Artificial Intelligence (AI), Akan Menjadi Buah Simalakama?
Ada kekhawatiran masyarakat akan kehilangan pekerjaan, misalnya kita menonton hadirnya presenter Artificial Intelligence di TVOne yang kemudian diikuti stasiun TV yang lain
LombokJournal.com ~ Perbincangan tentang kecerdasan buatan atau AI – singkatan dari Artificial Intelligence — kemunculan ChatGPT pada akhir tahun 2022 — kembali hangat akhir-akhir ini. Sebuah pemodelan bahasa kembangan OpenAI yang diklaim merupakan program yang bisa dilatih dan memiliki kemampuan belajar sendiri.
BACA JUGA: Pola Pikir Jadi Kunci Sukses, Bagaimana Mengubahnya?
Kemampuan ChatGPT yang mampu merespon percakapan lewat teks layaknya manusia, mematik kembali diskusi hangat tentang teknologi, yang tujuan awalnya memang meniru dan mengekspresikan kecerdasan manusia.
Penelitian Fast dan Horvitz, dipublikasikan pada tahun 2017 menunjukan, pada artikel-artikel berita New York Times dalam rentang waktu 30 tahun masyarakat secara umum memiliki persepsi positif terhadap perkembangan AI, dengan sedikit kekhawatiran akan perkembangan yang lepas kendali.
Penelitian lain, dilakukan Albarran Lozano dkk di Spanyol pada tahun 2021 menunjukkan, ada kekhawatiran masyarakat akan kehilangan pekerjaan karena melihat AI memiliki kemampuan beradaptasi.
Penelitian Kelley dkk pada tahun 2021 di enam benua juga menunjukkan, masyarakat melihat perkembangkan AI memiliki dampak signifikan dan menyarankan adanya pertanggungjawaban pada pengembang maupun pengguna teknologi AI.
BACA JUGA: Gubernur NTB Kunjungi Pekerja Kelapa Sawit di Malaysia
Beberapa ahli di Indonesia khususnya dosen dan praktisi komunikasi melihat, perkembangan teknologi seperti ChatGPT merupakan bentuk evolusi teknologi yang luar biasa. Ditambah lagi dengan pengoperasian sistem yang relatif mudah. Beberapa ahli di Indonesia bahkan mengatakan, teknologi AI sangat berguna apalagi pada perusahaan yang bergerak di bidang publikasi dan pemberitaan.
AI bisa membantu para penulis naskah untuk mulai bahkan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan lebih cepat. Tentu saja itu bisa kita lihat saat ini dengan hadirnya presenter AI di TVOne yang kemudian diikuti oleh stasiun TV yang lain.
Ahli juga melihat bahwa tidak hanya mempercepat pekerjaan, teknologi AI juga punya kelebihan untuk menjangkau demografi pangsa pasar yang berbeda yaitu anak muda. Anak-anak muda yang punya karakter senang mengikuti perkembangan teknologi, sudah barang tentu tertarik melihat kebaruan teknologi seperti AI, diadopi oleh perusahaan-perusahaan berita ini.
Pendapat ahli pada artikel bahasa Inggris menyuguhkan aplikasi teknologi AI di bidang yang berbeda, yaitu pendidikan. Salah satu dari mereka bahkan mengatakan, teknologi AI seperti ChatGPT bisa merubah sistem pendidikan.
BACA JUGA: Santri di Ponpes Diajak Jadi Pengusaha Hebat
Bahkan pengalaman menggunakan ChatGPT mereka gambarkan sebagai momen yang ajaib seperti masuk ke dunia yang baru. ChatGPT dikatakan sebagai sebuah terobosan luar biasa yang membawa kemaslahatan besar untuk masyarakat. Keberadaan ChatGPT dikatakan bisa mempercepat pekerjaan seperti pengkodingan serta menulis.
Mereka yang memiliki tugas atau pekerjaan menulis tidak akan menemui kebuntuan jika mengerti cara menggunakan sistem terbaru besutan OpenAI itu.
Dari banyak kelebihan-kelebihan teknologi terbaru AI, para ahli sepakat bahwa penggunaan serta pengembangan AI di kemudian hari perlu dikontrol oleh para pemangku kebijakan. Karena sistem ini rentan untuk disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Contohnya adalah wawancara palsu Michael Schumacher yang diterbitkan oleh salah satu majalah di Jerman. Bahkan sebuah eksperimen yang dilakukan CNN menunjukan bahwa beberapa masyarakat di Amerika Serikat tidak bisa membedakan berita asli dan berita palsu yang dibuat oleh AI. Meskipun penafian sudah dicantumkan di video tersebut.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden sudah menunjukkan sinyal untuk membuat kebijakan terkait hal tersebut. Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) juga dikabarkan sudah membuat rancangan undang-undang untuk mengatur hal tersebut, diikuti oleh beberapa pemangku kebijakan di Uni Eropa.
Seperti kebanyakan teknologi, penggunaan dan pengembangan AI memang perlu diatur. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah memastikan generasi mendatang punya cukup pengetahuan tentang implementasi AI. Salah satu caranya adalah memasukkan pendidikan literasi AI atau teknologi secara umum di lembaga-lembaga pendidikan. ***
Ek