Kiai Mas Mirah, Penyebar Islam sejak Jaman Pejanggik 

Banyak peziarah asal Jawa mengunjungi makam Kiai Mas Mirah di Lombok, ulama penyebar Islam sejak jaman Kerajaan Pejanggik di Lombok 

LOTENG.lombokjournal.com ~ Makam ulama di Desa Mujur, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah sering didatangi peziarah asal Pulau Jawa. 

Kiai Mas Mirah merupakan ulama yang menyebarkan Islam sejak zaman Kerajaan Pejanggik.

Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB bersama  Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16  berusaha menguak kisah Kiyai Mas Mirah untuk menggali kepingan sejarah yang tercecer sebelumnya. 

BACA JUGA: Air Pancuran Bertuah di Desa Rumbuk, Lombok Timur

Mengunjungi makam Kiai Mas Mirah, penyebar Islam sejak Jaman Kerajaan Pejanggik

Tim Ekspedisi Mistis menemui generasi ke enam keturunan Kiai Mas Mirah, Muhammad Amin. Menurut penuiturannya, makam Kiai Mas Mirah berada dalam satu lahat bersama ayahnya, Sayit Mutsana atau dikenal dengan nama Deneq Sadanah.

Nama yang disebut terakhir merupakan seorang Demung di Desa Mujur yang diperintahkan oleh Kerajaan Pejanggik, kerajaan Islam di Lombok kala itu.

Kiprah Kiai Mas Mirah dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok sejak tahun 1700, bahkan berdakwah hingga ke tanah Jawa. 

“Oleh karena itu, makam Kiai Mas Mirah bersama ayahnya sering dikunjungi peziarah dari Jawa,” katanya ditemui di Desa Mujur, Selasa (26/07/22).

Dalam berdakwah, Kiai Mas Mirah dikenal paling simpel dan mudah dicerna umat. 

Bahasa dakwahnya paling populer di Lombok adalah “solah mu gaweq, solah mu dait, lenge mu gaweq, lenge mu dait”.

Kalau diterjemahkan bebas, memiliki arti “kebaikan yang anda kerjakan, maka kebaikan pula yang anda peroleh. Sebaliknya, kalau tercela yang anda kerjakan, maka tercela pula yang anda peroleh.”

Namun sayangnya, tidak banyak peninggalan yang tersisa dari Kiai Mas Mirah. Bahkan silsilah lengkap keluarga kiai telah dimusnahkan saat penaklukan Lombok oleh penjajah.

Itu yang membuat kesulitan pihak keluarga mencari mata rantai silsilah.

“Peninggalan yang tersisa adalah bejana. Itu pernah didatangi Dinas Kebudayaan untuk didaftarkan menjadi situs purbakala,” tutut Muhammad Amin.

Air yang dimasukkan dalam bejana tersebut diyakini dapat menyembuhkan orang sakit. Sehingga banyak masyarakat mengambil air pada bejana tersebut untuk pengobatan.

Kiai Mas Mirah memiliki hubungan langsung dengan Kerajaan Pejanggik yang ditugaskan untuk menyebarkan Islam di Pulau Lombok

Bahasa dakwahnya yang simpel dan lugas, membuat masyarakat mengagumi sosok Kiai Mas Mirah.

“Dalam berdakwah, beliau sangat simpel tapi mengena di hati masyarakat,” kata Muhammad Amin.

Kiai Mas Mirah memiliki banyak julukan. Dia sering disebut Raden Abdurahman, Raden Mas Jirah, Raden Jirah, dan yang paling populer dengan nama Kiyai Mas Mirah.

Salah satu karomah yang dimilikinya adalah dapat memanggil hujan di saat musim kemarau. Kala itu sangat membantu masyarakat Lombok yang dominan sebagai petani yang selalu butuh mengairi sawah mereka.

“Jadi beliau memiliki karomah dapat memanggil hujan saat kemarau. Itu merupakan karomah beliau yang dapat membantu masyarakat,” ujarnya.

BACA JUGA: Cerita Rakyat yang Terserak Penting Diaktualisasikan

Selain pernah menyebarkan Islam di Jawa, ayah Kiai Mas Mirah menikahi seorang perempuan dari tanah Jawa. 

Langkah tersebut merupakan penetrasi damai (penetration pasifique) dalam menyebarkan Islam, tanpa pertumpahan darah, yaitu dengan pernikahan atau dengan cara tasawuf. 

Hal itu yang memicu baik ayah dan Kiai Mas Mirah sangat dikenal di sebagian masyarakat Jawa.

Makam Kiai Mas Mirah berada tepat di belakang aliran sungai yang teduh. Bahkan, di tengah sungai memiliki sumur dangkal atau lingkoq dalam bahasa Sasak, yang digunakan kiai untuk berwudhu. 

Hingga kini sumur tersebut tetap berdiri dan kokoh.

Makam tersebut dahulunya tidak tertata rapi, baru pada 2016 dilakukan pemugaran makam untuk memudahkan peziarah.

Cari Keris Hingga Emas

Dari sebagian besar peziarah yang datang berdoa, banyak juga peziarah yang datang untuk mencari benda-benda pusaka seperti keris, permata hingga emas. 

Muhammad Amin mengatakan, sering peziarah mengaku mendapat benda pusaka saat bertapa di makam tersebut. 

Ada juga cerita unik, jika peziarah bertapa salah posisi, tiba-tiba saja tubuhnya seperti ditendang sosok tanpa wujud. Itu sebagai isyarat agar peziarah memperbaiki posisinya berdiri saat berada di kompleks makam keramat tersebut.

“Ada peziarah yang niat betapa tapi salah arah akan ditendang. Itu sebagai isyarat agar peziarah memperbaiki posisinya,” ujarnya.

Sosok Kiai Mas Mirah tidak terdokumentasi dalam buku atau foto. Namun terkadang, Kiai Mas Mirah menampakkan diri di mushola saat orang sedang salat. 

“Saya antara sadar dan tidak sadar pernah suatu ketika didatangi persis di samping saya saat salat di mushola. Namun sekilas saja, terus menghilang,” katanya.

Keping Sejarah

Proses pemugaran makam, khususnya di bagian nisan dan makam dibantu oleh Wakil Ketua Bidang Politik DPD PDIP NTB, Ruslan Turmuzi.

Ruslan mengatakan langkah ekspedisi mistis yang digelar merupakan komitmen sekaligus upaya PDIP NTB untuk mengumpulkan puing-puing sejarah Lombok yang berceceran. Terlebih lagi kurangnya literasi sejarah di Lombok, membuat generasi muda kesulitan mengenal budaya dan sejarah Lombok.

“Ekspedisi ini rutin kita lakukan, dan kali ini khusus edisi Kiai Mas Mirah. Itu untuk mengumpulkan puing sejarah kita yang selama ini berceceran,” kata Ruslan Turmuzi didampingi Sekretaris dan Bendahara Tim Ekspedisi Mistis, Amrullah dan Zainul Pahmi. 

Ruslan mengatakan, budaya maupun sejarah Lombok sangat terkenal. Bahkan dalam kitab Negara Kertagama tertulis “Lombok Mirah Sasak Adi” yang berasal dari kata Lombok berarti lurus atau jujur, mirah berarti permata, sasak berarti kenyataan dan adi berarti baik.

“Budaya kita sangat terkenal, namun sayang kita hanya mengenal permukaannya saja. Sementara isi dari sejarah itu sendiri tidak kita kenal. Itu karena kurangnya literasi kita tentang sejarah Lombok,” ujarnya.

Bahkan hingga kini pun posisi Kerajaan Pejanggik dan Kerajaan Selaparang masih menjadi perdebatan. Karena minimnya literasi dan belum ada ekskavasi sisa-sisa arkeologis di tanah Lombok.

Ketua DPC PDIP Lombok Tengah, Suhaimi, mengatakan sangat penting bagi generasi untuk mengetahui sejarah, kisah maupun perjalanan hidup para leluhur. 

“Segala sisi perilaku dan segi  perjalanan kehidupan para leluhur adalah kekayaan khazanah bagi generasi penerus bangsa. Sisi mistis hanya satu sisi dari sekian banyak segi yang bisa dipelajari,” katanya.

Dia berharap dari ekspedisi mistis yang digelar untuk menelusuri sejarah Lombok, dapat berguna dan berkontribusi bagi masyarakat NTB.

“Ekspedisi ini juga menunjukan, betapa miskinnya kita akan sejarah leluhur. Sekecil apapun ekspedisi ini, semoga bermanfaat dan menjadi kontribusi positif bagi masyarakat Lombok,” ujarnya.

Dia tidak ingin, leluhur Lombok yang tersohor pada zamannya akan menjadi redup karena tidak ada bukti yang dapat diceritakan kepada generasi akan datang. Sehingga penting memperkenalkan literasi tentang kebudayaan maupun sejarah Lombok.

“Sejarah dan cerita seseorang menjadi besar atau kecil, adalah karena ditulis dan diceritakan. Jangan sampai orang orang besar yang memang besar dalam sejarah sesungguhnya, terkubur, hanya karena tidak ditulis dan diceritakan,” pesannya.***

 

 




Gubernur NTB Hadiri Upacara Umat Hindu di Sekotong, Lobar

Gubernur NTB membanggakan masyarakat NTB yang menganut kepercayaan berbeda-beda, namun mampu hidup rukun berdampingan

LOBAR.lombokjournal.com ~  Umat Hindu diminta aktif menjaga kerukunan dan persaudaraan antar umat beragama yang ada di Nusa Tenggara Barat.

Gubernur NTB MINTA UMAT hINDU MENJAGA KERUKUNAN BERAGAMA

“Mari bersama merawat keragaman ini. Ini modal besar kita utk membangun dan menjaga NTB yg kita cintai ini,” pesan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah.

BACA JUGA: Pemuda Sambelia Kini Pergi ke Malaysia untuk Sekolah

Pesan itu disampaikan Gubernur NTB saat menghadiri Upacara Karya Ngenteng Linggih & Pujawali di Banjar Pengendan, Desa Pelangan, Kec. Sekotong, Lombok Barat, Rabu (27/07/22).

Bang Zul sapaan Gubernur NTB yang gemar bersilaturahmi dengan berbagai kalangan masyarakat itu menyampaikan, NTB merupakan sebuah wilayah yang masyarakatnya berasal dari suku dan budaya yang berbeda.

Selain itu, masyarakat NTB juga kepercayaan yang berbeda-beda. Meski demikian, masyarakat NTB mampu hidup rukun berdampingan.

Bang Zul mencontohkan,  Pura Meru yang hanya berjarak selemparan batu dengan Masjid Nurul Falah yang berada di Cakranegara, Mataram. 

Begitu juga dengan masyarakatnya di berbagai tempat yang mampu hidup rukun berdampingan meski berbeda kepercayaan

Karena itu, Gubernur berharap agar masyarakat NTB mampu merawat kerukunan tersebut dan memupuk rasa toleransi antar satu sama lain.

BACA JUGA: Wagub NTB: Penyandang Disabilitas Harus Diperlakukan Sama

“Senang mendengar kerukunan dan persaudaraan dijaga,” katanya. ***

 




Lampan Lahat, Fragmen Wayang Sasak Taruhannya Nyawa

Sebuah fragmen Wayang Sasak yaitu Lampan Lahat dikenal lakon paling horor dan mistis, tidak semua dalang berani memainkan 

LOTIM.lombokjournal.com ~ Sebuah fragmen dalam kisah serat menak di Wayang Sasak yakni fragmen Lampan Lahat yang terkenal sarat akan mistis, tidak sembarang dalang mampu memainkannya.

Konon, jika dalang salah-salah dalam memainkan fragmen Lampan Lahat, taruhannya adalah nyawa dirinya bahkan keturunannya. 

Ki Dalang Wildan menuturkan, untuk memainkan Lampan Lahat bisa nyawa taruhannya
Ki Dalang Wildan

Hanyal dalang yang sudah paripurna mampu mementaskan Lampan Lahat.

Seorang dalang dari Desa Rumbuk, Lombok Timur, Ki Dalang Wildan mengatakan, banyak ritual khusus yang digunakan dalang untuk memainkan Lampan Lahat. 

BACA JUGA: Bunda Niken Kunjungi Sekolah Pesisi Juang di Ampenan

Mula-mula sebelum pementasan, di depan panggung harus disembelih kambing hitam mulus. 

Selain itu, dalang maupun semua yang terlibat dalam pementasan wayang tidak boleh putus dalam wudhu. Karena itu, disiapkan air khusus di belakang panggung untuk berwudhu. 

“Dalang dan pembantu dalang akan mengenakan pakaian ihram. Pembantu dalang di kiri dan kanan harus Tuan Guru (kiyai) saat pementasan,” katanya.

Ia mengatakan itu saat ditemui di kediamannya di Rumbuk, Kamis (21/07/22).

Panggung dipenuhi leak atau tuselak

Syarat lainnya, selama pementasan Lampan Lahat tidak boleh dijeda atau istirahat. Pementasan harus terus dilaksanakan hingga segmen tersebut berakhir. 

Bahkan pengunjung atau penonton tidak boleh pergi sebelum pementasan berakhir. Sayangnya, tidak dijelaskan apa resiko yang akan menimpa penonton yang meninggalkan pertunjukan sebelum usai.

Fragmen Lampan Lahat penuh aura mistis, khususnya saat pementasan berlangsung suasana akan berubah. 

Di atas panggung dipenuhi leak atau tuselak, yaitu mahluk halus yang akan bertarung satu dengan lainnya.

“Cerita Lampan Lahat harus sempurna, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Orang yang betul-betul suci yang bisa memainkan. Jika masih pikir duniawi, tidak akan mampu,” ujar Wildan.

Jika terjadi kesalahan dalam pementasan Lampan Lahat, diyakini akan ada kejadian tak terduga yang memakan korban jiwa, baik dalang atau orang yang mengundang dalang untuk memainkannya.

“Di situ akan keluar leak tuselak. Yang ngundang atau kita yang mainkan itu akan jadi korban. Seolah kita mengundang jin semua di atas,” katanya.

Mengapa Lampan Lahat begitu penuh dengan aura mistis? 

Ki Dalang Wildan mengatakan, dalam kisah Serat Menak menceritakan perjalanan paman Rasulullah SAW yaitu Amir Hamzah atau dalam pewayangan dikenal dengan Jayeng Rane. Kisah tersebut menceritakan Jayeng Rane menyebarkan Islam dan menumpas musuh Islam.

Lampan berarti adalah judul atau cerita, sementara Lahat adalah jebakan atau kuburan. Kisah atau fragmen Lampan Lahat berisi akhir hidup Jayeng Rane yang gugur di medan perang melawan musuh Islam. 

Dalam Islam, Amir Hamzah gugur dalam perang Uhud.

“Di lahat atau lubang, bisa juga dimaknai sebagai kubur. Di situlah sejarah Jayeng Rane berakhir bersama kuda perangnya,” katanya.

Ki Dalang Wildan bahkan tegas mengatakan tidak akan berani memainkan Lampan Lahat meskipun dibayar berapa pun. 

BACA JUGA: Air Pancuran Bertuah di Desa Rumbuk, Lombok Timur

“Jika ada yang kasi saya Rp100 juta untuk memainkan (Lampan Lahat), saya tidak akan berani. Mohon maaf, salah-salah bisa lari ke keturunan (jadi korban),” ujarnya.

Ki Dalang Wildan menjelaskan, Jayeng Rane dalam wayang Sasak digambarkan dengan ciri khas sederhana. 

Berbeda dengan wayang Jawa, Jayeng Rane digambarkan sebagai Arjuna dengan menggunakan perhiasan mahkota dan gelang.

“Jayeng Rane kalau di wayang Jawa itu Arjuna. Banyak gelang, mahkota, kalau di wayang Sasak bentuknya polos sebagai simbol kesederhanaan,” katanya.

Dijelaskan, karakter dalam wayang dibagi dua yaitu wayang kiri dan kanan, dan satunya adalah gunungan wayang. Wayang kiri menggambarkan sosok antagonis berwatak sombong, dan wayang kanan menggambarkan tokoh utama atau pahlawan dan sosok yang baik.

Dalam wayang Sasak menggunakan bahasa Kawi. Bahasa tersebut untuk memudahkan penonton, karena menggabungkan tiga bahasa, seperti Sasak, Jawa dan Bali.

“Kenapa pakai bahasa Kawi wayang Sasak, diambil garis tengah bahasa Sasak masuk, bahasa Jawa masuk dan bahasa Bali masuk. Cepat dicerna publik,” ujarnya.

Ki Dalang Wildan sejak tahun 1973 telah menjadi dalang. Bahkan saat usia sekolah, dia selalu belajar membuat dan memainkan wayang. Itu membuat dirinya kini sering dipanggil untuk pertunjukan wayang. 

Dia menceritakannya, pementasan wayang Sasak dipenuhi dengan simbol-simbol yang memuat nilai Islam

Seperti tiang panggung berjumlah sembilan yang artinya sembilan wali yang menyebarkan Islam, bangunan panggung segi empat yang memiliki filosofis empat mahzab dalam Islam, musik pengiring atau gendang berjumlah lima yang artinya rukun Islam.

“Sebenarnya gendang berjumlah enam. Tapi Lanang dan Wadon adalah suami istri, sehingga dihitung satu,” katanya.

Begitu juga dengan dalang dan semua yang terlibat dalam pementasan berjumlah 13 orang, yang memiliki filosofis jumlah rukun salat. Bahkan, ritual mengeluarkan wayang tidak asal-asalan, ada doa khusus yang diucapkan.

PDIP NTB bantu 50 juta untuk Wayang Sasak

Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 berusaha untuk mempromosikan wayang Sasak sebagai bagian dari tradisi masyarakat Lombok. 

Tidak cuma itu, Ketua DPD PDIP NTB, H. Rachmat Hidayat  melalui Ketua dan Wakil Ketua II DPC PDIP Lombok Timur, Ahmad Sukro dan Ahmad Amrullah menyalurkan bantuan Rp 50 juta terhadap Ki Dalang Wildan untuk mengembangkan Wayang Kulit Sasak.

Ahmad Amrullah mengatakan, bantuan tersebut sebagai upaya PDIP NTB menjaga wayang Sasak tetap eksis, karena menjadi bagian dari budaya leluhur Sasak.

Hanya dalang yang sudah paripurna berani memainkan Lampan Lahat

“Karena wayang Sasak ini menjadi bagian dari budaya leluhur Sasak yang harus dijaga agar tetap berkembang,” ujar Amrullah yang juga Sekretaris Tim Ekspedisi Mistis.

BACA JUGA: Teater Tradisi Cupak Gurantang di Ambang Punah

Direktur M16, Bambang Mei Finarwanto menegaskan, wayang Sasak tidak hanya sebatas pertunjukan seni semata, namun menyimpan nilai-nilai filosofis yang islami.

“Masyarakat harus paham, wayang Sasak dipenuhi berbagai kisah dan memiliki makna filosofis. Seperti nilai-nilai yang terkandung dalam kisah serat menak maupun simbol-simbol islami sebagai syarat dalam pementasan wayang,” ujarnya.***

 




Air Pancuran Bertuah di Desa Rumbuk, Lombok Timur

Banyak orang datang berobat dibimbing Lewat Mimpi, dan air pancuran itu diyakini bisa Sembuhkan Segala Penyakit

LOTIM.lombokjournal.com ~ Ini salah satu lokasi yang menyimpan aura mistis di Pulau Lombok, yaitu sebuah Air Pancuran Bertuah  di Kampung Pancuran, Desa Rumbuk, Lombok Timur.

Air Pancuran Bertuah  ini lokasinya di Mushola Al-Kautsar. Persis di samping mushola, yang tiap hari digunakan warga setempat untuk mandi atau mencuci. 

Namun di salah satu pancuran yang berada di pancuran wanita, diyakini memiliki penghuni tak kasat mata.

BACA JUGA: Ini Dia! Senggeger Lombok Pemikat Hati Wanita

Air pancuran bertuah merupakan rangkaian kegiatan untuk melacak jejak-jejak tradisi dan mistis masyarakat NTB

Sosok gaib bertubuh tinggi dan besar, diyakini menjadi penunggu pancuran. Namun uniknya, tidak menyakiti atau mencelakakan warga yang beraktivitas di pancuran. 

Ada juga ular mistis yang sering muncul di balik bebatuan pancuran. Anehnya, ular itu dengan sekejap mata menghilang.

Sementara itu, masyarakat kampung Pancuran menyakini yang pertama kali menemukan Pancuran Air Bertuah itu adalah  Datu Daluminda Parayuga, sekitar abad 16 Masehi dan beliau dimakamkan di desa Sapit.

Tokoh masyarakat setempat, Muhammad Ali, menuturkan banyak sekali orang dari luar kampung hingga dari Sumbawa datang untuk mandi di pancuran tersebut. 

Tujuannya untuk berobat segala macam penyakit.

Uniknya, orang-orang yang datang berobat setelah melalui petunjuk mimpi. Mereka mimpi mandi di pancuran tersebut untuk menghilangkan penyakit atau meniatkan sesuatu.

“Bahkan dari Sumbawa datang ke sini karena dapat petunjuk dari mimpi,” kata Muhammad Ali, Kamis (21/07/22).

Ada juga perempuan yang ingin memiliki anak. Dia bermimpi mandi di pancuran tersebut agar kelak mendapatkan anak. Ajaibnya setelah mandi, dia dikaruniai anak.

“Ini sangat aneh, namun nyata itu terjadi,” imbuhnya.

Pada pancuran tersebut juga memiliki kolam. Meskipun musim kemarau saat ini, air di kolam tersebut tidak pernah surut.

Pernah suatu ketika air tidak muncul pada kolam tersebut. Warga kemudian menggelar ritual dengan menghadirkan atraksi Gendang Beleq, sebuah alat musik tradisional Sasak. Ajaibnya, usai ritual digelar, air kembali menyembur dengan cukup deras.

“Selesai ritual, air yang semula tidak mengalir, hingga sekarang mengalir dengan lancar. Meskipun di musim kemarau volumenya sedikit berkurang,” katanya. 

Ada juga kisah seorang kepala dusun setempat menemukan ular misteri di pancuran tersebut. Namun saat ditangkap dan dimasukan dalam sebuah bungkusan, ular tersebut berubah menjadi keris. 

Perjalanan melacak jejak mistis di Lombok merupakan rangkaian dari ekspedisi mistis yang digelar PDIP NTB dan Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 

Sekretaris Tim Ekspedisi Mistis, Ahmad Amrullah, mengatakan ekspedisi mistis tersebut merupakan rangkaian kegiatan untuk melacak jejak-jejak tradisi dan mistis masyarakat NTB. 

BACA JUGA: Menyibak Tuah-tuah Senggeger dan Minyak Banyu Urip

“Ekspedisi Mistis kali ini dilakukan di Desa Rumbuk, untuk melacak budaya dan fenomena magis di tengah masyarakat, sebagai ciri khas masyarakat Lombok,” kata Amrullah.

Dia mengatakan, akan banyak ekspedisi lainnya yang akan mengungkapkan kisah atau legenda di tengah masyarakat, sehingga kisah-kisah tersebut tidak hanya menjadi folklor atau cerita rakyat semata, tapi juga dapat dibuktikan.

“Sehingga setiap kisah atau cerita di masyarakat kita tidak hanya dimaknai sebagai cerita rakyat semata, tetapi memang kisah yang benar-benar ada,” tukasnya.***

 

 




Wagub NTB Terima Audiensi Perempuan Adat NTB

Wagub NTB menyarankan kegiatan yang bersifat positif harus dilakukan terus menerus

MATARAM.lombokjournal.com ~ Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, menerima audiensi dengan perwakilan Perempuan Adat NTB di Ruang Kerja Wagub, Mataram, Selasa (12/07/22).

Wagub NTB mendorong kegiatan positif agar diteruskan
Wagub Sitti Rohmi

Dalam pertemuan sekaligus silahturahmi tersebut, terdapat beberapa pembahasan  yang disampaikan langsung Perempuan Adat NTB. 

BACA JUGA: Standarisasi Jajanan Anak Sekolah, Perlu Monitoring

Di antaranya akan diadakan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI yang akan diadakan di Papua dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi ini.

Ummi Rohmi panggilan akrab Wagub, mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Perempuan Adat NTB yang bersifat positif bagi masyarakat harus diteruskan.

“Kegiatan yang bersifat positif bagi masyarakat, harus dilakukan terus menerus,” ucapnya.

Senada dengan hal itu, perwakilan Perempuan Adat NTB Kabupaten Lombok Utara, Denda Suria Sari mengatakan pihaknya telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang membantu masyarakat, salah satunya di Kabupaten Lombok Utara.

“Sudah kami lakukan bu Wagub, salah satunya adalah pembentukan sekolah adat. Dan masih banyak yang lainnya,” ungkap Sari.

BACA JUGA: Atasi Sampah Plastik Pemprov Siap Implementasikan EPPIC di NTB

Turut hadir dalam audiensi tersebut, yaitu Kepala DP3AP2KB NTB dan Plt. Kepala Diskominfotik NTB.***

 




Gubernur NTB Meletakkan Batu Pertama Masjid Al Muttaqin

Membangun masjid jangan hanya soal fisik saja tapi bagaimana memakmurkan masjid, Ini pesan Gubernur NTB 

LOBAR.lombokjournal.com ~ Membangun masjid harusnya tidak hanya soal fisik saja, tapi bagaimana setelah jadi mampu memakmurkan masjidnya.

Hal itu dikatakan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah saat menghadiri peletakan batu pertama Masjid Pusaka Al Muttaqin di Desa Mekarsari Gunung Sari Lombok Barat, Jum’at (08/07/22).

BACA JUGA: KLU Dapat Kuota 900 Vaksin PMK Ternak Sapi

Gubernur NTB INGATKAN MASYARAKAT UNTUK MEMAKMURKAN MASJID
Gubernur Zulkieflimansyah

“Mudah-mudahan Ramadhan yang akan datang masjid kita ini bisa melaksanakan shalat tarawih,” katanya.

Sementara itu Kepala Desa Mekarsari, H. Nasrudin, SH., dalam laporannya menyampaikan terimakasih banyak atas kedatangan Gubernur NTB di tengah kesibukannya dalam berbagai kegiatan.

“Atas nama masyarakat kami ucapkan terimakasih banyak pak Gubernur karena tidak mudah mendatangkan seorang pimpinan. Bahkan masyarakat kami ada yang menangis karena ingin bertemu sosok Gubernur,” ujarnya.

Untuk diketahui, sebagai bentuk dukungan Pemerintah Daerah NTB menyumbang 1.000 sak semen untuk kelancaran pembangunan masjid. 

Selanjutnya Gubernur Bang Zul melakukan peletakan batu pertama Masjid Pusaka Al Muttaqin.

BACA JUGA: Wagub NTB Upaya Turunkan Kemiskinan Tahun 2023

Turut hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya Asisten 1 Setda NTB dan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM bersama tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda. ***

 




Cerita Rakyat yang Terserak Penting Diaktualisasikan 

Tim Ekspedisi Mistis PDIP dan Mi6 menganggap penting aktualisasi Cerita Rakyat yang terserak, agar warisan budaya kuno leluhur tetap terjaga.

MATARAM.lombokjournal.com ~ Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 melihat ada kecendrungan kuat keanekaragaman khasanah warisan budaya tradisional  para Leluhur Lombok/Sasak banyak terdiaspora // terserak //menjadi rangkaian cerita rakyat menjadi pengetahuan terbatas pada sub kultur kedatuan. 

Hal ini karena rangkaian Folklore itu hanya  terkomunikasikan pada lingkup tatanan sosial  komunitas budaya/tradisi terdekat. 

BACA JUGA: Bank Indonesia NTB Paparkan Sistem Pembayaran QRIS

Selain itu kuat dugaan tidak meluasnya cerita rakyat karena  kurang masifnya ‘syiar’ keluar kedatuan, selain terkendala  alat transportasi yang terbatas serta tehnologi yang belum berkembang.

Penting aktualisasi cerita rakyat        penting untuk ektualisasi cerita rakyat untuk menjaga warisan leluhur

“Akibatnya masing-masing sub kultur budaya kedatuan  tersebut memiliki awiq-awiq atau peraturan adat yang khas  pada setiap wilayahnya,” ujar Ketua Tim Ekspedisi Mistis, H Ruslan Turmuzi melalui Siaran Pers, Rabu (06/07/22) . 

Menurut Ruslan Turmuzi, kajian ini berdasarkan informasi dan temuan cerita rakyat yang berkembang d isetiap desa/dusun yang ditelusuri oleh Tim Ekspedisi Mistis terhadap Petilasan yang dituturkan oleh masyarakat setempat. 

“Tim Ekspedisi Mistis menyakini, di balik beragamnya cerita rakyat maupun temuan petilasan yang dibeberapa wilayah merupakan rangkaian peninggalan budaya leluhur  yang saling berkaitan satu sama lain,” ujarnya. 

Ruslan melanjutkan, misalnya mitos kedatuan benue yang diduga kuat ada di Dasan Lekong, Lombok Tengah, berdasarkan bukti bukti artefak temuan warga bisa jadi menjadi poros utama kebudayaan Suku Sasak yang tertua, sebelum munculnya kedatuan yang lain atau kerajaan Sasak. 

“Dilihat dari corak dan bentuk artefak yang ditemukan seperti mata uang yang bercorak rare, tembikar, guci, mata tombak, beras hitam, dan lain lain, mengisyaratkan usia peninggalan petilasan kedatuan benue tergolong sangat tua,” tuturnya. 

Ruslan berharap untuk melestarikan dan menjaga warisan budaya leluhur tersebut pemerintah perlu melakukan ekskavasi secara menyeluruh untuk mengungkap misteri temuan-temuan artefak kuno tersebut. 

“Setidaknya dengan ekskavasi tersebut peninggalan warisan leluhur suku sasak tidak sebatas menjadi cerita rakyat,” ungkapnya. 

Aktualisasi Foklor yang Terserak

Sementara itu Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik Mi6 , Bambang Mei Finarwanto menegaskan, Tim Ekspedisi Mistis akan terus ungkap dan telusuri sisi lain Mitologi atau Cerita Rakyat yang terserak agar  Kebudayaan Kuno Leluhur bisa diaktualisasikan dan diketahui oleh publik dalam spektrum yang lebih meluas. 

Hal ini penting agar generasi sekarang tidak terealinasi ataupun kehilangan rekam jejak epik heroik para Leluhur dalam mewariskan budaya dan petilasan untuk anak cucunya. 

“Dengan mengungkap aktivitas sejarah Leluhur Suku Sasak yang terdiaspora dalam beragam folklor tersebut, Tim Ekspedisi Mistis ingin mengaktualisasikan dari sisi berbeda agar budaya lokal tersebut tidak hanya menjadi cerita rakyat pada lingkup yang terbatas,” ujar lelaki yang akrab disapa Didu. 

BACA JUGA: Gubernur NTB Tegaskan Pentingnya Pengendalian Inflasi

Selanjutnya Didu mengatakan, Tim Ekspedisi Mistik juga akan terus membuka tabir mitos dan misteri yang tidak terpecahkan menjadi pengetahuan baru untuk pencerahan dan edukasi. 

“Harus diakui , dari sekian kisah folklor yang berkembang saat ini, secara logika banyak yang tidak masuk akal. Disinilah urgensi menggabungkan  disiplin ilmu sains dan non sains ( metafisika ) dalam mengambil konklusi akhir sebagai kompromi dalam menyikapi fenomena yang belum terpecahkan,” ujar Didu. ***

 

 




Main Jaran dengan Joki Cilik Bukan Eksploitasi anak

Main Jaran atau pacuan kuda adalah tradisi di Pulau Sumbawa yang mengakar sebagai hiburan masyarakat

MATARAM.lombokjournal.com ~ Sejak lama main jaran atau pacuan kuda merupakan tradisi yang turun-temurun dilaksanakan dan menjadi bagian dari hiburan masyarakat di Pulau Sumbawat. 

Anak-anak sumbawa yang sangat dekat dengan kuda. Sehingga tak heran banyak dari mereka yang telah mahir menunggang kuda sejak usia muda.

Menilai main jaran dengan Joki Cilik
Ari Garmono

“Jadi tidak tepat, menuduh adanya joki cilik sebagai bagian dari eksploitasi anak,” kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, Ari Garmono, Selasa (14/06/22) di Mataram.

BACA JUGA: Joki Cilik Ramai Dibahas dalam Program Kabar Bunda Niken

Menurutnya, tudingan yang beredar di media elektronik beberapa waktu yang lalu, seharusnya tidak mengaca pada momentum pacuan kuda dan penunggang kuda dalam iklan MXGP of Indonesia Samota Sumbawa 2022 itu saja. 

Penunggang kuda atau joki dalam iklan tersebut, menggambarkan tradisi masyarakat setempat. Itu nilai kultur yang harus dihormati bersama.

“Inilah nilai-nilai kultur yang menjadi kekayaan daerah,” kata Ari.

Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing, termasuk di Sumbawa. Pacuan kuda tradisional yang juga dimiliki daerah lain di Indonesia, menjadi olahraga yang sangat diminati sejak dulu.

Jadi tidak heran, memelihara kuda dan bermain kuda memiliki keunikan tersendiri bagi masyarakat Sumbawa. 

Ada keakraban secara turun temurun dan rasa persaudaraan yang tinggi secara turun temurun dari pemilik kuda ini.

“Tentu hal ini harus dihargai dan dihormati, sebagai sebuah tradisi yang masih ada ditengah kehidupan masyarakat,” tambahnya.

Lebih jauh dijelaskan Ari, tradisi pacuan kuda itu merupakan nilai-nilai kelokalan yang ada bukan hanya di Sumbawa, di Gayo juga ada. 

Jika itu melekat pada masyarakat sekitar, itu merupakan kearifan lokal. Lain halnya jika itu diadakan di daerah lain yang tidak memiliki tradisi tersebut. 

Ari menegaskan, pacuan kuda tradisional di Sumbawa juga tetap menerapkan aspek keamanan dan perlindungan diri bagi joki cilik. 

BACA JUGA: Pacuan Kuda Ikut Meriahkan MXGP Samota di Sumbawa

“Aspek keselamatan joki ini, tidak diabaikan, tetap menjadi perhatian utama,” tandas Ari. ***

 




Bupati Djohan Ajak Umat Hindu Jaga Kerukunan Beragama

Hadiri Simakrama, Bupati Djohan minta umat Hindu rawat falsafah mempolong merenten

TANJUNG.lombokjournal.com ~  Agama dan keyakinan boleh berbeda,  tapi kita tetap garus kompak bersatu untuk membangunan Lombok Utara.

Pesan itu disampaikan Bupati Lombok Utara H. Djohan Sjamsu SH saat menghadiri kegiatan Simakrama di hari Pujawali, Selasa (14/06/22).

Kegiatan itu diselenggarakan oleh umat Hindu Krama Desa di Pura Puseh Kayangan, Dusun Pawang Timpas Barat, Desa Gunjan Asri Kecamatan Bayan 

BACA JUGA: Dinas Pariwisata KLU Siapkan Program Penataan Pariwisata

Bupati ajak eawat falsafah mempolong merenten
Bupati bersama tokoh umat Hindu

“Sikap mempolong-merenten (bersaudara) ini yang harus kita pertahankan di daerah kita sehingga KLU menjadi daerah yang aman dan tentram,” ujar bupati.

Ia menyampaikan apresiasi kepada multi pihak yang bersama-sama menjaga kondisi keamanan daerah. 

Persatuan dan toleransi antar agama di Kabupaten Lombok Utara sangat tinggi, karena itu  harus tetap dipelihara.

“Pesan untuk warga saya disini agar selalu rukun antar umat beragama supaya daerah kita menjadi daerah yang maju,” ucap bupati seraya menyampaikan terima kasih atas undangan Simakrama (Silaturrahmi)  masyarakat Hindu yang ada di Pawang Timpas.

Sebelumnya, Ketua PHDI Kecamatan Bayan melaporkan bahwa umat Hindu di Kecamatan Bayan berjumlah 465 KK, terdiri dari 1.332 jiwa, dengan pekerjaan 95 persen sebagai petani.

Dalam kesempatan ini Pemda KLU menyerahkan bantuan Hibah APBD Tahun 2022 sebesar masing-masing 15 juta untuk Pura puseh Pawang Timpas dan  Pure Dalam Kayangan desa yang diserahkan langsung oleh  bupati  kepada Ketua Pakraman.

BACA JUGA: Wagub NTB Tinjau Eco Office, Setda NTB Jadi Barometer KLU

Hadir dalam kegiatan itu Camat Bayan Denda Peniwarni SE, Ketua PHDI Kecamatan Bayan I Made Jaya, Kabag Kesra Setda KLU Alwi Agusto MPd, Sekdes Gunjan Asri Sucianto serta undangan lainnya.***

 

 




Gubernur NTB Ajak KSB Hadirkan Event Internasional

Hadir di Halal Bihalal di Sumbawa Barat, Gubernur NTB sangat penting hadirkan event internasional 

MATARAM.lombokjournal.com ~ Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) diajak bisa menghadirkan event berskala internasional di daerahnya.

Gubernur NTB. Zulkieflimansyah menyampaikan ajakannya pada acara Halal Bihalal Himpunan Keluarga Sumbawa Barat (HKSB), yang dihadiri Bupati KSB,  HM Musyafirin, Minggu (12/06/22) di hotel Lombok Raya. 

“Adanya event berkelas internasional mampu meningkatkan produksi dan geliat ekonomi,” kata Bang Zul sapaan Gubernur NTB, 

Lebih dari itu event berkelas Internasional, memaksa pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana serta pergerakan ekonomi di daerah. 

“Pembangunan jalan digenjot, fasilitas transportasi diperbanyak, pelabuhan diperbaiki, hotel dibangun dan lain sebagainya,” jelas Doktor Zul.

BACA JUGA: Pendampingan Desa Wisata di KLU, Untuk Tingkatkan Sasar Wisata

Event internasional memancing tamu dan penonton datang dan menikmati kenyamanan dan berbagai atraksi yang ada.  Keadaan ini akan membuat sektor UMKM, pedagang, sektor jasa lainnya tumbuh.

Gubernur ingatkan pentingnya event internasional
Gubernur NTB bersama Keluarga Sumbawa Barat

“Inilah pentingnya event berskala internasional,” ungkapnya.

Untuk bisa menghadirkan event internasional perlu komunikasi dan sinergi dengan Pemprov, Pemerintah Pusat, BUMN dan dunia usaha.

Kabupaten Sumbawa Barat dipuji karena daerah yang paling seksi di NTB. Wilayahnya tidak terlalu luas, tapi potensinya berlimpah.

Pemda dan masyarakatnya juga harus menyambut event internasional MotoGP dan WSBK di Mandalika.

Diingatkannya KSB tidak boleh terlena. Ketika ribuan orang datang ke Mandalika, maka tawarkan untuk datangi KSB dengan segudang potensinya.

“Jangan sampai tamu datang hanya lihat kerapan kerbau, tapi suguhkan hal menarik dan orang mau menginap 2-3 hari,” kata Bang Zul.

Begitupun hadirnya MXGP Samota, sambut dan siapkan diri untuk memanfaatkan event ini. 

Terkait acara halal bihalal, Gubernur NTB menyebut acara ini makin merekatkan ikatan persaudaraan. 

Sehingga apapun dapat diselesaikan dan dikomunikasikan dengan baik.

“Atas nama Pemprov. NTB, kami menyampaikan permohonan maaf bila selama ini, ada kekurangan dan kesalahan dari kami, kedepan dengan silaturahmi seperti semakin membangun sinergi dan kebersamaan kita,” kata Gubernur NTB.

Semelter dan pembangunan bandara

Bupati Sumbawa Barat, Dr. Ir. H. M. Musyafirin M.M., memuji kemeriahan halal bihalal yang diselenggarakan oleh HKSB di Mataram.

“Salam hangat, dari masyarakat Bumi Pariri Lema Bariri,” katanya.

Silaturahim ini penting, untuk saling mengingatkan dan saling mensuport. Sehingga perlu dilaksanakan dan agendakan secara rutin.

Bupati juga menyampaikan perkembangan pembagunan daerah. Dikatakannya  bahwa simbol-simbol otonomi daerah terus dibangun. 

Semua lembaga dan instansi telah terbangun. Namun sekarang yang belum ada Pengadilan Negeri. 

BACA JUGA: Setelah MXGP, Ironman Kelas Dunia Segera Digelar

Bupati juga menyampaikan perkembangan pembangunan daerah KSB, seperti infrastruktur jalan, kebutusan dasar air juga telah terbangun dan tersedia dengan baik.

Diungkapkan, untuk pembangunan Smelter terus berlanjut, targetnya Oktober 2022 akan mulai beroperasi.

Selain itu, sektor Pariwisata juga terus dibangun dan dikembangkan. Sehingga rencana pembangunan bandara di KSB untuk menunjang pariwista akan dibangun tahun 2022.

Sementara itu, Ketua Himpunan Keluarga Sumbawa Barat-Mataram, Lukmanul Hakim, mengatakan halal bihala menumbuhkan silaturahim antar keluarga KSB.

“Sehingga kita harus dapat saling mengingatkan dan saling membantu dalam semua hal,” katanya.

Ia juga mengajak masyarakat KSB, untuk mensukseskan program pembangunan pemerintah. Termasuk gelaran MXGP di Kabupaten Sumbawa.

“Kita sambut dengan baik, jadi tuan rumah yang baik dan jaga nama baik daerah,” tutupnya.

Mengusung tema “Taket ko Nene, Kangila Boat Lenge, Na sangila desa darat” yang artinya “Takut sama kalian, Malu berbuat jelek, jangan buat malu kampung halaman”, kegiatan ini mementaskan seni Sakeco dan tari budaya KSB.

Turut hadir pada kegiatan tersebut, staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, Infrastruktur dan Pembangunan, Kasat Pol PP, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, mantan Bupati KSB 2005-2015, Ketua Himpunan Keluarga Sumbawa Barat – Mataram, Himpunan Mahasiswa (Hipmasbar), Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa (IKPM)  Se-kabupaten Sumbawa barat,para tokoh masyarakat, agama dan pemuda se-Mataram. ***