Untuk penyelenggaraan mendatang, akan ditunjuk lebih dari satu kurator. Beberapa kurator yang ditunjuk akan membentuk satu panel diskusi guna merumuskan tema dan menentukan seniman mana yang karyanya bisa ditampilkan
MATARAM.lombokjournal.com –
Tanggal 15-19 September jadi catatan sejarah tersendiri bagi pelaku seni khususnya yang tergabung dalam beberapa komunitas seni rupa di NTB, khususya bagi yang mengikuti pameran bertajuk Art Comunity Exibition 2020, di Taman Budaya NTB.
Dengan melibatkan puluhan komunitas seni rupa dan menampilkan 70 karya rupa, gelaran tersebut sekaligus jadi barometer melihat sejauh mana komunitas seni rupa mempengaruhi medan seni rupa NTB.
Kepada lombokjournal.com, penyelenggara pameran Majas Pribadi menyampaikan, komunitas seni dipilih sebagai objek pameran berangkat dari catatan penyelenggaraan pameran tahun sebelumnya.
Kala itu, banyak perupa yang mempersoalkan pola berpameran ya ia selenggarakan. Salah satu yang dipersoalkan adalah bagaimana proses kurator melakukan kurasi terhadap karya yang ditampilkan.
Majas melihat, banyak perupa NTB yang terlibat saat itu belum membuka diri dengan memberi kepercayaan penuh pada kurator, dalam memilih karya mana yang layak dan tidak untuk dipamerkan.
“Misalnya 2019 dipertanyakan, kriterianya apa sih sebenarnya orang bisa ikut eksibisi ini. Niatnya kan nampak tilas perupa perintis ke perupa teranyar hari ini. Tapi itu juga debateble, dipersoalkan, dipertanyakan, kita kok nggak diajak dan sebagainya. Maka hari ini agar tidak terjadi banyak kesalahpahaman dalam kriteria karya maka kita bicara komunitas,” jelasnya. Minggu (20/09/20).
Hal lain yang disinggung Majas kaitannya dengan pola pengelolaan pameran tahun lalu dengan tahun ini.
Untuk Art Community Exhibition 2020, pihaknya lebih menekankan independensi kurator dengan memberi kurator kuasa penuh menentukan komunitas mana yang akan dilibatkan.
Hal tersebut dilakukan agar semua perangkat pameran mulai dari penyelenggara, pemilik galeri (Taman Budaya), kurator dan seniman bisa menjalankan fungsi masing-masing dengan maksimal.
“Soal komunitas, karya apa pun saya tidak mau terlibat. Bahkan sampai display saja saya tidak mau terlibat. Kita nggak mau ikut-ikut. Di banding 2019 jauh. Saya hanya menyiapkan space, hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk eksibisi ini jadi tanggung jawab saya. Yang berkaitan dengan komunitas dan pemilihan karya saya nggak ikut-ikut,” jelasnya.
Lebih jauh, pameran kali ini diinisiasi untuk menyongsong penyelenggaraan pameran tahun depan.
Untuk penyelenggaraan pameran tahun mendatang, Majas berencana menunjuk lebih dari satu kurator. Beberapa kurator yang ditunjuk akan membentuk satu panel diskusi guna merumuskan tema dan menentukan seniman mana yang karyanya bisa ditampilkan di dalam pameran. Termasuk menunjuk satu kritikus seni rupa.
“Jadi begini, kurator menurut saya tidak bisa berdiri sendiri. Ia butuh kritik seni. Jadi kemudian ia (kurator) tidak bisa memonopoli gagasan. Maka panel itu nanti, yang saya sebut tiga atau lima orang itu, salah satunya adalah kritikus seni,” paparnya.
Penyangga geliat seni rupa
Terpisah, kurator pameran Sasih Gunalan menyampaikan peran komunitas-komunitas seni rupa jadi penyangga geliat seni rupa di NTB. Hal yang menurutnya menarik untuk ditelaah lebih jauh.
“Sangat menarik. Kalau di NTB geliat komunitas pada tahun 90-an dikuasai Lombok Timur dengan Sanggar Berugak. Memasuki tahun 2000-an ini sudah terpecah,” katanya.
Sasih juga menyampaikan, pada pameran kali ini pihaknya tidak menerapkan pola kuratorial ketat sebagaimana umumnya kurator bekerja.
Ia lebih menitikberatkan pada penentuan komunitas mana yang akan terlibat.
Sementara Sasih, Andi Aftihan selaku Ketua Panitia pameran menyebut tingginya animo masyarakat yang mengunjungi pameran di luar ekspektasinya.
Banyaknya pengunjung yang datang dilihat Andi sebagai respon masyarakat NTB yang sangat merindukan kegiatan-kegiatan hiburan, salah satunya kegiatan kesenian berupa pameran seni rupa.
“Hari pertama pembukaan saja itu ratusan yang datang. Masyarakat butuh hiburan,” ujarnya.
Terlepas dari itu, pihaknya selaku panitia menegaskan kegiatan pameran tetap menjadikan protokol Covid-19 sebagai acuan pameran.
Untuk diketahui, Art Community Exhibition 2020 melibatkan 14 komunitas seni di NTB dengan menampilkan 70 karya rupa berupa lukisan, patung dan instalasi.
Selain pameran penyelengga juga mengadakan diskusi, tur galeri Instagram, seniman berkarya di tempat, dan beberapa kegiatan lain yang berkaitan dengan pengembangan seni rupa di NTB.
Ast