Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari satu tahun terakhir ini, berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar.
Tak terkecuali di negeri ini, sejak priode Maret 2020 aktifitas pembelajaran dilakukan secara daring (online learning) menjadi sebuah pilihan dan keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas.
Praktik pendidikan secara daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai.
Akibatnya banyak tenaga pendidik yang tidak siap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu, tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perkumpulan manusia dalam jumlah yang banyak.
Pemerintah pun membatasi perkumpulan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan mematuhi protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun.
BACA JUGA: Aktivitas Manusia Yang Merusak Lingkungan
Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset atau penelitian bagaimana cara memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Kegagapan pendidikan daring
Area sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang melakukan kegiatan proses belajar mengajar secara langsung atau luring. Sebagai gantinya kegiatan proses belajar mengajar di lakukan secara daring.
Perubahan yang signifikan ini terjadi tanpa adanya persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak tenaga pendidik yang tidak siap untuk menghadapi peruban tersebut. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Nadiem berpendapat, “kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”.
Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur.
BACA JUGA: Warige dan Jangger Sasak Jangan Dilupakan
Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapi sarana-prasarana pembelajaran daring.***