Ciguatera, Keracunan Ikan yang Terkontaminasi Ciguatoxins

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan dengan menghindari Ciguatera yaitu mengonsumsi ikan karang

LombokJournal.com ~  Indonesia merupakan negara tropis dan kepulauan terbesar di dunia yang kaya terumbu karang dan keanekaragaman hayatinya, masyarakatnya sepatutnya harus waspada terhadap ancaman penyakit CFP (Ciguatera fish poisoning). 

Ciguatera atau Ciguatera fish poisoning merupakan bentuk keracunan makanan akibat memakan ikan yang terkontaminasi senyawa ciguatoxins.

Ciguatoxins justru tidak membahayakan ikan yang membawanya, tapi beracun bagi manusia. Mereka tidak dapat dicium atau dicicipi dan tidak dapat dihancurkan atau dihilangkan dengan memasak

BACA JUGA: Kawasan Gili Tramena, NTB Bebas “Ciguatera Fish Poisoning”

Pencegahan yang bisa dilakukan dengan menghindari Ciguatera yaitu mengonsumsi ikan karang

 Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami mual, nyeri, syok jantung, hingga gangguan saraf.

Ketika manusia makan ikan yang terkontaminasi, racun Ciguatera akan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan mual, nyeri tubuh, syok jantung, hingga gangguan saraf.

Karena toksin Ciguatera dapat mengaktifkan natrium dan memicu efek fotolistrik pada sel-sel saraf. Akibatnya, muncullah gejala-gejala keracunan makanan seperti yang disebutkan tadi.

Racun ciguatera diproduksi oleh mikroorganisme bentik (yang berada di dasar air) yang menempel pada alga di perairan terumbu karang (dinoflagellata). Senyawa ini tidak berbahaya bagi ikan, tetapi dapat berdampak buruk bagi manusia dan mamalia lainnya. 

Ada lebih dari 400 spesies ikan yang dapat terkontaminasi racun ciguatera dan menjadi penyebab ciguatera fish poisoning

Pada tahun 2017, Centers for Disease Control (CDC) AS memperkirakan sekitar 50.000-500.000 kasus keracunan ciguatera secara global setiap tahun. Menurut CDC, risiko kematian akibat keracunan kurang dari 1 dalam 1.000 kasus. Risiko keracunan ciguatera diperkirakan akan meningkat karena kondisi terumbu karang memburuk akibat perubahan iklim, pengasaman laut, konstruksi lepas pantai, dan limpasan nutrisi.

Upaya pencegahannya bisa dilakukan dengan menghindari mengonsumsi ikan karang dan ikan berisiko tinggi seperti barakuda. Selain itu, sebaiknya juga menghindari memakan hati, telur, atau kepala ikan tersebut.

Namun, paling sering terjadi pada ikan predator berukuran besar dengan berat lebih dari 2 kg seperti barakuda, kerapu, kakap, belut, kuwe batu, dan makarel Spanyol.

Ikan yang sudah terkontaminasi racun ciguatera tidak akan berubah penampilan, rasa, atau baunya. 

Senyawa ciguatoxins juga dapat larut dalam lemak dan tahan panas atau dingin, sehingga tidak akan hilang walaupun sudah dimasak atau dibekukan. 

Karena itu, cukup sulit bagi manusia untuk menghindarinya. 

Menurut jurnal Travel Medicine, perkiraan menunjukkan ada 50.000-500.000 kasus baru keracunan ciguatera di seluruh dunia setiap tahunnya.

BACA JUGA: Layanan Medical Check Up (MCU) di RS Mandalika

Mencegah Ciguatera

Ikan yang terkontaminasi ciguatoxins sangat sulit dibedakan dengan ikan lainnya. Namun, untuk  mengurangi risiko terkena ciguatera fish poisoning melalui hal-hal berikut:

  • Jangan menangkap atau memakan ikan dari daerah wabah
  • Mengolah ikan dengan baik 
  • Hindari memakan bagian kepala, mata, telur, tulang, hati, atau jeroan ikan lainnya. Pasalnya, bagian ini terbukti mengandung kadar ciguatoxin yang lebih tinggi daripada dagingnya. 
  • Jika Anda mengonsumsi ikan laut dari perairan air hangat, makanlah dalam porsi kecil, tidak lebih dari 200 gram. 
  • Sebaiknya simpan sisa ikan yang dimakan (potongan ikan kurang lebih berukuran 20 gr) ke dalam freezer jika muncul gejala keracunan. Hal ini dapat membantu dokter memastikan diagnosis melalui analisis laboratorium.
  • Bagi wanita yang pasangan laki-lakinya keracunan ciguatera, hindari berhubungan seksual hingga pasangan Anda sembuh. 
  • Jika seorang ibu menyusui keracunan ciguatera, sebaiknya berhenti dulu memberikan ASI.

Mengobati Ciguatera

Tidak ada antiracun spesifik yang tersedia untuk racun ciguatera. Pengobatan yang dilakukan biasanya bertujuan untuk mengurangi gejalanya.

Pengobatan keracunan ikan ciguatera biasanya dilakukan di rumah sakit dengan segera memompa keluar semua isi lambung (gastric lavage). Jika pengobatan ini tidak dapat dilakukan, pasien akan dipaksa muntah dengan pemberian sirup ipecac. 

Saat ini, beberapa dokter merekomendasikan arang aktif untuk membersihkan saluran pencernaan dari racun. Arang aktif dapat menyerap racun dengan baik dari pencernaan jika dilakukan 3 sampai 4 jam setelah pasien mengonsumsi ikan beracun.

BACA JUGA: Pemberian Protein Hewani Guna Cegah Stunting

Mual dan muntah yang tidak terkontrol harus diobati melalui rawat jalan dengan pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi. Jika terjadi syok, kejang, atau gagal napas, tindakan medis yang tepat harus segera dilakukan, misalnya dengan pemberian obat polisakarida, serum albumin, atau transfusi darah. 

Pengobatan ciguatera lainnya bersifat simtomatik dan suportif, antara lain:

  • Diuretik osmotik untuk membantu mengeluarkan racun melalui kencing
  • Amitriptilin dan gabapentin untuk mengurangi gejala nyeri saraf
  • Diphenhydramine dan hydroxyzine untuk membantu meredakan gatal
  • NSAID dan parasetamol yang berfungsi mengurangi rasa sakit

Setelah pasien pulih, pasien disarankan untuk menghindari konsumsi ikan, kacang-kacangan, alkohol, dan kafein setidaknya selama 6 bulan untuk mencegah gejala kembali.***

 

Sumber: dari berbagai sumber




Kawasan Gili Tramena NTB Bebas “Ciguatera Fish Poisoning”

Kasus Ciguatera Fish Poisoning (CFP) masih belum banyak ditemukan, namun untuk di negara tropis dan kawasan kepulauan harus waspada

LOBAR.LombokJournal.com ~ Institut Teknologi Indonesia (ITI) bersama PICES (North Pacific Marine Science Organization) dan sejumlah lembaga mengungkapkan, hasil riset kondisi lingkungan perairan di kawasan Gili Tramena (Trawangan, Meno dan Air) Kabupaten Lombok Utara-NTB bebas dari bahaya potensi keracunan ikan Ciguatera.

BACA JUGA: Layanan Medical Check Up (MCU) di RS Mandalika

Aekda NTB mengatakan, kawasan Gili Tramena aman dari potensi keracunan ikan Ciguatera
Sekda NTB (kanan)

Sekretaris Daerah NTB, H. Lalu Gita Ariadi juga menyampaikan saat mengikuti International Workshop and Training di Hotel Merumatta Senggigi, Kab. Lombok Barat pada Rabu, (25/01/23).

“Hasil penelitian tim Ciguatera di Gili Trawangan Alhamdulillah masih cukup aman. Namun demikian kita dituntut tetap waspada dan benar-benar berjuang menjaga keselamatan terumbu karang yang dimiliki,” kata Sekda.

Ciguatera Fish Poisoning (CFP) sendiri merupakan salah satu tipe keracunan pada manusia dan mamalia lain, yang terjadi akibat mengkonsumsi ikan-ikan karang yang telah terkontaminasi Ciguatoxin dari mikroalga toksik.

Di Indonesia sendiri, kasus CFP masih belum banyak ditemukan. Namun, sebagai salah satu negara tropis dan kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan terumbu karang dan keanekaragaman hayatinya, Indonesia sudah sepatutnya harus waspada terhadap ancaman penyakit CFP. 

Ditambah dengan adanya perubahan iklim dan pemanasan global yang telah banyak mengancam kerusakan dan kematian terumbu karang sehingga memicu munculnya penyakit CFP.

Sekda pun berharap kepada seluruh masyarakat agar selalu menjaga lingkungan laut dan tidak melakukan illegal fishing.

“Mari jaga dan selamatkan terumbu karang kita. Stop perilaku yang merusak lingkungan laut dan Say No for Illegal Fishing,” tutup Miq Gite, sapaan karibnya.

BACA JUGA: Pemberian Protein Hewani Guna Tekan Stunting

Untuk diketahui, International Workshop and Training tersebut dihadiri oleh ratusan peserta dan pembicara ahli dari berbagai negara dan lembaga, seperti Jepang, Canada, Amerika Serikat, Kementerian/lembaga, BRIN, peneliti UI, Unpad, Unram, Pemda, NGO, masyarakat pesisir, dan lainnya. ***