Umat Islam Sebagai Mayoritas, Diajak Menjadi Penguat Bangsa
Sebagai mayoritas di Indonesia, umat Islam harus jadi penguat bangsa dengan cara mengamalkan nilai- nilai kebaikan
lombokjournal.com –
Gubernur NTB, Dr.TGH. M.Zainul Majdi yang dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) menegaskan, umat islam sebagai mayoritas di indonesia bukan suatu kebetulan.
“Tapi salah satu cara Allah untuk memastikan rahmat dan kasih sayang-Nya tetap terjaga,” kata TGB dalam muzakarah “Meningkatkan Ukhuwah Menuju Indonesia Modern” di Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu Malam (22/7)
TGB menghadiri silaturahim dan menyampaikan tausiyah dalam acara itu. Dalam lawatannya selama dua hari di Provinsi Jatim, Ponpes ini merupakan lokasi keempat yang dikunjunginya.
Dijelaskannya, tentang hadist yang mengilustrasikan dua kelompok umat manusia, dalam kapal yang berlayar mengarungi lautan. Kelompok pertama digambarkan berada di bawah kapal dan ingin melubangi kapal supaya mudah mendapatkan air tanpa memikirkan kelompok lain di atas kapal.
Bila kapal bocor dan tenggelam, yang jadi korban adalah semua penumpang kapal. Bukan hanya pelaku atau kelompok yang melubangi kapal tersebut,.
Jika kapal yang berlayar itu diumpamakan NKRI, semua kelompok, semua etnis dan semua anak bangsa ini, harus saling mengingatkan menjaga NKRI supaya tidak tenggelam.
“Semua kelompok hendaknya menghadirkan kebaikan dalam kehidupan NKRI,” tegasnya. Umat islam yang mayoritas haruslah bersama umat lain bekerja sama dalam bingkai NKRI.
TGB memberikan panduan menyikapi isu perpecahan umat dan bangsa saat ini, yaitu dengan cara menjauhi saling berburuk sangka dan saling menyalahkan. Kemudian Ikatan sesama umat dan anak bangsa hendaknya didasari atas 5 pondasi, yakni : ad-din (agama), persaudaraan, hubungan kekerabatan, mahabbah atau saling mencintai.
Muzakarah
Kedatangan TGB disambut kebahagiaan oleh Pimpinan Ponpes, bersama pengurus dan ratusan jemaah Pondok Pesantren Hidayatullah. TGB mengaku, jauh sebelum menimba ilmu di Al Azhar Kairo Mesir, sudah mendengar kiprah dan keberadaan Hidayatullah.
“Bersyukur dapat hadir di tengah para santri dan santriwati untuk bermuzakarah atau berdiskusi tentang keilmuan, berdialog menuju jalan kebaikan,” kata TGB.
Menurutnya, agama adalah penguat suatu bangsa, bukan melemahkan bangsa. islam sudah sangat jelas mengajarkan nilai- nilai kebaikan. “Didalam Al Qu’ran disebut baldatun toyyibatun warabbun gafur,” kata Al Hafiz itu.
TGB mengatakan, lebih senang menggunakan kata muzakarah dibanding Tabligh Akbar. Alasannya, kata majelis Muzakarrah bermakna sebagai majelis yang memberikan ruang diskusi keilmuan.
“Jika ada dua orang berilmu berdiskusi maka akan lahir ilmu yang ketiga,” katanya.
Sedangkan tablig akbar, menurutnya, lebih bermakna pada harapan besar yang tentunya tetap dalam kebaikan.
AYA/Hms