Teater ‘Ibu Padi’,  Pertunjukan Eksperimentasi Taman Budaya NTB

Pertunjukan teater mengalami perubahan dari waktu ke waktu, kualitasnya pementasannya yang digelar di taman budaya mengalami peningkatan

MATARAM.LombokJournal.com ~ Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) gelar Eksperimentasi Teater 2024, Sabtu (05/10/2024), di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya NTB, yang digelar mulai pukul 20.00 WITA. 

Pertinjukan teater yang memanfaatkan teknologi

Ratusan penonton dari berbagai kalangan hadir memenuhi kursi menyaksikan pertunjukan berjudul ‘Ibu Padi’. Gelaran eksperimentasi ini ditujukan untuk memberikan stimulus dalam proses pengembangan seni pertunjukan khususnya teater. 

BACA JUGA : Bengkel Aktor Mataram Pentaskan Lakon Kemaruk

Melalui kegiatan itu, Taman Budaya memberikan stimulan untuk pelaku teater menggarap pertunjukan secara lebih serius.

Sabarudin selaku Kepala Taman Budaya menilai bahwa kualitas pementasan teater dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Hal itu dinilainya tidak terlepas dari peran kreator-kreator muda yang terus berusaha mengembangkan seni pertunjukan di NTB. 

“Pertunjukan teater mengalami perubahan dari waktu ke aktu. Seluruh gelaran teater yang digelar di taman budaya mengalami peningkatan. Terjadi banyak loncatan-loncatan kreativitas. Sudah seharusnya muncul terobosan-terobosan baru dalam pertunjukan teater sehingga tidak terkesan ala kadarnya,” kata Sabarudin dalam sambutan membuka gelaran Ibu Padi, Sabtu  (05/10/24)

Loncatan-loncatan kreativitas itu menurutnya tidak terlepas dari sosok pemuda yang terlibat secara langsung dalam pengembangan seni pertunjukan. Sehingga banyak ide-ide baru bermunculan dan menjadi sebuah penyegaran dalam berbicara pengembangan teater. 

“Tahun ini teater banyak digarap oleh temen-temen muda. Pikirannya lebih fresh mengenai teater, pembacaannya lumayan bagus, dan lebih kreatif, inovatif,” jelasnya.

BACA JUGA : Transformasi Karya Visual dalam Antalogi Puisi ‘ Pertemuan Kecil’

Pertunjukan Ibu Padi sendiri disutradarai oleh sosok muda, Taufik Mawardi atau yang lebih akrab disapa Opik. Sosok seniman teater asal Narmada, Lombok Barat yang juga merupakan salah seorang dosen di Program Studi Seni Pertunjukan Universitas Bumigora. 

Menurutnya, pertunjukan ini sebuah bentuk tantangan yang harus diwujudkan. Dalam tajuk eksperimentasi unsur kreativitas dan inovasi menjadi kunci utama untuk mewujudkan sebuah pertunjukan yang mampu memberikan pengalaman baru bagi penonton di balik pesan yang harus disampaikan. 

“Ibu Padi ini menjadi pesan utama yang pengin disampaikan. Tetapi karena ini pertunjukan eksperimental, tantangannya jelas pada persoalan bagaimana menghadirkan pengalaman baru bagi penonton. Saya coba untuk memadukan teknologi yang ada sekarang ini, untuk mengemas pesan yang pengin disampaikan,” terang Opik saat dijumpai usai pertunjukan berlangsung (05/10/24)

Pertunjukan yang berlangsung sekitar 45 menit itu menampilkan sebuah panggung tertutup tabir transparan. Sebuah tabir berwarna putih yang digunakan untuk menampilkan proyeksi visual. Menampilkan video yang merupakan kesatuan dari berbagai adegan dalam pertunjukan, termasuk di dalamnya tata cahaya dan musik. 

Pertunjukan teater ini mencoba memadukan unsur teknologi untuk memunculkan berbagai kemungkinan dalam memberikan pengalaman kepada penonton. 

“Memang konsepnya adalah memadukan berbagai adegan yang ada di balik tabir dengan video yang tampak. Keduanya merupakan satu kesatuan, termasuk tata cahaya dan bunyi-bunyian yang mengiring selama pertunjukan,” ujar Opik.

Aktor yang terlibat dalam pertunjukan Ibu Padi kali ini di antaranya adalah Den, Bagus Gani, Fitria, Keishe, Ocy, Rizki, Ayu, Danang, dan Hamzan. 

Adapun tim produksi terdiri dari Opik sebagai Sutradara, Penata musik oleh Emen, Ari, dan Basuki. Kostum oleh Dinda, MakeUp oleh Najwa, Penata Lampu oleh Guruh dan Aziz, Artistik oleh Bonex, Visual Director oleh Egi, dan poster oleh Cholenesia. 

Ibu Padi terinspirasi dari ide akan adanya sistem ketahanan pangan yang dimiliki masyarakat Sasak. Sebuah konsep yang hidup dalam dunia pertanian tradisional dan terus terjaga, hingga kemudian diabaikan dan dilepaskan dari kesadaran. Tidak hanya oleh masyarakat, tetapi juga para penguasa dan pemangku kebijakan. 

Lumbung yang menjadi tempat penyimpanan dan merupakan cadangan bagi masyarakat di saat krisis mulai diabaikan dan ditinggalkan. 

BACA JUGA : Perusahaan di NTB Harus Utamakan Pekerja Lokal

Modernisasi yang tidak jauh dari skema industrialiasasi, kemudian menghadirkan sistem pertanian modern dengan menggeser cara-cara tradisi. 

Sistem bercocok tanam yang lebih instan dengan berbagai rekayasa dan penggunaan bahan kimia, tidak lagi memungkinkan untuk menyimpan Ibu Padi yang menjadi simbol atas cadangan dan ketahanan pangan. 

Jargon-jargon kemajuan dalam perjalanannya dinilai serupa bius yang membiaskan hadirnya ketimpangan dan mengasingkan keseimbangan. fik