Di tengah banyaknya pilihan hidup, TGB ajak masyarakat dan jama’ah sholat subuh menebar sekaligus mengutamakan kebaikan.
MATARAM.lombokjournal.com — Hal tersebut disampaikan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang akrab dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB) saat memberikan tausyiah di hadapan jama’ah sholat subuh Masjid Jami’ At-Taqwa, Minomartani, Sleman Yogyakarta, Minggu (18/06).
Dalam usia kita yang sependek-pendek ini, atau bahkan sepanjang-panjangnya, banyak amal dan aktivitas yang menjadi pilihan hidup. “Manusia tinggal memilih mau jadi apa, “ tutur Gubernur alumni Mesir itu di hadapan ratusan jama’ah yang membludak tersebut.
TGB mengilustrasikan pilihan kebaikan itu dengan sebuah kisah. Ahli tafsir jebolan Al azhar Mesir itu mengisahkan seorang pedagang besar yang juga mencintai keimanan dan kesholehan. Suatu hari, pedagang itu keluar rumah untuk pergi berniaga.
Di tengah jalan dia bertemu dengan seekor burung yang patah sayapnya. Burung itu mengalami kesulitan terbang bahkan untuk bergerak sedikit pun tidak bisa. Kemudian pedagang itu bertanya dalam hati, bagaimana burung ini bisa lepas dari kesulitan itu.
Bagaimana burung ini mendapatkan makan untuk memperoleh kekuatan dalam dirinya. Sesaat kemudian, pedagang itu melihat seekor burung yang memiliki kepakan sayap besar yang membawa makanan. Dalam hati pedagang itu, ini rupanya mahluk utusan Allah yang mengantarkan rezeki Allah kepada burung pesakitan ini.
Pedagang itu pun pulang dan menemui gurunya, Ibrahim Bil Anam. Dan dia ceritakan peristiwa yang terjadi dengan burung tadi. Di hadapan gurunya ia menyampaikan bahwa dia tidak ingin lagi jauh-jauh berniaga. Dia hanya ingin beribadah, berdo’a dan melepaskan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi.
Karena Allah sudah menyediakan rezeki baginya, bahkan menurutnya burung yang sakit pun itu sudah mendapatkan rezeki dari Allah.
Namun, sang guru menjawab, “Kenapa kamu memilih menjadi burung yang patah sayapnya? Kenapa kamu tidak memilih menjadi burung yang kuat dan bisa membawa rezeki bagi burung yang lain,” cerita TGB. Saat itu, sang pedagang tersungkur dan mencium tangan gurunya.
Kisah ini, walaupun sederhana menurut TGB, dapat memberi gambaran bahwa dalam hidup ini selalu ada banyak pilihan. Mau menjadi orang menerima kebaikan atau menjadi orang yang selalu memberi dan mendistribusikan kebaikan kepada banyak orang.
“Kuncinya adalah fastabiqul khairaat, berlomba-lomba dalam kebaikan,” tutur TGB
Dalam konteks pilihan hidup, TGB menghimbau umat untuk selalu mengutamakan suatu pekerjaan, perbuatan yang banyak memberikan manfaat dan kebaikan pada banyak orang.
AYA