Indeks

BASECAMP SENARU: Penginapan Gratis Bagi Pendaki Rinjani Jalur Senaru, Lombok Utara

Nursaad (kanan) pemilik penginapan gratis sedang berdialog dengan pengunjung penginapan /Foto; Ast
Simpan Sebagai PDFPrint

Tidak menarik bayaran dipilih Nursaad dengan kesadaran bahwa para pendaki menginginkan penginapan dengan suasana guyub

TANJUNG.lombokjournal.com — Basecamp Senaru terletak di gerbang pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani Dusun Senaru Desa Senaru Kabupaten Lombok Utara.

Terletak di kawasan gerbang pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani, Basecamp Senaru menjadi primadona para pendaki untuk menginap.

Baik mereka yang bersiap mendaki maupun mereka yang baru turun.

Nursaad dan Istri

Alasan penginapan Basecamp Senaru digandrungi pendaki karena pemiliknya tidak menarik bayaran, seberapapun lamanya pendaki menginap.

Mereka hanya membayar makanan dan kopi. Itupun jika memesan.

Pemiliknya bernama Nursaad, sosok sederhana yang banyak dikenal pendaki Rinjani. Baik pendaki lokal, nasional pun mancanegara.

Pada kondisi normal, pendaki yang menginap di Basecamp Senaru bisa mencapai angka seratusan. Tidak satupun dari pendaki yang menginap itu dimintai bayaran.

Kepada lombokjournal.com, Nursaad menjelaskan, jika konsep tidak memungut bayaran telah berlangsung 10 tahun, Sejak 2010 lalu.

Ditanya apakah tidak mengalami kerugian? Ia menjawab tidak.

Keuntungan didapatkan dari menjual makanan dan kopi. Semakin banyak tamu, jualan pun semakin banyak laku.

Meski murah, karena banyak pembeli, lebih dari cukup untuk terus melangsungkan kegiatan usaha.

Hal tersebut belum ditambah penjualan cinderamata dan biji kopi yang ia produksi. Ada tiga jenis biji kopi yang diproduksi Nursaad: Robusta, Arabika, dan Plung.

“Ada tiga jenis kopi, Arabika, Robusta dan Plung. Plung hasil stek Robusta dan Malangsari. Itulah yang menghasilkan Plung,” terangnya.

Tidak menarik bayaran dipilih Nursaad dengan kesadaran bahwa para pendaki menginginkan penginapan dengan suasana guyub.

Suasana yang tidak didapatkan ketika ia mengambil bayaran. Sebab pasti ada jarak antara penginap dengan pemilik.

“Kan mereka ingin ngobrol. Saya menjelaskan tentang jalur pendakian. Itu tidak bisa didapatkan jika mereka menginap di hotel,” katanya.

Diakui, dalam satu tahun, ada 1.500 kartu nama yang ia edarkan ke pengunjung penginapannya. Jika dikalkulasikan dalam 10 tahun, telah mencapai angka 15.000.

Jumlah sebanyak itu sudah lebih dari cukup untuk tidak mengambil langkah promosi usaha secara konvensional melalui media masa maupun media sosial.

Dijelaskan, saat ini ia memiliki jaringan persahabatan lintas budaya. Baik dari Indonesia dan dari mancanegara.

Dari jaringan persahabatan itu, banyak manfaat diperolehnya. Bahkan pernah diminta ikut ke Mekkah tanpa mengeluarkan ongkos sepeserpun.

Tawaran yang kemudian ditolak Nursaad dengan alasan memiliki ketakutan menaiki pesawat terbang.

“Saya takut naik pesawat,” jelasnya.

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, para pendaki yang naik ke Gunung Rinjani memang tengah sepi. Sepi pendaki berpengaruh pada sepinya penginapan.

Untuk mengisi waktu, Nursaad mengembangkan produksi biji kopi. Harganya mulai dari 100.000 ribu rupiah sampai 150.000 per kilogram biji kopi.

“Robusta yang proses natural 100.000, yang wine, 150.000 yang honey 120.000,” paparnya.

Ast

Exit mobile version