Indeks
Tokoh  

TGB Harus Didukung Jadi Menteri, Karena Sudah Milik Indonesia

TGB dan Didu
Simpan Sebagai PDFPrint

Banyak hal luar biasa yang sudah dilakukan untuk NTB. Dari mulai soal peningkatan SDM, pengembangan pariwisata, pemberdayaan ekonomi, sampai sektor pertanian dan kelautan

MATARAM.lombokjournal.com — TGB (Tuan Guru Bajang) sapaan akrab mantan Gubernur NTB, HM Zainul Majdi, dinilai layak mengisi posisi menteri.

Penilaian itu disampaikan Lembaga Kajian Publik dan Politik, M16, menilai Gubernur NTB sudah saatnya TGB ini menjadi milik Indonesia.

“Saya nilai sudah saatnya TGB ini menjadi milik Indonesia. Bukan lagi milik NTB semata,” kata Direktur M16 Bambang Mei Finarwanto, Rabu (10/07). 2019.

Didu sapaan akrab Bambang Mei Finarwanto mengatakan, TGB terbukti sanggup berselancar dalam kerasnya pertarungan politik Pilpres 2019.

Bahkan, Koorbid Keummatan DPP Partai Golkar itu menjadi salah satu komunikator Jokowi-Ma’ruf Amin yang handal. Publik yang tak percaya dan cenderung apatis pada Presiden bisa mendapat penjelasan yang tepat.

“Ketika ada isu soal agama, TGB mendinginkan situasi. Salah satu pernyataannya yang cukup baik adalah jangan sampai kontestasi politik merusak persaudaraan,” ucapnya.

Karena kata TGB, persaudaraan adalah aset tak terlihat milik Indonesia.

Didu menyebut, mengikuti pemberitaan aktivitas TGB mulai dari Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, bahkan hingga Pulau Sulawesi. Ajakan TGB untuk meletakkan politik secara wajar itu sudah tepat.

“Jangan lagi ada pembelahan di masyarakat. Ini kan pesta demokrasi lima tahunan, bagi yang kalah masih ada kesempatan lima tahun lagi. Jangan dibuat ruwet,” bebernya.

Lanjut Didu, Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan (PBNW) sanggup berjejaring dengan bagus ketika bertemu ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, ataupun organisasi masyarakat lainnya.

Dengan lintas agama juga seolah tidak ada sekat. Pertemuannya dengan banyak ulama sepuh, mengisyaratkan TGB bisa diterima semuanya.

“Dan jangan lupa, TGB ini ketua ikatan alumni Al Azhar Indonesia. Ada puluhan ribu alumni di Indonesia,” imbuhnya.

Dari sisi kecakapan memimpin, diakui Didu, TGB sudah teruji. Selain pernah menjadi anggota DPR RI, ia dua periode memimpin NTB. Banyak hal luar biasa yang sudah dilakukan untuk NTB. Dari mulai soal peningkatan SDM, pengembangan pariwisata, pemberdayaan ekonomi, sampai sektor pertanian dan kelautan.

“Jadi wajar ketika saya ke Jawa kemudian ditanya, dari mana? Ketika saya jawab NTB, orang akan menjawab, oh TGB ya,” urainya.

Sebagai tokoh politik, TGB diakui oleh Didu memiliki visi pembangunan yang jelas. Ulama yang memahami tata kelola pemerintahan yang baik. Programnya bisa mengena sasaran.

“Sosok TGB yang saya kenal itu model politikus apa adanya. Tak terlalu mengumbar pencitraan, fokus pada kerja nyata,” terangnya.

Mantan ED Walhi NTB ini menyebut, TGB sebagai permata bagi NTB, namanya sanggup menarik perhatian seluruh Indonesia. Dan warga NTB secara tidak langsung bisa dikenal karena TGB.

“Semestinya kita warga NTB satu suara mendukung TGB masuk dalam pemerintahan Pak Jokowi dan Pak Kiai Ma’ruf Amin,” ujarnya.

Diakui Didu, politik memang selalu menghasilkan momentum tak terduga, kadang yang berkeringat justru kurang diperhatikan. Sebaliknya yang santai, justru dielu-elukan.

“Itulah pentingnya kita suarakan, ini kebanggaan bersama,” tegasnya.

Ada modal bagus yang harus dilanjutkan oleh TGB dalam merawat keberagaman di Indonesia yaitu konsep Wasathiyatul Islam atau islam di tengah. Mempererat kembali ukhuwah islamiah dan ukhuwah wathoniah yang terbelah usai Pilpres.

“TGB memiliki kelebihan dalam merajut persaudaraan,” tandasnya.

Me

Exit mobile version