Indeks

Jalan Wisata Utama di Bangsal Tanpa Trotoar

Jalam utama dari Perempatan Pamenang - Bangsal sebagai jalan utama menuju ke tiga Gili tidak memiliki trotoar untuk pejalan kaki / Foto: Ang
Simpan Sebagai PDFPrint

PEMENANG.lombokjournal.com

Jalur wisata utama Perempatan Pamenang – Bangsal sebagai sentral untuk ke tiga Gili (Gili Air, Dili Meno dan G.Terawangan) terkesan tidak tertata, lantaran tidak memiliki trotoar untuk pejalan kaki.

Pemda Kabupaten Lombok Utara harusnya bisa meniru daerah lain seperti Bali dan sejumlah kota lain dala menata jalan wisata yang jadi lalu lintas wisatawan.

BACA JUGA:

Bupati KLU Silaturahmi Dengan Pemdes dan Tomas di Bayan

Sebagai destinasi wisata yang jadi primadona, Lombok Utara satu satunya jalur wisata yang tidak memiliki trotoar.

Padahal, sebagaimana yang diklaim Pemda KLU setiap gelar acara promosi daerah terungkap jumlah kunjungan Wisnu (wisatawan nusantara) wisman wisatawan mancanegara) dan sumber PAD terbesar dari pariwisata.

Anehnya kemudian OPD pariwisata sendiri belum mampu memperhatikan kondisi jalan terkesan kumuh dan semrawut.

Data jumlah kunjungan wisnu dan wisman pada tahun 2017 – 2021 ke masing masing Gili yaitu, Gili Air, wisnu, 59.940, wisma, 449.753 orang. Sedangkan Gili Meno, wisnu, 30.038, wisma, 237.358 orang. G. Terawangan wisnu,153.128 orang dan wisman, 1.198.625 orang (sumber data Dinas Pariwisata KLU).

Harusnya Pemda KLU mulalui OPD terkait memikirkan untuk segera membangun areal pejalan kaki yang representatif untuk standar kota.

Faktanya, kesemrawutan tercermin saat ramai kunjungan wisatawan, antara pengendara roda empat, roda dua, cidomo dan pejalan kaki menjadi pemandangan kumuh.

Belum lagi melihat terminal dengan sederet bangunan Kantor kantor, konter dan perumahan pribadi yang tidak tertata rapi.

Jalan Pamenang – Bangsal adalah salah satu titik yang paling padat di KLU saat situasi normal. Karena padat dikunjungi tamu asing dan lokal yang hendak berkunjung ke tiga gili di Kabupaten Lombok Utara.

BACA JUGA:

Pasien Covid-19 di NTB, Sabtu, Bertambah 23 Orang

Namun hampir tak ada kenyamanan bagi pejalan kaki di saat kondisi normal. Belum lagi parkir kendaraan yang merenggut jatah pejalan kaki berlangsung terus menerus.

Andai saja kawasan ini ditata lebih baik dan nyaman, wisatawan dapat lebih lama menghabiskan waktu di sini ketimbang hanya singgah sebentar untuk makan.

Dengan demikian, restouran dan pedagang di sepanjang jalan itu bisa terus beroperasi untuk menawarkan sesuatu yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan ke negeri mereka.

Pemerintah tak perlu mengkhayal untuk membangun trotoar seperti di Jakarta dan cukup dengan sekelas kota Mataram. KLU akan menjadi lebih nyaman untuk para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

@ng

Exit mobile version