Indeks

Keagungan Adat Sasak di Pernikahan Putri Sekda NTB

Prosesi 'sorong serah aji krama adat' di Gedeng Beleq, Puyung, Loteng tokoh dan sesepuh masyarakat  adat Sasak, tamu undangan pejabat pemerintah dan kerabat keluarga, Sabtu (24/09/22) / Foto: opick
Simpan Sebagai PDFPrint

Prosesi pernikahan putri Sekretaris Daerah Nusa (Sekda) Tenggara Barat, HL Gita Ariadi diliputi keagungan adat Sasak 

LOTENG.lombokjournal.com ~ Sebagai tokoh dan putra daerah NTB, Miq Gita melaksanakan adat Merariq bagi Lalu Moh Puguh Darmawan dengan Lale Yustika Dilla Gumita yang pada 9 Oktober lalu besejati-selabar dan bait janji, Ahad (18/09/22) kemarin menikahkan putri bungsunya. 

Hari Sabtu (24/09/22) diparipurnakan dengan sorong serah aji krame di antara rasa mengharu biru, bahagia dan syukur. 

Lalu Gita Ariadi (berdiri) bersama tokoh masyarakat Sasak

“Mohon doa restu. Semoga anak anak kami mampu membina keluarga Sakinah Mawaddah waa Rahmah. Aamiin YRA,” tulis Miq Gita di akun media sosialnya. 

Hadir pula dalam prosesi  sorong serah aji krama adat di Gedeng Beleq, Puyung, Loteng tokoh dan sesepuh masyarakat  adat Sasak, tamu undangan pejabat pemerintah dan kerabat keluarga. 

Sorong Serah Aji Krame merupakan salah satu karya puncak para pemimpin Sasak dalam bidang penataan sistem sosial dengan pintu masuk yaitu pernikahan.

Secara harfiah Sorong Serah Aji Krame bermakna persaksian tentang derajat kemartabatan. Sorong-serah beratikan persaksian,  Aji bermakna derajat atau nilai dan Krame bermakna kemartabatan. 

BACA JUGA: Sail to Indonesia-Lombok Berkhir di Medana by Marina KLU

Sorong Serah Aji Krame adalah tuntunan berperilaku (Code of Behavior) bagi setiap orang Sasak yang baru memasuki jenjang berumah tangga. 

Sorong Serah Haji Krame didesain dengan seksama sebagai sebuah acara meletakan pondasi nilai agama secara tidak membosankan. Proses ini merujuk kepada nilai agama dalam konteks Syariat, Tarekat, Hakekat, bahkan sampai tingkat Ma’rifat. 

Begitulah dalamnya nilai yang terkandung dalam proses Sorong Serah, dalam proses ini dipersaksikan tentang esensi kejadian manusia, pada apa manusia bertanggung jawab dan kemana manusia itu akan berpulang.

Sorong  Serah Aji Krame adalah metode syiar. Tujuan dari proses Sorong Serah Haji Krame adalah mempersaksikan derajat kemartabatan, Aji Krame mempelai, mempersaksikan setiap rangkaian prosesi yang ditempuh sudah berlangsung dengan baik, serta sebagai permakluman kepada masyarakat.

Proses Sorong Serah Aji Krame ini ditentukan berdasarkan proses pernikahan yang dilalui dan memastikan proses itu sudah ditempuh secara benar dan baik. 

Proses dari tahapan tersebut adalah: 

1) Mbait/jemput  

2) Baik Wali atau Permohonan wali nikah 

3) Akad nikah 

4) Rebaq Pucuk atau Bait Janji (perundingan atau negosiasi) yang merupakan proses penentuan kesepakatan Aji Krame, kemudian disepakati mengenai hari resepsi atau Begawe, yang berlangsung dengan proses Sorong Serah Aji Krame lalu diikuti dengan proses Nyongkolan. 

Sebagai bentuk akhir dari proses ini adalah Bales Ones Nae (kunjungan antar keluarga dekat belah pihak).

Filosofi Aji Krame dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi ukhrawi dan sisi duniawi. 

Pada sisi ukhrawi, proses ini mengandung pesan spiritual yang mempertautkan kakekat diri manusia dalam hubungan dengan ‘sang pemiliknya. 

Pada sisi duniawi, mengandung pesan tentang bagaimana mempelai harus merealisasikan tanggung jawab kehidupan. Dalam design Sorong Serah Aji Krame, sisi ukhwari disebut sebagai ‘Nampak lemah’ (tanah pijakan) yang berarti pondasi spiritual dimana ia berpijak di dalam kehidupannya. Sisi duniawi disebut sebagai ‘Olen’ yang dimaknai sebagai lakon kehidupan. 

BACA JUGA: Festival Balap Sampan Tradisional Ditutup Gubernur NTB

Kedua istilah ini (Nampak Lemah & Olen) dipresentasikan melalui piranti berupa sejumlah uang satuan material tertentu, paling baik berbahan logam mulia atau dikonversi dengan sejumlah nilai satuan mata uang.

Terdapat beberapa undakan sosial dalam Proses Aji Krame yaitu: 

  1. a) Aji Krame Pituq Olas (Tujuh Belas/17). 

Pada tingkatan ini persaksian yang dimunjulkan adalah tentang pengetahuan, kerja-kerja dan tanggung jawab sosial yang paling mendasar dan umum. Rahasia yang terkuak pada tingkatan ‘Aji Krame Pituq Olas 17’ adalah keberadaan ke 17 lubang yang ada pada tubuh manusia, baik itu lubang yang nampak maupun tersembunyi yang mana semua lubang itu harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan baik oleh kedua mempelai. 

  1. b) Aji Krame Telong Dse Telu (Tiga Puluh Tiga/33). 

Tingkatan ini dalah tempat dipersaksikannya tema yang bersifat terbuka terkait syariat. Dalam konteks syariat, 33 merupakan penjumlahan bilangan, 20 mewakili 20 sifat Allah ditambah 13 jumlah rukun shalat. 

  1. c) Aji Krame Enam DAse Enam (Enam Pluh Enam/66). 

Di undakan sosial ini terjadi lompatan besaran angka symbol secara berlipat ganda. Itu merupakan angka bonus bagi seseorang yang mengamalkan ilmunya melalui paramudiata (pengamar) atau kerja-kerja sosial lainnya. 

  1. d) Aji Krame Seratus (Seratus/100). 

Seseorang pada nilai kemartabatan ini memiliki tanggung jawab mengejar dan mendekati 99 asma’ul husan + 1 jati dirinya.

  1. e) Aji Krame Satak (Dua Ratus/200). 

Pada derajat kemartabatan ini, seseorang telah mendekati manusia paripurna (Insan Kamil). Pada orang ini, berpadu secara nyaris sempurna antara sifat kepemimpinan duniawi dan tingkat spiritual yang tinggi.

Menyadari bahwa penikahan adalah salah satu tahap dari daur kejadian manusia, para pemimpin Sasak dari wilayah kedaulatan  (kerajaan) Selaparang, Bayan, Pejanggik dan Pujut bersepakat menciptakan sebuah penataan sosial yang bernilai sangat dalam dan mendasar bagi kehidupan manusia yaitu Sorong Serah Aji Krame. 

Sorong Serah Aji Krame adalah persaksian tentang derajat kemartabatan. Sorong-serah (persaksian), Aji (derajat atau nilai), dan Krame (kemartabatan).

Dalam filosofinya, terlahir, menjadi dewasa (akil baligh), menikah, memasuki usia tua dan meninggal merupakan tahapan dari daur hidup manusia.

 Setiap tahap dari daur hidup ini dirayakan oleh setiap suku dimana pun berada dengan cara yang berbeda beda yang dilatarbelakangi oleh sejarah, dinamaika yang alami sebagai komunitas dan agama yang dipeluk.***

BACA JUGA: Wagub NTB Mendorong Permainan Tradisional Dipertahankan

 

 

Exit mobile version