, persatuan dan solidaritas bangsa kita dan negara kita. Tapi itu tidak melemahkan tekad kita memerangi terorisme, justru malah meningkatkan tekad kami,” kata Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pernyataan. Wartawan Al Jazeera, Mohammed Jamjoom, melaporkan dari Istanbul, sampai sekarang belum ada klaim tanggung jawab.

Ledakan Minggu adalah serangan paling maut kedua untuk menyerang Ankara dalam rentang satu bulan (Reuters)

Ledakan ini menimbulkan kecemasan pemerinta dan rakyat Turki. Sebab ledakan itu terjadi di ibukota, dan merupakan ledakan ketiga di Ankara sejak Oktober. Media lokal melaporkan, pengadilan Ankara memerintahkan larangan akses ke Facebook, Twitter dan situs lainnya di Turki pada Minggu, setelah gambar dari bom mobil dibagikan di media sosial.

Jelang Pertemuan Puncak Uni Eropa
Fadi Hakura, seorang ahli Turki di Chatham House, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kerawanan baru mulai merebak di di negara itu. Ketidakamanan dan ketidakstabilan menandai dinamika politik Turki dan maupun di masyarakat.

“Kedua dua serangan terakhir terjadi sebelum pertemuan puncak antara Uni Eropa dan Turki, jadi saya menduga bahwa kelompok yang melakukan serangan ini sedang mencari publisitas bukan hanya di Turki tapi di dunia luar. Pesannya jelas, Turki tidak aman dan tempat yang tidak stabil,” katanya.

Serangan hari Minggu terjadi hanya tiga minggu setelah mobil bom bunuh diri di Ankara, dengan target bus yang membawa personil militer, menewaskan 29 orang.

“Kita tahu bagaimana dan kapan kami akan merespon,” Ahmet Davutoglu, Perdana Menteri Turki, mengatakan kepada Al Jazeera dalam sebuah wawancara, mengacu serangan yang terjadi pada Februari lalu.

“Mereka melakukan serangan terhadap rakyat kami. Harus ada harga yang dibayar. Bagaimana dan kapan, kami akan memutuskan. Dan ketika itu terjadi, semua orang akan melihat bahwa Turki dapat merespon [untuk] setiap tantangan, setiap serangan, menentangnya,” katanya.

Sebuah kelompok bersenjata Kurdi, Kurdistan Freedom Hawks (TAK), yang merupakan cabang dari Partai Pekerja Kurdistan ‘yang dilarang (PKK), mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. TAK mengatakan telah memisahkan diri dari PKK.
Peringatan AS

Serangan hari Minggu juga terjadi dua hari setelah kedutaan besar AS mengeluarkan peringatan keamanan, tentang kemungkinan serangan pada gedung-gedung pemerintah dan perumahan di lingkungan Ankara Bahcelievler. Kedutaan AS meminta warganya untuk menghindari daerah tersebut.

Sebagai bagian dari koalisi pimpinan AS, Turki sedang berjuang melawan Negara Islam Irak dan kelompok Levant (ISIL), yang telah merebut wilayah di negara tetangga Suriah dan Irak. Negara ini juga memerangi PKK di tenggara, di mana gencatan senjata dua-dan-a-setengah tahun runtuh Juli lalu, mendorong kekerasan terburuk sejak 1990-an.

Turki melihat kerusuhan di tenggara, yang sebagian besar terdiri dari suku Kurdi, sangat terkait dengan peristiwa di Suriah utara. Milisi YPG Kurdi telah merebut wilayah kedua setelah terjadi pertempuran dengan ISIL yang sama-sama memberontak mengadapi Presiden Bashar al-Assad. Turki takut mereka memperoleh kemenangan yang akan menggerakkan ambisi separatis Kurdi sendiri, dan Turki berpendapat antara YPG dan PKK memiliki kedekatan ikatan ideologis dan operasional.

Dalam kampanye bersenjata di Turki, PKK menyerang pasukan keamanan dan tidak menargetkan warga sipil. Sedang ISIL setidaknya telah melakukan empat serangan bom di Turki sejak Juni 2015, termasuk bom bunuh diri yang menewaskan 10 turis Jerman di pusat Istanbul pada bulan Januari.

Roman Emsyair (sumber : Al Jazeera)

Exit mobile version