Indeks
Wanita  

Kolaborasi PKK NTB Dan PAAR; Mendidik Anak Dengan Pola Asuh Penuh Kasih Sayang

Rapat Tim Pola Asuh Anak Remaja (PAAR) di Pendopo Gubernur NTB, Jumat (19/04), membahas kesenjangan pola asuh anak/remaja (Foto; HMS NTB)
Simpan Sebagai PDFPrint

Banyak masyarakat kita yang belum paham bagaimana mendidik anak dengan pola asuh yang baik dan penuh kasih sayang

lombokjournal.com —

MATARAM ;   Ketua TP PKK Nusa Tenggara Barat Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah SE, MSc memimpin rapat Tim Pola Asuh Anak Remaja (PAAR) di Pendopo Gubernur NTB, Jumat (19/04).

Tim PAAR merupakan sebuah ‘project’ yang merupakan kolaborasi dari beberapa lembaga yakni Lembaga Perlindungan Anak (LPA NTB), Himpunan Psikologi HIMPSI) NTB, GAGAS NTB, Kerajaan Dongeng, SOBAT NTB (Solusi Anak Bangsa), dan beberapa OPD lingkup Pemprov NTB terkait.

Rapat yang dibuka Hj. Niken ini fokus membahas kesenjangan pola asuh anak/remaja yang terjadi Nusa Tenggara Barat.  Menurutnya, banyak masyarakat belum paham bagaimana mendidik anak dengan pola asuh yang baik dan penuh kasih sayang.

“Saya pikir, kita bersama–sama dapat membuat banyak hal dan membuat program-program bersama yang melibatkan berbagai macam unsur. Mudah-mudahan semakin bagus dan konsisten,” katanya.

Gangguan Jiwa

Berdasarkan data yang diperoleh PAAR, Provinsi NTB memiliki masalah gangguan jiwa berat mencapai angka 2,1 permil dan gangguan jiwa mental emosional sebesar 12,8 persen.

Angka ini lebih tinggi dari angka nasional, dan menempati urutan ke-8 tertinggi di Indonesia. Misalnya di Kabupaten Dompu, sejak awal tahun 2019 hingga akhir bulan Maret 2019 telah terjadi 12 kasus bunuh diri, dan 5 di antaranya tidak terselamatkan.

Angka seiring dengan “trend” bunuh diri dunia yang melanda remaja usia 15 – 20 tahun.

Lebih lanjut, Hj. Niken menjelaskan banyaknya  kasus bunuh diri remaja di NTB adalah karena  tidak diasuh oleh orang tua langsung.

“Banyak remaja pada kasus ini tidak diasuh langsung oleh orang tuanya sendiri, melainkan diasuh oleh nenek, kakek, paman atau keluarga lain. Dengan bermacam alasan dan latar belakang,” terang Niken.

Selain itu, remaja yang memiliki kecendrungan bunuh diri juga memiliki pengalaman sebagai “korban bully” di sekolah dan pengasuhan disfungsional, tambahnya

Niken  berharap, agar PAAR dan PKK bisa berkolaborasi dan fokus terhadap masalah pola asuh anak dan remaja. Ia optimis dan bersemangat untuk segera terjun ke lapangan dan memberikan kontribusi yang positif.

“PKK memiliki anggota sampai ke dusun-dusun. Sehingga PKK dapat menjadi mitra kerja agar setiap Desa memiliki layanan konseling. Hal ini dapat memperkuat PKK dalam menyelesaikan masalah baik yang terjadi pada anak maupun orang tua,” papar Niken

Setelah berdiskusi dan memperoleh berbagai macam masukan, rapat bersama Tim PAAR kali ini menghasilkan beberapa poin. Antara lain, akan dibentuknya sistem rujukan, edukasi, dan solusi.

Kemudian lembaga-lembaga yang tergabung dalam tim PAAR ini berharap dapat difasilitasi pemerintah, sistem yang kolektif agar semua lembaga dan OPD benar-benar bisa bekerja sama dan membagi peran dan tugasnya masing-masing.

Iwo/HMS NTB

Exit mobile version