Indeks

Sejumlah Hotel di NTB Mulai Diobral

Salah satu hotel kelas Melati di kawasan Cakranegara, Kota Mataram yang dijual pemiliknya / Foto; Aya
Simpan Sebagai PDFPrint

Untuk menggerakan perekonomian dikawasan tiga gili perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah, yakni dengan melakukan beberapa kegiatan di Gili

MATARAM.lombokjournal.com

Sejumlah hotel di Nusa Tenggara Barat terpaksa mengobral atau menjual properti mereka akibat dampak pandemi Covid-19.

Pandemi membuat  sejumlah hotel sulit bertahan. Jumlah tamu yang jauh merosot membuat keuangan hotel menjadi menurun drastis.

“Untuk dijual lumayan, yang saya ketahui ada 5 hotel. Cuma itu hotel kecil-kecil, paling banyak di resort dan ada beberapa hotel di kota,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Ni Ketut Wolini.

Dikakatan kondisi sekarang ini membuat sejumlah pengusaha terpaksa menjual properti mereka.

Terutama karena tinggiya biaya maintenance, sedangkan pemasukan nyais tidak ada sama sekali.

Padahal hotel sangat bergantung dengan wisatawan dan kegiatan MICE. Tetapi kondisi saat ini tidak ada kunjungan, karena adanya pembatasan orang masuk di beberapa daerah.

“Dari dijual dan tutup itu pasti ada, di NTB hanya beberpa hotel yang masih eksis. Kita bisa hitung dengan jari di kondisi seperti ini. Karena kalau buka dikondisi sekarang ini biaya maintenance itu terlalu tinggi, bayar listrik, gaji karyawan, pajak dan sebagainya. Sedangkan pemasukan atau pendapatan tidak ada,” ungkap Wolini.

Wolini menyebutkan, tekanan pandemi Covid-19 yang terus berkepanjangan ini kian terus berdampak berkepanjangan terhadap ekonomi.

Tidak dipungkiri jika ada hotel-hotel yang terpaksa menjual properti mereka. Karena memang tengah dalam kondisi sangat sulit untuk bertahan lebih lama lagi.

“Saya beberapa waktu sudah keliling ke beberapa obyek wisata dan memang banyak hotel-hotel yang dijual. Karena mereka juga belum melaporkan ke PHRI sudah menjual atau akan menjual,” ungkapnya.

Kondisi covid-19 jauh lebih parah jika dibandingkan dengan pasca gempa 2018 lalu. Maka dari itu hotel-hotel yang masih eksis menerapkan kebijakan waktu kerja karyawan dikurangi.

“Pekerja di rolling (bergilir) jadi mereka masuk setengah-setengah seperti dilakukan oleh teman-teman hotel,” imbuhnya.

Tiga Gili masih sepi

Terpisah, Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan mengatakan, untuk kunjungan wisatawan ke tiga Gili saat ini sangat sepi. Lantaran sepi banyak hotel-hotel maupun restoran menutup usaha mereka. Bahkan menjual properti mereka karena dampak pandemi Covid-19.

“Sekitar 30-40 persen hotel beroperasi sisanya sementara close (tutup) . Sekarang banyak yang menjual propertinya,” ujarnya.

BACA JUGA: Aturan Jam Malam, Omzet Restoran Turun

Ia berharap, untuk menggerakan perekonomian dikawasan tiga gili perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah maupun provinsi.

Yakni dengan melakukan beberapa kegiatan di Gili. Apalagi banyaknya pilihan hotel menengah sampai dengan harga murah, sehingga mampu mendorong tingkat kunjungan wisatawan ke Gili.

“Tentu ini pemerintah juga perlu mendukung itu dengan cara datang ke gili. Ini cara memutar roda perekonomian, kalau mengandalkan tamu dari luar sulit,” jelasnya.

Aya

Exit mobile version